Mohon tunggu...
Rizka Khaerunnisa
Rizka Khaerunnisa Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Mengumpulkan ingatan dan pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"La Casa de Papel": Sejumput Ode dan Alegori Perlawanan

18 April 2020   16:59 Diperbarui: 19 April 2020   18:11 3873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisa dikatakan, tokoh Profesor ini adalah alegori sosok Duran dalam 'versi yang lebih canggih'. Semangatnya serupa, sama-sama menentang sistem kapitalisme -barangkali Alex Pina terinspirasi dari Enric Duran. Keduanya 'merampok' uang dari bank untuk dikembalikan lagi pada rakyat.

Dalam pandangannya soal hukum, Duran mengatakan, "Jelas bahwa Anda tidak dapat membangun alternatif semacam ini (baca: ekonomi di luar kapitalisme) jika Anda tidak melanggar hukum negara. Kita perlu mempraktikkan ketidaktaatan ekonomi dengan cara yang mendukung alternatif ini." 

Duran sama sekali tak ragu atas perampokannya itu, ia merasa sudah melakukan hal yang benar dengan menerabas hukum yang menguntungkan penguasa.

Begitu pula bagi Profesor, hanya dengan jalan menentang hukumlah struktur otoritas yang korup bisa ditelanjangi. Profesor mengklaim, ia bukan merampok dari seseorang, melainkan merampok dari tangan penguasa. 

Bahkan dalam aksinya, Profesor berusaha menjadi 'penjahat yang manusiawi', yang tidak menyiksa dan membunuh seseorang (betapa pun hal ini bisa diperdebatkan).

Kasus pelanggaran HAM pada Rio, penangkapan dan penyiksaan yang dilakukan pemerintah secara ilegal, sejatinya merupakan api dalam sekam. Pada akhirnya, amarah rakyat ikut tersulut. 

Pemerintah, lagi-lagi, mempertontonkan kecerobohannya. Dalam situasi yang memanas ini, Profesor berusaha melibatkan rakyat dalam gerakan perlawanan, katanya:

"Pesan ini ditujukan untuk semua yang percaya bahwa topeng ini simbol perlawanan. Kami butuh kalian. Negara menyatakan perang melawan kami. Perang kotor. Kami putuskan melawan mereka." (P3.E2)

Rakyat menyambut pesan itu, memberi dukungan untuk Profesor and the gang. Mereka berdemontsrasi di depan gedung Bank Spanyol dengan mengenakan atribut khas perampok, jumpsuit merah dan topeng Salvador Dali. Gambaran ini dituturkan lewat narator Tokyo:

"Di sanalah mereka. Profesor memakai topeng, memanggil keluar semua Dali, dan Dali merespons. Mereka rencanakan di media sosial dan grup WhatsApp. Mereka meneriakkan yang kami harus dengar. 'Kau takkan berjalan sendiri.'" (P3.E2)

Saya harap langkah final Profesor tak mengecewakan penonton. Kalau Anda menonton, pasti ngeuh dengan konflik internal di antara mereka sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun