Mohon tunggu...
Ryurai77
Ryurai77 Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjadi "NPC" di Kanisius

17 September 2024   23:27 Diperbarui: 17 September 2024   23:37 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lingkaran pertemanan, adalah suatu kelompok individu-individu yang dihubungkan oleh pertamanan, dan sering berinteraksi dengan sesama. Sebuah lingkaran pertemanan biasanya diisi oleh individu yang memiliki ketertarikan, hobi, atau pemikiran yang sama. Para individu ini biasanya saling membantu, dan membuat relasi yang dekat.

Di Kanisius pun tidak berbeda dari organisasi lain, ada banyak lingkaran pertemanan yang terpisah-pisah. Tetapi, saya merasa jika dikategorikan, sebuah individu yang sekolah di Kolese Kanisius bisa digolongkan menjadi dua golongan besar, grup "Aktif", dan juga grup "NPC". Para "aktif" yang biasanya berkumpul di suatu tempat spesifik, dan biasanya menjadi pemeran utama dalam hal seperti Alaska, Beruang Magnet, Band, Kepanitiaan dan sebagainya. Hal-hal tersebut biasanya dianggap "keren" di sekolah kanisius, dan hampir tidak mungkin dilakukan oleh para "NPC". 

NPC, singkatan dari Non Playable Character, merupakan sebuah istilah dalam dunia gim, dimana NPC merupakan seseorang dengan peran yang sangat sedikit, dan biasa tidak dipedulikan. Panggilan NPC ini sudah menjadi hal yang umum di lingkungan kolese kanisius, biasanya dengan maksud negatif. Panggilan NPC, biasanya dipakai bukan untuk yang jarang aktif di kelas, atau jarang aktif di komunitas, tetapi lebih kepada para siswa yang kurang bisa mempresentasikan dirinya secara sosial dengan baik. Para siswa ini kurang bisa membaca situasi sosial, jarang bergaul dengan santai, dan banyak berteman dengan para "NPC" lain. 

Para siswa yang dianggap "Aktif", biasanya sering mengejek dari belakang, atau menyindir para NPC, dan beberapa bahkan senang mengganggu mereka. Memperburuk keadaan, para siswa NPC yang kurang bisa membaca keadaan, bisa juga terpicu untuk marah, sedih, atau beberapa reaksi-reaksi lain yang 'menarik' untuk dilihat. Reaksi ini bisa membuat status sosial diri mereka dan teman-teman mereka juga ikut melonjak ke bawah, sehingga menambah ejekan, dan menjadi siklus yang terus mengulang. Hal ini sudah sangat mirip dengan perundingan, tetapi daripada menarget satu individu, perundingan ini terjadi kepada satu kelompok besar.

Saya sendiri, berteman dengan beberapa dari lumayan banyak dari NPC tersebut, sehingga terkadang saya pun terkena ejekan mereka. Bedanya, ketika saya ingin dijahili, biasanya saya dapat menyelesaikannya dengan mengembalikan leluconnya, tetapi beberapa siswa di kanisius tidak bisa melakukan hal tersebut, sehingga memudahkan mereka untuk dijahili selanjutnya. Saya sendiri juga bersalah, karena saya terkadang membicarakan mereka di belakang. Selain itu, saya juga merupakan Legionnaire, bagian dari OSIS, dan terlibat dalam berbagai panitia, hal yang sangat jarang dilakukan oleh para "NPC" yang disebut. Tetapi saya merasa saya cukup dekat dengan kedua pihak untuk memberikan opini saya untuk hal ini. 

Saya merasa kedua pihak bersalah, bukan hanya salah satu. Penjahilan ini terjadi karena suatu pihak yang senang menjahili, dan juga satu pihak lain yang tidak bisa bersosialisasi dan mengontrol emosi mereka dengan baik. Kedua hal ini menyebabkan hal yang sangat fatal dalam angkatan ini, yaitu kurangnya solid dalam suatu angkatan. 

Saya masih mengingat kelas 10, saat ILT berakhir, seluruh angkatan solid bersenang dan bersusah bersama, tanpa membedakan status sosial, dan itu adalah masa-masa yang paling indah menurut saya. Sekarang sekolah sudah berjalan, banyak kejahilan-kejahilan kecil yang terjadi dan semakin parah, para "NPC" juga memiliki lingkaran pertemanan sendiri, sehingga memecah belah angkatan, angkatan kurang harmonis, dan banyak yang saling menghindari, tidak mau berinteraksi kepada teman seangkatan atau bahkan sekelas sendiri. 

Saya sendiri berharap agar angkatan-angkatan selanjutnya tidak terpecah menjadi dua seperti angkatan saya sendiri, dan bisa harmonis dan memiliki nilai solidaritas yang baik. Hal itu bisa dilakukan dengan membangun toleransi terhadap beberapa siswa yang memang kurang secara sosial. Hal ini bisa dimulai dengan anda, berikan nasihat pada teman anda untuk mengurangi kejahilan, atau menasihati teman anda untuk bisa lebih mengontrol emosi saat sesuatu terjadi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun