Mohon tunggu...
Syahrial Hidayat
Syahrial Hidayat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Guru, praktisi public relations Tinggal di Cibubur, Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Catatan Seorang Saksi (Pemilu)

19 Februari 2024   14:00 Diperbarui: 19 Februari 2024   15:44 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Catatan Seorang Saksi (Pemilu)

Hari itu, 14 Febuari 2024, terasa begitu special bagi saya. Hari itu begitu dinanti karena saya akan bertugas sebagai salah satu saksi dari partai PKS, dalam kegiatan pencoblosan Pilpres dan Pileg serentak. Ini event besar, yang akan menentukan Presiden Republik Indonesia periode 5 tahun ke depan. 

Ini event yang begitu menguras energi, terutama bagi orang-orang yang terlibat sejak jauh-jauh hari, minimal sejak 1 tahun sebelumnya. Dimulai dari survey elektabilitas capres, lobi dan negosiasi untuk membuat partai koalisi, penetapan dan pendaftaran Capres dan Cawapres and so on. Sungguh suatu proses yang penuh liku.

Persiapan untuk event ini tentu tidak main-main. Banyak kisah suka duka yang menghiasi, juga munculnya berbagai polemic dan intrik, termasuk drama sidang MK yang nantinya akan menjadi catatan kelam sejarah demokrasi di negeri ini.

Bagi saya pribadi, event ini special karena ini akan menjadi keterlibatan pertama saya dalam kegiatan politik praktis, setelah sekian lama hanya ikut jadi penonton. Saya mendaftar, tepatnya didaftarkan oleh teman, pada awal Januari 2024. Proses pendaftaran sebagai saksi relatif mudah dan cepat. 

Dalam beberapa hari setelah mendaftar, saya sudah mendapatkan surat mandat sementara yang ditandatangani Ketua DPD PKS Kota Bekasi, H. Heri Koswara MA. Surat mandat ini diberikan lebih awal agar saya bisa mengurus surat pindah nyoblos, mengingat saya sudah terdaftar sebagai calon pemilih di DPT lain (sesuai KTP). Berdasarkan surat mandat, tempat tugas saya adalah di TPS 016, Kranggan Lembur, Kelurahan Jatirangga, Kecamatan Jatisampurna, Bekasi.

Sebagai saksi, 10 hari sebelum hari H kami diberikan pembekalan kerja, semacam bimtek bagi petugas KPPS, agar nantinya bisa bertugas secara maksimal. Saya sangat terkesan dengan acara pembekalan yang sebenarnya sangat sederhana. Tempatnya hanya di teras rumah salah satu kader PKS. 

Selama acara, kami para peserta disuguhi berbagai cemilan dan minuman, termasuk makan siang. Semuanya relatif sederhana, hanya makanan ala kampung, tapi terasa nikmat. Materi pembekalan juga cukup komprehensif, yang kemudian terbukti sangat membantu saat kami bertugas di lapangan.

Sebelum hari H saya sempat survey langsung lokasi, sekalian memberikan surat mandat kepada ketua KPPSnya. Lokasi TPS tempat saya bertugas sekitar 3 km dari tempat tinggal kami. Lumayan jauh, tapi okelah. Saat survey saya temukan bahwa area TPS adalah Lorong kecil yang nampak becek karena memang sebagian jalannya masih tanah liat. Lagi-lagi saya berucap dalam hati, no problem. Ini pasti nggak seberapa dibandingkan perjuangan teman-teman lain yang mungkin ditugaskan di tempat lain yang lebih menantang.

Hari H, hujan mengguyur wilayah Kranggan sejak tengah malam. Habis subuh hujan belum mereda juga. Apa boleh buat, demi tugas tetap harus jalan. Harus tiba di lokasi sebelum acara dimulai. Jangan sampai telat karena bisa ditolak oleh ketua KPPS. Sebelum acara dimulai, saya sempat “omom-omon” dulu dengan ketua dan anggota KPPS. Maksudnya agar bisa cair, bisa lebih akrab. Nggak risih kalau nantinya mau komentar atau protes saat acara berlangsung.

Tepat pukul 7.30 pagi acara dibuka oleh ketua, melalui sedikit seremoni termasuk sumpah para anggota KPPS. Saat acara dibuka, sejumlah warga yang akan mencoblos sudah hadir. Namun mereka harus sedikit sabar menunggu karena perlu waktu 30 menit lagi panitianya beberes baru benar-benar siap dilakukan pencoblosan.

Tak terasa waktu pencoblosan berakhir dan dinyatakan tutup oleh ketua tepat pukul 13.00. Dalam rentang waktu sekitar 5 jam itu, dari 207 orang yang terdaftar dalam DPT, 173 dapat hadir. Sisanya yakni 1 orang absen karena pindah dan 33 orang absen tanpa keterangan. Selain dari daftar DPT, ada tambahan dari DPTB sebanyak 17 orang ( 16 hadir, 1 absen), dan 4 orang dari DPK (Daftar Pemilih Khusus). Jadi total pemilih yang hadir 193 orang.

Setelah istirahat untuk sholat duhur dan makan siang, tibalah saat yang ditunggu-tunggu yakni perhitungan suara. Sebagai saksi PKS, yang juga pendukung pasangan AMIN, saya  berharap dan berdoa agar hasilnya positif alias kemenangan bagi AMIN.

Dengan mengucap bismillah ketua KPPS menyatakan perhitungan suara dimulai. Semua saksi (ada 5 orang) bersiap. Kotak suara pertama yang dibuka adalah kotak Pilpres. Jantung tiba-tiba serasa berdetak lebih kencang. Kok yang muncul hampir selalu nomor 02, yakni pasangan Pragib. Berulang-ulang yang terdengar adalah nama Prabowo…Prabowo…dan Prabowo lagi. Sesekali saja terdengar nama Amin atau nomor 01, hampir senasib dengan Ganjar atau 03.

Alhasil, di akhir perhitungan di TPS 016 tersebut, pasangan 02 mencatatkan 134 suara, diikuti 01 dengan 30 suara dan 03 dengan 25 suara. Sisa 4 suara dianyatakan tidak sah. Sungguh hasil yang tidak diharapkan. Terasa begitu mengejutkan. Di luar prediksi. Kok bisa 02 unggul begitu telak dari lawan-lawannya, terutama 03 mengingat Kranggan Lembur adalah basis PDIP. Tak jauh dari situ ada rumah Anim Imamuddin, seorang tokoh PDIP yang sangat dihormati masyarakat setempat.

Kamis 15 Februari, jam 03 dini hari lewat, proses perhitungan dan rekap baru kelar. Setelah mendapatkan form C hasil yang ditandatangani langsung (tanda tangan basah) oleh ketua dan anggota KPPS serta para saksi yang hadir, kami baru bisa meninggalkan lokasi TPS. Selanjutnya kami para saksi PKS diminta berkumpul di posko untuk menyerahkan C hasil tersebut. Dari ngobrol sesaat dengan rekan-rekan saksi lain di Jatirangga dinihari tersebut diperoleh info hampir senada bahwa 02 menang telak.

Untuk DPR Pusat, Golkar meraih raihan terbanyak dengan 65 suara, diikuti PDIP 29 suara, dan Gerindra 21 suara. PKS harus ikhlas di urutan ke-6 dengan 8 suara, dibawah Demokrat (12 suara), dan PSI (10 suara). Rekan koalisi PKS di 01 yakni PKB hanya meraih 3 suara, dan Nasdem 2 suara, plus partai Ummat 1 suara. Jadi total koalisi 01 hanya meraih 14 suara.

Di level DPR propinsi hasilnya agak sedikit berbeda, dimana PDIP mencatatkan raihan tertinggi 34 suara, diikuti Golkar 31 suara, dan Gerindra 24 suara. PKS harus puas di urutan ke-7 (9 suara), dibawah PSI (14 suara), Demokrat (12 suara), dan PKB (10 suara). Nasdem hanya dapat 2 suara, sehingga total koalisi 01 hanya memperoleh 21 suara.

Yang agak anomali adalah di level DPR kabupaten/kota, dimana PDIP unggul jauh diurutan pertama dengan 94 suara. Dari angka tersebut kontribusi terbesar dari caleg PDIP no.1 yakni Anim Imamuddin. Di bawah PDIP ada 3 partai yang mencatat sama-sama 14 suara yakni PKS, Golkar, dan Demokrat, diikuti PSI (9), dan PKB (4). Sedangkan Nasdem hanya meraih 1 suara, sehingga total koalisi hanya meraih 19 suara plus dari Ummat 2 suara.

Dari hasil di TPS 016, dapat disimpulkan bahwa partai-partai koalisi 02 memang unggul jauh dalam meraih suara, bahkan tetap memimpin meski suara 01 dan 03 digabungkan. Perbandingan (02) vs (01+03) kira-kira 2/3 vs 1/3 atau 67% vs 33%. Memang ini hanya sample kecil, tidak mewakili hasil dari 800 ribu lebih TPS.

Ketika melihat hasil quick count di youtube bahwa secara nasional 02 unggul dengan raihan suara 58 persen lebih, pasti semua pendukung 01 kecewa. How come? Ini pasti ada yang nggak beres! Pasti ada kecurangan, dan komentar senada lainnya.

Terlepas dari ada atau tidaknya kecurangan, harus diakui bahwa kampanye 02 itu hasilnya efektif. Kalau ada unsur money politic, serangan fajar, intimidasi aparat, ASN dan sebagainya itu mungkin soal lain. Bagi saya pribadi, ini pembelajaran nyata. Ternyata politik di negeri kita begitulah adanya. Jangan berharap ada permainan sportif, fair play seperti di dunia olahraga misalnya.

Kalau di sepak bola, pilpres RI 2024 mungkin ibarat turnamen liga local atau nasional, bukan kejuaran dunia. Juara pilpres kali ini adalah klub kaya, yang punya segalanya. Klub ini punya dana melimpah, yang mampu beli pemain-pemain terbaik. Klub tersebut juga punya kuasa atas induk organisasi (PSSI-nya partai politik), sehingga aturan-aturan pertandingan bisa diatur, direkayasa agar bisa menguntungkan si klub.

Wasit dan panitia pertandingan juga dipilih oleh si klub, sehingga bisa diatur. Bisa jadi kondisi lapangan pertandingan juga bisa disetting, sehingga kalau lawan mau nyerang, mereka akan mentok di luar area penalty si klub kaya. Paling hanya bisa melewati garis tengah lapangan sedikit. Kalau mau bikin goal, tim lawan harus punya pemain dengan skill  individu luar biasa, dan team work mumpuni.

Sebaliknya, kalo pemain dari si klub kaya masuk ke area lawan, lapangannya tiba-tiba jadi kondusif. Masuk area penalty jadi gampang. Akibatnya gawang lawan begitu mudah dijebol. Kalaupun pertahanan lawan kuat, eh si wasit kok ada saja celah untuk memberikan free kick atau bahkan penalty untuk si klub kaya. Akibatnya pertahanan lawan jebol juga.

Si klub kaya juga punya privilege khusus sebelum pertandingan. Kalau mau Latihan selalu bisa menggunakan lapangan terbaik, termasuk melakukan adaptasi di lapangan yang dijadikan arena pertandingan. Sebaliknya lawan selalu dipersulit, apalagi mau uji coba arena bertanding. Akibatnya bisa ditebak. Kalah telak atau paling banter seri. Jadi jangan heran kalau kemudian si klub kaya ini akhirnya jadi juara liga.

Kini terbayang wajah Anies dan tim AMIN, yang dalam setahun terakhir telah berjuang keras tanpa kenal Lelah saat berkampanye. Terbayang wajah anak-anak muda Indonesia di berbagai kota, yang sebelumnya tampak begitu antusias saat menghadiri acara-acara kampanye seperti “Desak Anies”.  Terbayang pula wajah warga Indonesia lainnya, figur terkenal ataupun rakyat jelata, simpatisan ataupun pendukung, tua muda, kaya miskin, yang hadir di berbagai acara kampanye AMIN.

Masih jelas dalam ingatan saya saat ikut hadir di acara kampanye terakhir AMIN di JIS. Saya saksikan langsung banyak ibu-ibu bahkan kakek nenek yang rela berdesak-desakan di area JIS. Sejak tengah malam mereka berduyun-duyun mendatangi area JIS, yang sudah penuh sesak dengan kendaraan dan manusia. Mau lewat aja susah. Apalagi jalan sedikit becek dan tergenang air karena guyuran hujan sejak tengah malam. Namun itu tidak menghalangi mereka untuk datang ke JIS. Mereka terlihat bahagia meskipun banyak kendala.

Pasti banyak yang kecewa, tidak puas. Kok bisa harapan mereka, idola mereka “AMIN” kalah begitu telak. Padahal pasangan 02 yang menang quick count itu banyak minusnya. Jawabannya mungkin terasa klise, “Iya begitulah kualitas rakyat Indonesia. Pemimpin kan cerminan rakyatnya. Kalau kualitas rakyatnya masih payah, maka Allah kasih pemimpin yang  juga payah.”

Rakyat Indonesia ternyata kebanyakan lebih menyukai “joget gemoy” ketimbang “Desak Anies” atau acara kampanye adu gasasan berkualitas lainnya. 

Buat anak-anak muda simpatisan 01. Kalian jangan kecewa. Kenyataan pahit saat ini mudah-mudahan jadi pengalaman dan pembelajaran berharga bagi kalian. Masa depan bangsa ini ada di tangan kalian. Kepedulian dan upaya kalian selanjutnya akan menentukan nasib Indonesia 10 tahun, 100 tahun bahkan 1.000 tahun ke depan.

Saat catatan ini dibuat, proses real count masih berlangsung di KPU. Entah apa hasilnya, tapi kemungkinan besar nampaknya tidak akan berubah banyak. Saya bukan pesimis tapi hanya tidak mau terlalu berharap bahwa AMIN akan menang.

Bagi saya pribadi kalaupun tidak jadi presiden, Anies Baswedan tidak gagal. Setidaknya beliau telah membuka jalan. Membuka cakrawala kita dalam berpolitik. Ini baru Langkah awal, dari perjalanan demokrasi Indonesia yang adil dan beradab. Kemenangan hanya soal waktu.

Kranggan, Cibubur

19 Februari 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun