Waste Time
Ini dimulai dari lima tahun yang lalu. Aku sangat galau ketika menghadapi skripsi. Skripsi memang selalu menjadi hal yang paling ditakuti oleh mahasiswa. Begitupun dengan saya. Begini ceritanya.
***
Waktu itu saya telah menyiapkan sebuah penelitian untuk skripsi saya. Dan memang waktu itu saya masih menempuh semester enam. Dengan semangat saya untuk lulus cepat di semester tujuh, saya memulai penelitian dengan prosedur biasanya dan telah ditetapkan. Begitu banyak ide - ide saya yang muncul pada waktu itu. Semangat masih sangat menggebu - gebu. Saya memilih untuk melakukan penelitian kualitatif. Pada penelitian yang pertama, saya telah melakukan persiapan untuk penelitian dengan baik. Sambil menyelam minum air. Itu yang saya lakukan pada waktu itu. Saya kuliah seperti biasanya dan juga mengerjakan skripsi.
Begitu memasuki semester tujuh, Saya adalah orang pertama yang mendaftarkan judul penelitian. Memang sih, seperti terlihat hebat. Tapi kenyataannya tak sehebat itu. sewaktu penelitian berjalan baik - baik saja. Mulai dari rancangan awal penelitian sampai analisa data yang telah Saya peroleh. Setelah data yang Saya dapat dianalisa ternyata, hasilnya tidak sesuai dengan teori yang ada. Dan hasilnya pun “Tidak Terbukti”. Bagaimana perasaan Saya? Yah, sangat bingung dan shock, Saya bingung apa yang harus Saya lakukan selanjutnya.
Karena jadwal wisuda yang semakin dekat, tanpa pikir panjang saya lebih memutuskan untuk mengganti penelitian saya dengan penelitian yang baru. Jadwal wisuda sudah lewat. Akhirnya Saya harus merelakannya dan menunggu di semester depan. Saya melakukan penelitian yang kedua. Sama seperti penelitian yang pertama. Hasil yang Saya dapatkan ternyata juga “Tidak Terbukti” pada teori yang saya gunakan pada penelitian kedua ini. Saya semakin bingung bukan main. Padahal wisuda semester tujuh juga telah dekat. Akhirnya Saya memutuskan untuk mengganti penelitian lagi. Sampai pada akhirnya Saya juga melewatkan wisuda kali ini. Miris sekali rasanya.
Ini kali ketiga Saya melakukan penelitian. Dalam hati Saya berkomitmen, semester delapan ini Saya harus lulus. Saya masih mencari - cari apa yang salah pada penelitian Saya yang sebelumnnya. Akhirnya Saya memberanikan diri untuk bertanya pada salah seorang Dosen,
“Bu? Saya itu bingung, kenapa hasil penelitian Saya selalu tidak terbukti seperti pada teori ya Bu?”
“Iya, terus apanya yang kamu bingungkan?”
“Nah dari dua penelitian saya sebelumnya, hasilnya selalu tidak sesuai dengan teori yang saya pakai”
“Ya tidak apa - apa, berarti temuan kamu di lapangan memang tidak terbukti”
“Oooh,, jadi seperti itu. Lalu apa yang harus Saya lakukan Bu?”
“Ya sudah tidak apa - apa, tinggal menganalisis saja apa yang kurang dari penelitianmu. Mungkin saja alat ukur yang kurang sesuai, kondisi subjek kan juga bisa berpengaruh pada hasil penelitian? Tinggal menyampaikan saja waktu siding, kenapa penelitianmu tidak sesuai? Jadi tidak perlu ganti penelitian lagi.”
“Oooh,, begitu Bu, jadi selama ini harusnya Saya tidak perlu mengganti penelitian Saya ya Bu?”
“Iya, toh kalau memang ada temuan yang berbeda ketika di lapangan bukan berarti penilitianmu salah. Selama metodologi yang digunakan sesuai kaidahnya. Ya memang disitu letak keunikan penelitian kualitatif.”
“Baik Bu, terimakasih banyak Bu”
Setelah konsultasi selesai, yang ada dalam benakku adalah “Kenapa saya bodoh sekali membuang waktu percuma hanya karena teori yang tidak terbukti, Ah.. sungguh waste time sekali saya ini”. Hanya untuk pelajaran saja sih. Sebenarnya tak perlu khawatir teori terbukti atau tidak dengan lapangan. Kedua - duanya sama - sama menjadi tetap menjadi sebuah temuan. Yang penting kaidah yang dipakai sudah sesuai aturannya. Memang, teori tidak pernah salah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H