Mohon tunggu...
Rzkrachmaa
Rzkrachmaa Mohon Tunggu... Freelancer - Hello, selamat datang di halaman kompasianaku, selamat membaca~

Temukan saya di instagram : @rzkrachmaa

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Anak dengan "Syndrome Kleptomanie", Bagaimana Orangtua Menyikapinya?

3 November 2019   14:02 Diperbarui: 3 November 2019   14:11 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.verywellfamily.com

Kleptomanie syndrome merupakan sebuah gangguan mental dimana penderitanya tidak mampu mengontrol dirinya untuk tidak mengambil atau mencuri barang milik orang lain. Penderita syndrome ini akan merasa senang dan lega setelah ia melakukan aksi tindakan mencuri barang-barang tersebut. 

Tindakan mencuri yang dilakukan oleh orang yang memiliki syndrome kleptomanie tentunya berbeda dengan orang yang tidak memiliki gangguan ini karena penderita syndrome ini umumnya mencuri barang-barang yang tidak berharga misalnya sendok, kain lap, sisir atau benda-benda lainnya, yang berbeda dengan orang pada umumnya yang tidak memiliki gangguan syndrome kleptomanie ini yang mencuri barang atas dasar mencari keuntungan dari hasil curiannya.

Nah siapa saja yang dapat terkena syndrome ini? Gangguan syndrome kleptomania bisa terjadi kepada siapa saja. Penderita syndrome ini kebanyakan adalah perempuan. Yang tentu saja dapat terjadi pada anak-anak. Dan orangtua perlu waspada mengenai hal ini.

Awalnya, anak akan membawa pulang barang-barang kecil ke rumah. Benda tersebut merupakan suatu barang yang dapat mereka beli dengan uang saku mereka, seperti kuncir rambut atau gelang karet. Sehingga orangtua tidak akan berpikir lebih jauh bagaimana cara anak mendapatkan benda tersebut.

orangtua juga mungkin tidak ambil pusing ketika anak kembali membawa pulang beberapa barang-barang. Barulah ketika anak terus-terusan membawa pulang benda-benda baru, pasti orangtua mulai kebingungan dan bertanya-tanya darimana semua benda itu anak dapatkan.

Saat anak mencuri barang-barang milik oranglain, bukan karena mereka membutuhkannya, tapi karena adanya hasrat dan keinginannya untuk mencuri. Benda-benda yang mereka curi seringkali benda yang mampu mereka beli. Hanya saja mereka kecanduan dan merasakan kepuasan tersendiri akan perilaku yang ia lakukan. Nah kecenderungan itu dinamakan syndrome kleptomania.

Apa saja gejala-gejala penderita syndrome kleptomania?

1. Tidak ada rencana mencuri

Pencuri pada umumnya telah merencanakan sesuatu saat sebelum melakukan aksinya agar proses mencuri dapat berjalan dengan aman. Tetapi berbeda dengan orang yang menderita gangguan syndrome kleptomanie yang tidak merencanakan apa-apa sebelum mencuri sesuatu dan mereka melakukannya secara spontanitas dan berlalu begitu saja. Hal ini di sebabkan karena dorongan rasa mencuri timbul kapan saja tanpa adanya perencanaan sebelumnya.

2. Tidak dapat menahan rasa ingin mencuri

Penderita ini sadar bahwa mencuri adalah suatu perilaku yang menyimpang dan salah, tapi perasaan mencuri penderita syndrome kleptomanie ini sangat kuat sehingga mereka kesulitan untuk menahan keinginannya untuk mencuri. Akibatnya, penderita syndrome ini seringkali mengabaikan kesadarannya dan tetap memilih mencuri.

3. Setelah mencuri, mereka merasa puas

Orang yang menderita gangguan syndrome ini sering merasa tidak tenang apabila tidak mencuri sesuau milik orang lain. Nah untuk menghilangkan rasa tidak tenangnya mereka akan mencuri benda milik orang lain untuk menghilangkan kegelisahannya, setelah itu mereka akan merasakan kepuasan tersendiri.

Jika anak sudah mulai terlihat gejala-gejala di atas, bagaimana orang tua menanganinya?

a. Memberikan pengertian kepada anak

Keinginan anak untuk mencuri biasanya berawal dari perasaan minder dengan barang-barang yang dimiliki orang lain atau temannya atau keinginan untuk memiliki benda yang sama yang dimiliki oleh temannya di sekolah yang seringkali menjukkan dan memamerkan barang baru yang diberikan oleh orangtuanya. Hal ini dapat memicu anak untuk memiliki benda yang sama dengan cara mencurinya.

Beberapa alasan orangtua tidak dapat membelikan keinginan anaknya karena faktor ekonomi ataupun karena larangan dari orangtuanya membuat anak akan memilikikemungkinan besar mengalami syndrome ini.

Sebagai orangtua juga perlu memberikan pendidikan mengena nilai-nilai moal dan agama kepada anak. Karena akan membantu anak agar memahami dampak dan konsekuensi jika anak mencuri dan mengambil barang-barang milik oranglain.

Apabila orangtua tidak berkenan memberi benda yang diinginkan anak karena beberapa alasan misalnya karena barang tersebut tidak begitu diperlukan atau karena harganya yang mahal, orangtua harus memberikan pengertian kepada anak. Daripada hanya melarang tanpa ada pengertian yang jelas dari orangtua mengapa orangtua tidak memperbolehkan anak meminta dan membeli barang-barang tersebut.

b. Memberi kesibukan pada anak

Disaat orangtua sudah mengetahui jika anak memiliki syndrome klaptomanie, orang tua masih bisa mencegah apabila syndrome ini kambuh sewaktu-waktu. 

Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan oleh orangtua untuk mencegah kambuhnya syndrome ini adalah mengajak anak untuk melakukan hal positif misalnya berolahraga atau kegiatan fisik. Orangua perlu mencari tau kegiatan fisik apa yang digemari oleh anak. Dengan hal ini anak akan mengisi waktu luang dengan hal-hal yang positif. 

Tidak hanya berolahraga, orangtua juga dapat melakukan hal-hal lainnya bersama anak seperti membersihkan rumah bersama, mengecat pot bunga, memasak didapur ataupun lari lari kecil bersama anak. Kegiatan positif tersebut bertujuan agar mengalihkan perhatian sang anak saat hendak berniat mencuri.

c. Konsultasi dengan psikolog anak

Ketika anak memiliki perilaku syndrome kleptomanie yang cukup serius hingga tidak dapat di hentikan, ini adalah saatnya untuk membawa anak ke psikolog anak.

Orangtua dapat melakukan konsultasi dengan psikolog anak untuk mencari bantuan dalam menangani anak penderita syndrome kleptomanie ini. Dan mengetahui cara penanganan yang tepat untuk memperbaiki perilaku anak.  

Dengan konsultasi kepada ahlinya, orangtua akan paham mengenai perilaku yang diilakukan oleh anak ketika dirumah. Tidak perlu menunggu perilaku anak semakin parah untuk membawanya ke psikolog anak. Orangtua harus bisa menghilangkan atau mengurangi sedikit demi sedikit kebiasaan buruk anak.           

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun