Mohon tunggu...
Syahrial Hidayat
Syahrial Hidayat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Guru, praktisi public relations Tinggal di Cibubur, Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bisnis untuk Pensiunan

23 Oktober 2018   15:38 Diperbarui: 23 Oktober 2018   15:43 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Perry mengakui bahwa orang Indonesia, khususnya Bandung, adalah pekerja keras, mau usaha, punya inisiatif, dan loyal. Namun kurangnya adalah "smart". Dia mencontohkan karyawannya sendiri. Ketika suatu malam menyambangi salah satu toko miliknya, terlihat para karyawannya sedang nongkrong-nongkrong saja di depan toko. Pengunjung sepi kata mereka. Bukan Cuma hari itu sepi, tapi juga pada hari-hari sebelumnya. Ketika ditanya apa solusinya. Para karyawan tersebut mengusulkan pergi dukun. Menurut Perry usulan pergi ke dukun ini adalah bentuk inisiatif, hanya saja bukan itu tentunya yang dia harapkan.

 

Creating Market

Dalam berbagai kesempatan Perry selalu menekankan pentingnya menciptakan pasar sendiri untuk bisnis yang kita geluti. "Masuk pasar yang sudah ada itu melelahkan. Kita harus gontok-gontokan, perang harga. Mendingan ciptakan pasar sendiri, agar leluasa menentukan harga," jelasnya.

Contoh. Banyak ibu-ibu yang pintar bikin kue enak. Tapi yang dipikirkan selalu adalah bagaimana bisa menitipkan kue tersebut di toko besar. Akibatnya, agar produknya laku mereka terpaksa mengikuti harga jual yang ditentukan pemilik toko.  Untuk jenis panganan atau kuliner, Perry menyarankan si produsen menjajagi berbagai alternatif tempat jualan. Misalnya jual di apotik, bahkan kuburan.

Perry mencontohkan susu kedelai MDL 525, yang dijualnya bukan di toko makanan atau minuman tapi di apotik. Padahal produk tersebut bukan termasuk kategori obat. Si produsen jeli dalam mengemas produk tersebut sebagai vitamin atau minuman sehat, dengan harga yang ditentukan sendiri oleh produsen tentunya.

Sebagai latihan agar bisa menemukan ide-ide bisnis yang unik, Perry menyarankan peserta untuk sering mengamati hal-hal yang lagi happening, lagi hits. Dia sendiri misalnya senantiasa mengamati perkembangan yang lagi tren di dunia fashion hingga kuliner. Bahkan sinetron yang lagi populer pun dia ikuti, karena banyak ide yang didapat dari acara tersebut.

Khusus bagi para pemula Perry menyarankan untuk mulai dari yang kecil, yang mudah ditemui di sekitar kita misalnya penjual gorengan atau gado-gado. Amati yang ramai, lalu cari tahu kenapa. Dari sini kita bisa menemukan ide-ide yang unik misalnya gado-gado dengan kepedasan berbagai level (seperti keripik mak icih).

"Jadi pebisnis itu harus sabar. Jangan langsung pengen dapat hasil besar," ujar Perry. "Kalau selama ini, saat jadi karyawan dapat gaji 30 juta per bulan, jangan langsung target penghasilan yang sama dari bisnis yang baru mulai," jelasnya.

Mulailah dari skala kecil dengan risiko kecil. Kalau ibu-ibu bisnis gado-gado, katakanlah modal peralatan 2 juta, kalaupun bisnis tersebut gagal si ibu-ibu tersebut paling bilang gak apa-apa. Cuma 2 juta ini. "Jangan sampai kita punya 20 juta tapi pengen masuk ke bisnis yang perlu modal 100 juta," papar Perry.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun