[caption id="" align="alignnone" width="600" caption="http://photos1.blogger.com/blogger/3208/970/1600/20051013%20CartoonAdil.gif"][/caption]
INI bukan kejadian sungguhan, melainkan sebuah bayangan senario atau simulasi untuk kasus-kasus pemilu 2014 yang saya buat berdasarkan analisis terhadap beberapa kasus yang saya temukan dalam pemberitaan media.
Hakim: Mengapa bapak merampas dan merusak kotak suara itu? Sadarkah bapak ancaman hukum yang menanti bapak?
Terdakwa: Tujuan saya sebenanya mulia, Yang Mulia. Menyelamatkan demokrasi Indonesia maksud saya pak hakim.
Hakim: Tindakan bapak itu kriminal.
Terdakwa: Kalau yang saya lakukan itu kriminal, maka sudah barang tentu saksi bapak yang oknum polisi ini akan segera menangkap saya waktu itu. Tetapi karena ia tahu kotak suara yang saya rebut dan saya rusak itu sudah ditukangi, maka perasaan keadilan yang ada dalam sanubarinya mendukung saya pak hakim.
Hakim: Lho apa betul ia mendiamkan kriminal yang Bapak tuduhkan? Jangan tambah masalah baru lagi, pak !!
Terdakwa: Pak hakim pun akan menjadi kriminal kalau menghukum saya. Kita minta saja bapak oknum polisi yang belum kehilangan nurani keadilan ini mencari kriminal yang sesungguhnya dan menggantikan saya di kursi terdakwa ini.
Hakim: (Tiba-tiba mati listrik. Suara pak hakim tak terdengar lagi karena mik mati juga). Kira-kira apalah ucapan pak hakim itu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H