Akhirnya mereka tahu cara memutus rantai siklus. Mereka mencari celah di antara waktu, saat waktu berhenti sepersekian detik di dalam apocalypse untuk mengubah segalanya.
Di saat siklus terjadi lagi, Jonas membawa Martha ke dunia asal --the origin atau dimensi ketiga yang disebut Claudia-- di tahun 1986 untuk mencegah kematian putra, menantu, dan cucu H.G. Tannhaus, sehingga Tannhaus tak pernah menciptakan mesin waktu yang dapat memicu eksistensi dunia Adam dan Eva.
Kata Martha ketika mereka berhasil mencegah kematian putra Tannhaus, "Menurutmu ada bagian kita yang tetap ada? Atau apakah itu sesungguhnya kita sebuah mimpi? Kita tidak pernah benar-benar ada."
"Aku tidak tahu," jawab Jonas. Tak lama, eksistensi keduanya pun menghilang tanpa bekas jasad.
Saya jadi teringat apa yang dikatakan Eva pada Jonas muda, "Manusia menjalani tiga kehidupan. Kehidupan pertama berakhir dengan hilangnya kenaifan. Kedua dengan hilangnya kepolosan. Dan ketiga dengan hilangnya kehidupan itu sendiri."
Momen menghilangnya eksistensi kedua dunia itu mengingatkan saya pada ide dari filsafat Timur, tentang kesadaran tertinggi manusia saat segala kemelekatan duniawi telah dilepaskan. Ini penafsiran saya aja sih ya...
Mereka telah menjalani siklus berkali-kali, terlahir kembali dan terlahir kembali. Kedua dunia sangat terikat pada sifat-sifat keduniawian, yaitu keinginan untuk memiliki satu sama lain, diikuti dengan rasa sakit, duka, luka, kehilangan, dan penderitaan di sepanjang hidupnya.
Momen lenyapnya eksistensi kedua dunia seperti menandakan bahwa mereka telah merdeka dan bebas dari ikatan duniawi menuju ke kesempurnaan dan kesadaran Atman(?).Â
Mereka telah menjalani "tiga fase kehidupan" seperti yang dikatakan Eva. "Hilangnya kehidupan itu sendiri" berarti lenyapnya eksistensi menuju tak terbatas yang "damai dan tenang".
Mungkin itu kenapa episode terakhir diberi judul "The Paradise", nirwana yang sesungguhnya terletak di kedalaman diri sendiri.
Kota Winden seperti perwujudan mikrokosmos. Bayangkan jika keturunan infinity dari Adam-Eve itu dalam versi dunia kita, barangkali selama ini kita tak menyadari bahwa di belahan bumi lain siapa tahu si A merupakan "saudara" kita yang terhubung oleh kerumitan silsilah umat manusia.