Mohon tunggu...
Sa'diah Ayu Putri
Sa'diah Ayu Putri Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang\r\nFB : Sa'diah Ayu Putri\r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Bersama Sang Fenomena"

12 Maret 2015   00:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:47 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menunggu Metamorfosis

Waktu itu aku sedang capek sekali. Aku memutuskan untuk duduk di taman belakang sekolah. Taman belakang Sekolah ini memang hanya terdapat hamparan pohon mangga dan bunga mawar. Meskipun taman ini terbilang kecil dan sederhana, setiap orang yang berada disana akan merasa nyaman dan tentram. Memang Aku jarang mendatangi tempat ini karena jadwal mengajar yang sangat padat. Ketika jam istirahat, Aku ingin me-refreshing pikiranku sejenak dari keramaian.

Aku berjalan perlahan menuju taman. Kuamati ruang dunia yang sedang ada dihadapanku saat ini. Banyak sekali hal indah yang tertangkap di mataku. Hangatnya mentari, senyum ceria anak - anak SD ketika bermain. Tapi sayang sekali, di era modern ini kebahagian anak - anak telah terbatasi oleh gadget dan permainan elektronik lainnya seperti PSP, dan handphone. Berbeda sekali dengan zaman SD-ku dulu. Kami lebih sering bermain di lapangan. Komunikasi Kami sangat baik. Terlepas dari pembatasan dunia teknologi.

Di sela Aku berjalan, Aku melihat Romi sedang membawa buku, pensil dan penghapus. Aku merasa penasaran.Aku memutuskan untuk mengikuti kemana Ia pergi. Lama setelah beberapa menit Aku terheran. Kenapa seorang anak laki - laki lebih tertarik untuk pergi ketaman daripada bermain bersama teman - temannya. Padahal menurutku bermain game gadget saat ini sangat digemari oleh anak - anak. Kulihat Romi sedang duduk ditaman dekat dengan bunga - bunga mawar yang indah bermekaran. Aku semakin penasaran saja dengan anak ini. Seorang anak laki - laki menyukai bunga mawar. Semakin unik saja anak ini. Aku diam dan duduk di atas bangku taman yang tak jauh dari posisi Romi yang sedang asik dengan kertas dan bunga yang ada dihadapannya. Meskipun Aku tidak tahu apa yang sedang dilakukannya. Aku hanya mengamatinya dari jauh.

Bel istirahat berakhir. Aku masih mengamati Romi yang sedang asik. Tak lama kemudian Romi beranjak pergi meninggalkan bunga yang Ia datangi tadi. Aku pikir dia menukai bunga dan menggambarnya. Aku tak merasa curiga sedikitpun pada apa yang Ia lakukan. Mungkin Ia memiliki kesenangan yang berbeda dari anak - anak yang lain.

Keesokan harinya, Aku melihat hal yang sama dilakukan Romi pada jam istirahat juga. Aku masih mengamatinya secara diam - diam. Aku mengikutinya sampai di taman belakang. Aku melihatnya melakukan hal yang sama seperti hari sebelumnya. Aku lihat Romi masih asik duduk didekat bunga mawar seperti kemarin. Sama persis dengan buku yang sama juga. Dia terlihat sibuk dan asyik menuliskan sesuatu di bukunya sambil memandangi bunga mawar di taman.

Aku masih biasa saja. Tapi setelah Aku pikir - pikir. Romi sangat berbeda dengan anak - anak lainnya. Ia sangat asyik dengan apa yang Ia lakukan. Aku menjadi semakin tertarik dengan anak ini. Setelah beberapa hari Aku mengamatinya, Ia masih tetap melakukan hal yang sama. Ia masih mengunjungi taman belakang sekolah dengan membawa buku dan pensil. Kemudian duduk disebelah bunga mawar. Karena sudah tidak tahan dengan rasa penasaranku, Aku mencoba mendekatinya dan berbicara dengannya.

“Hei Romi, lagi ngapain nih? Kok Ibu lihat Romi serius sekali?”

“Eh Bu Diah, Romi sedang menggambar Bu”. (melanjutkan gambarnya)

“Kalau boleh tahu, Romi sedang menggambar apa? Kok Ibu lihat dari kemarin Romi sering datang kesini, duduk disini, bawa buku lagi” (tersenyum kecil)

“Romi sedang menggambar ulat Bu. Ulatnya masih jadi kepompong Bu. Ibu mau lihat?” (menyodorkan buku tulis yang dibawanya kearahku)

Aku melihat gambar yang disodorkannya padaku. Gambar Romi lumayan bagus untuk anak seusianya. Sekarang Aku tahu kenapa Romi sering datang kesini dan duduk disini, di tempat dan posisi yang sama juga. Tapi Aku masih penasaran kenapa Ia sangat suka dan tertarik sekali dengan ulat. Aku bertanya kembali padanya.

“Ini Romi gambar ulatnya bagus. Romi mau gambarnya sampai kapan?”

“Romi mau gambar ulatnya sampai jadi kupu - kupu Bu”

“Ulatnya ada dimana sih Romi?”

“Ini bu, ada dibawah tangkainya bunga mawar”. (sambil menunjuk kearah tangkai mawar dan kepompong dibawahnya)

“Ooh, jadi Romi mau gambar sampai kupu - kupunya jadi? Kenapa sih Romi suka sama kupu - kupu? Tuh temen - temen banyak yang main game?

“Romi suka sma kupu - kupu Bu. Kupu - kupu itu cantik. Berwarna - warni. Kata Ibu Romi kupu - kupu asalnya dari ulat Bu. Ulat itu akan jadi kepompong, terus keluar kupu - kupu deh Bu. Kata ibu juga kalau ingin jadi orang sukses harus sabar. Untuk jadi indah itu butuh kesabaran Bu. Seperti ulat ini. Dari telur kemudian menetas menjadi ulat. Mungkin banyak orang yang tidak suka dengan ulat karena bentuknya yang menjijikkan. Tapi ulat dengan sabar menerima dirinya. Sampai tiba saatnya ia harus menjadi kepompong dan bersabar kembali.ketika jadi kepompong juga dia harus bertahan dari cuaca panas, dingin, angin. Kalau waktunya tiba, dia akan keluar sebagai sosok yang baru Bu. Sosok yang indah penuk warna, dia dapat terbang bebas. Dan akhhirnya dia disukai oleh banyak orang Bu”.

“Emh..” (Aku mengangguk - anggukkan kepalaku). “Tapi kenapa Romi harus sibuk - sibuk datang kemari? Kan di internet ada banyak?”

“Romi suka lihat langsung Bu. Kalau lihat langsung kan Romi bisa tahu bentuk aslinya Bu?”

“Ooh..” (Aku mengangguk - anggukkan kepalaku lagi). Yuk ke kelas Romi, bel masuk sudah bunyi tuh” (tersenyum)

“Iya Bu” (mengemasi buku dan alat tulisnya)

Kami berjalan bersama menuju ruang kelas. Aku tak menyangka anak seusia Romi telah berpikir sejauh ini dan mampu melakukan pengamatan secara langsung. Bahkan Ia menggambar ulat itu sampai fase - fasenya untuk menjadi sebuah kupu - kupu yang indah. Aku belajar satu hal dah Romi. Jika ingin menikmati suatu keindahan, kita harus dekat dengan keindahan itu dan ikut hadir didalamnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun