Dalam permulaan Babad Tanah Jawi, Ratu Kidul dicitrakan sebagai pertapa yang bukan perempuan dan bukan laki-laki--meski riwayatnya bermula dari perempuan. Sang Ratu bisa berubah menjadi perempuan dan laki-laki. Ia feminin sekaligus maskulin. Ia memberi legitimasi atas berdirinya Majapahit-Mataram. Ia sosok yang agung.
Perlu dicatat kalau Babad Tanah Jawi ditulis oleh pujangga kerajaan saat Islam masuk ke Jawa. Kisah Ratu Kidul perlahan-lahan dikompromikan dengan ajaran Islam. Seperti yang kita tahu, ajaran Islam melarang umatnya untuk menyembah makhluk halus. Mengultuskan Ratu Kidul ditafsirkan oleh Islam sebagai perbuatan musyrik.
Menjelang akhir kisah dalam Babad ini, identitas Sang Ratu tampak terombang-ambing, terutama sejak ia bertemu dengan Panembahan Senapati--raja Mataram pertama yang telah beragama Islam. Citra Ratu Kidul berubah menjadi sosok ratu perempuan cantik yang jatuh cinta pada raja, istri dari para raja yang mendambakan "tubuh yang berdaging", serta sosok Dewi yang ingin berubah menjadi manusia.
Ini menarik sekali.
Kisah ini menyiratkan adanya ketimpangan relasi kuasa, termasuk juga ketimpangan relasi seksual dan gender. Sang Ratu mengalami degradasi. Citranya semakin merosot setelah Mataram berkuasa, seperti apa yang ditafsirkan Pram. Semakin merosot lagi di masa modern ini, setelah perfilman horor kita diwarnai dengan penafsiran banal atas sosok Ratu Kidul.
Jika benar citra Nyi Rara Kidul merosot secara bertahap dari zaman ke zaman dan degradasi ini terjadi secara linier, maka apakah yang terjadi mula-mula? Bagaimana sesungguhnya orang-orang pra-Islam memaknai Ratu Kidul? Bagaimana manifestasi spiritualitas dan seksualitas kuno di tanah Jawa? Bagaimana wujud informasi purba tentang tanah Jawa ini?
Kita masih menangguhkan, jawabannya belum tersibak secara utuh.
Achmad Sunjayadi. 2018. (Bukan) Tabu Nusantara. Penerbit Buku Kompas.
Saras Dewi. "Hasrat Estetik Pemerolehan Citta dan Vijanana: Seksualitas dalam Fisafat Timur". Jurnal Perempuan, Vol. 18, No. 2, Mei 2013, Hal. 41.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H