Seorang moderator konten dalam The Cleaners menjelaskan bahwa foto itu memberi kesan eksploitasi tubuh anak kecil yang sudah mati, jadi sudah pasti harus dihapus dari Facebook.Â
Block dan Riesewieck tak berhenti pada narasi si moderator. Seolah tak puas dan coba menyeimbangkan argumen, The Cleaners membawa mata penonton ke hadapan Barakeh, sang pemilik foto.
Dalam scene, Barakeh tengah menguliti siluet tubuh pada foto yang sudah dicetak dengan pisau lipat hingga menyisakan sebagian ruang putih kosong. Semacam upaya penyensoran yang dilakukannya sendiri. Ia ingin karyanya tetap bisa diunggah meskipun yang terlihat hanyalah siluet tubuh korban.
Gore bilang, "Gambar itu hanyalah representasi dan bukan kenyataan". Tetapi menurut seorang moderator, "Gambar itu mendiskreditkan Trump secara personal, jadi harus dihapus".
Bagi Anda yang belum melihat sengkarut problem pada raksasa teknologi di Silicon Valley itu, beberapa kasus tadi--yang saya potong framing-nya untuk, katakanlah, bumbu pembuka tulisan ini--tentu saja membuat Anda kesal dan gemas belaka dengan ulah si moderator. Tapi tunggu dulu, permasalahannya memang tidak sesederhana itu.
Kerja Suram Moderator Konten Media Sosial: Bertaruh dengan Penyakit Mental
"Alasan saya mau berbicara kepada Anda karena dunia harus tahu bahwa kami di sini. Kami yang selalu mengecek media sosial. Kami lakukan yang terbaik untuk menjaga platform ini tetap aman untuk mereka semua."
Kalimat pembuka The Cleaners terngiang-ngiang di kepala saya. Kira-kira begitulah yang dikatakan seorang moderator anonim.
The Cleaners memotret kerja moderator konten yang direkrut melalui perusahaan outsourching di Manila, Filipina. Seorang moderator mengaku, dalam sehari ia bisa meninjau kira-kira 25.000 konten. Ia bahkan berseloroh, "Saya bisa memecahkan Guiness Book of Records".
The Cleaners atau Im Schatten der Netzwelt (2018) dalam bahasa aslinya, menjadi nominasi Sundance Film Festival dan memenangkan penghargaan lainnya seperti It's All True - International Documentary Film Festival. Film ini berhasil menyuarakan sisi gelap perusahaan teknologi raksasa yang - jika tak berlebihan--selama ini dipuja-puji sebagai revolusi 4.0. Â
Film garapan Block dan Riesewieck ini mengambil latar kantor yang tidak sebenarnya. Mereka menyetting suasana kantor sedemikian rupa; mengambil mantan moderator sebagai narasumber yang diposisikan pada adegan bagaimana cara mereka bekerja di dalam bilik-bilik kubikel, berhadapan langsung dengan layar komputer.