Mohon tunggu...
Shohibul Anshor Siregar
Shohibul Anshor Siregar Mohon Tunggu... -

Koordinator Umum 'nBASIS (Pengembangan Basis Sosial Inisiatif & Swadaya), tinggal di Medan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kesaksian dan Ikrar

14 November 2013   09:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:11 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

KESAKSIAN DAN IKRAR

Negeri ini bukan sebentang ketak-bertujuanan
Juga bukan hibah atau mata dagangan
Tunjukkan harga dirimu pewaris nusantara
Kobarkan gelora di dada
Bangkitkan asa negeri tercinta
Ayo tampil sang ksatria

Bersaksilah hidup tak 'kan bebani rakyat
Tinggikan derajat bangsa lahir dan bathin
Berikan karya terbaik tak sebatas wacana
Pastikan hidup tanpa korupsi
Kebajikan, martabat dan maslahat
Tak berwujud tanpa hukum yang adil

Ber ikrar lah untuk negeri ini beri karya terbaik
Jangan pernah abaikan tanggung jawabmu
Janganlah sampai kehilangan momentum
Negeri ini sungguh butuh kejujuran dan pertanggungjawaban

Negeri ini bukan sebentang ketak-bertujuanan
Juga bukan hibah atau mata dagangan
Tunjukkan harga dirimu pewaris nusantara
Kobarkan gelora di dada bangkitkan asa negeri tercinta
Missi suci untuk bangsa

Bersaksilah hidup tak 'kan bebani rakyat
Tinggikan derajat bangsa lahir dan bathin
Berikan karya terbaik tak sebatas wacana
Pastikan hidup tanpa korupsi
Kebajikan, martabat dan maslahat
Butuh hukum yang adil

Catatan:
Ramadhan dua tahun lalu saya menulis lagu dan menyanyikannya sendiri. Lagu itu berjudul Patangkashon Nasib (Memperjelas Nasib) yang adalah sesuatu upaya mendeskripsikan kondisi politik negara-bangsa yang tak memuaskan.

Kemaren saya lihat ada seorang penyanyi Muchlis Simatupang menyanyikan lagu itu dengan versi lain, dan ia sudah merubah genrenya. Memang sebelumnya ia sudah menghubungi saya dan saya dengan senang hati mempersilakan saja asalkan untuk tujuan lebih memperluas pemasaran gagasan lagu itu.

Saya belum sempat mengerjakan versi bahasa Indonesia. Syairnya, ya yang di atas itu. Saya juga sedang meminta seorang teman untuk mengalih-bahasakannya ke bahasa Jawa.

Versi asli (Batak) lagu itu demikian:

PATANGKASHON NASIB

Takki do luluan ni ompunta baen santuk ni pamatang
Nangpe pangholting ni hadangan rap dohot siboanon
Dang na laho mulak be tu si mangambit hadangolon
Ganti ma bubumu na sega pareso ma hauma dohot kobun
Asa gira laho maronan

Unang be sai mararokku, marungut marsugari
Andege pe nga mago sian dalan hona udan martakkuju
Unang sai saput buni busuk ni harambir
Somandapot be sambil na bingkas
Pareso manuk na so ra marlobu
Tagonan ma sitarolo dipatangkas

Reff:
Patogos ma parhohosmu, laekku
Pasuman muse partangkulukmu
Sian narobi do holong mangalap holong
Tagonan ma pasip unang na marhoi-hoi
Unang paima halak na mabiar tu mata ni ari

Andigan hea dibege ho di parnonangan
Sa pining balga ni dahanon na so tarduda losung
Ise mandongkon udur hambing tu paridian
Saroha maradu di hatingkosan
Na so jadi parajaon hapargabuson
Bulung motung muba-uba


Terjemahan Bebas
. Memastikan Nasib dan Peruntungan. Takki (sejenis kulit kayu) lah yang dahulu kala dicari oleh nenek moyang kita untuk berbagai keperluan hidup, termasuk untuk membuat pakaian, tali-temali dan bahan pengikat beban bawaan lainnya. Namun kita tak hendak kembali lagi ke zaman primitf itu. Gantilah semua perangkat dan peralatan hidupmu sesuai kemajuan zaman.  Uruslah sawah dan kebunmu dengan sungguh-sungguh. Dengan begitulah bisa punya uang untuk berbelanja.

Jangan lagi asyik berandai, terlena dengan angan-angan dan selalu menyumpah. Jejak (jasa) sudah hilang ditelan hujan dan air bah. Jangan lagi selalu berapologi. Spekulasi takkan membawa keberhasilan. Uruslah ternak yang tak pernah diseriusi. Lebih baik sitarolo (musim bertanam di luar yang lazim berupa intensifikasi) dilaksanakan.

Reff:
Kencangkan ikat pinggang. Benahi kopiahmu. Dari zaman baheula cuma kasih yang bisa menghadirkan kasih. Lebih baiklah diam saja ketimbang selalu mengeluh. Jangan ikutkan orang yang selalu takut kepada matahari.

Kapan pula kau dengar celoteh bohong bahwa beras sebesar pinang yang tak mungkin ditumbuk dalam lesung? Siapa pula berkata bahwa kambing beriring minta dimandikan? Sehatilah menegakkan kebenaran. Tak mungkin dirajakan (dilegitimasi menjadi penguasa) tukang bohong. Sang pucuk eru yang selalu berubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun