Mohon tunggu...
Firman Fathur Rahman
Firman Fathur Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya menyukai tentang dunia jejepangan dan juga menyukai tentang geopolitik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mempelajari Adab dalam Beretorika dan Berdakwah

27 Juni 2024   13:52 Diperbarui: 27 Juni 2024   13:59 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dr. Syamsul Yakin dan Firman Fathur Rahman/dokpri

Dalam praktiknya, retorika dan dakwah harus mengedepankan adab. Ada beberapa hal yang harus dipakai dan ditinggalkan. Ini berlaku kepada seorang komuniktor (Orator dan Dai) dan  komunikan (Audiens dan Mad'u), adab harus ditaati oleh keduanya.

Dalam kehidupan secara hirakis, adab ada di atas ilmu. Adab dalam aturan tentang sopan santun dalam Islam digali dalam al-Qur'an. Adab dalam al-Qur'an inilah yang dipakai dalam menjalin komunikasi dialog sesame manusia.

Urgensi adab dalam retorika dakwah berorientasi pada proses yang akan menghasilkan hasil yang baik. Komunikasi dalam adab Islam lebih mengutamakan kesopanan, keramahan, dan kehalusan budi pekerti.

Dalam ajaran Islam, adab dan akhlak itu berbeda. Adab itu adalah aturan yang mengharuskan seseorang melakukannya, sedangkan akhlak itu adalah sesuatu yang keluar dari hati Nurani seseorang. Ketika kita bertorika, maka kita harus menegakkan adab karena merupakan hal yang bersifat wajib.

Jika kita pahami dari pernyataan di atas. Maka dapat kita pahami bahwa yang pertama aturan manusia untuk berbuat baik mencakup tentang kesopanan, keramahan, dan budi pekerti. Hal ini dikhususkan kepada komunikator.

Kedua adab dalam retorika dakwah ialah menjaga dari sufat salah. Seorang komunikator harus mengetahui apa saja yang baik dan buruk, hal ini bersifat wajib dipatuhi Ketika mereka berdakwah atau berorator.

Ketiga, adab retorika merupakan cerminan baik dan buruknya seorang komunikator yang tampil di berbagai macam media. Dalam hal ini berlaku kepada semua media, baik media tradisional (Mimbar dan panggung), konvensional (Televisi), maupun platform media sosial.

Komunikator yang dapat mengikut sertakan adab dalam retorika dakwahnya, akan mendapatkan pujian dan disanjung oleh para komunikan. Sebaliknya, jika tak menggunakan adab maka akan ada hinaan yang menanti sang komunikator. Respon dari seorang komunikan di dunia digital cenderung lebih banyak secara kuantitatif, karena mereka merasa bebas menghujat tanpa diketehui identitasnya.

Dalam bertorika dakwah harus mengedapankan kesopanan, keramahan, dan budi pekerti. Agar kita dapat menjadi seorang komunikator yang dapat disengangi dari segi ilmu dan sifat kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun