Mohon tunggu...
Ryu Kiseki
Ryu Kiseki Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja

Saya adalah seorang penulis yang senang menulis tentang gambaran kehidupan. Pemerhati politik dan menyukai hal-hal berbau psikologi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tips Memilih Pasangan yang Tepat Sebelum Menikah

13 Juli 2014   14:42 Diperbarui: 4 April 2017   17:24 44488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita bisa dengan mudah sayang, suka, bahkan jatuh cinta kepada seseorang, namun belum tentu bisa menerima dia sepenuhnya. Banyak orang yang merasa yakin dan menyanggupi janji pernikahan untuk “menerima kelebihan dan kekurangan pasangan”, namun kemudian tidak sedikit juga yang bercerai karena tidak tahan dengan kekurangan pasangannya.

Pernikahan dan perceraian bisa terjadi karena banyak hal. Percaya atau tidak, pernikahan dan perceraian yang dilakukan oleh sepasang suami istri bisa membawa dampak kepada banyak orang di sekitarnya, terutama anak-anak mereka.

Lantas bagaimana cara untuk mengurangi kesalahan dalam memilih orang yang benar-benar tepat, agar kita tidak menyesal di kemudian hari?

Ada baiknya, sebelum mengikatkan diri kepada pernikahan, lakukan langkah-langkah berikut:

[caption id="attachment_347459" align="aligncenter" width="464" caption="Sumber: http://goo.gl/2jZu5a"][/caption]



1. Ketahui kekurangan pasangan kamu agar kamu dapat memutuskan apakah kamu dapat menerima kekurangan tersebut atau tidak.

Umumnya, ketika sedang dalam masa awal pacaran, biasanya perasaan kita sedang berbunga-bunga sehingga kita seringkali lupa akan segalanya, terutama untuk yang baru pertama kali merasakan indahnya cinta.

Semua terasa indah, bahkan “kotoran kucing pun rasanya seperti coklat”. Awalnya kita bisa menerima kekurangan-kekurangan pasangan kita. Tapi, lama kelamaan, seiring dengan berjalannya waktu dan semakin dalamnya hubungan, kekurangannya akan menjadi semakin banyak.

Perlahan tapi pasti, perasaan semakin pudar, tatkala kekurangannya lebih mendominasi kelebihannya.

Untuk kamu yang mencari kesempurnaan dan memasang kriteria tinggi, kamu dapat mempertimbangkannya apakah dia memang cocok untuk kamu atau tidak dan apakah kamu siap dengan segala kekurangannya?

[caption id="attachment_347458" align="aligncenter" width="225" caption="Sumber: http://goo.gl/Y55lyF"]

1405208050524341083
1405208050524341083
[/caption]



2. Beritahu kekurangan kamu kepada pasangan.

Mudah berteori, tapi pasti butuh tahap dan waktu, juga strategi. Kalau di awal sudah membongkar semua kejelekan, bisa jadi pasangan impian kamu langsung ‘jijik’ dan pergi meninggalkan kamu. Namun demikian, bukan berarti kita harus menutupi kekurangan kita, karena jika memang dia mencintai kamu, dia akan menerima kamu apa adanya. Jika tidak, lepaskan. Jika memang jodoh, pasti akan kembali.

[caption id="attachment_347457" align="aligncenter" width="525" caption="Sumber: http://goo.gl/Kldnik"]

1405207900406325012
1405207900406325012
[/caption]

3. Bisakah kamu “membuka diri” untuk pasangan kamu?

Seseorang mungkin dapat mengatakan seribu kata cinta dan bersikap romantis kepada kamu, namun apa kamu dan pasangan kamu sudah siap untuk membuka diri dan membiarkan pasangan kamu mengetahui tentang ketakutan, pikiran, keinginan dan kekurangan masing-masing?

Jika kalian merasa tidak nyaman untuk melakukan hal tersebut, coba pertimbangkan lagi, apa benar kamu dan dia sudah siap untuk menikah? Coba tanya pada diri masing-masing, apa kamu atau dia yang belum siap untuk membuka diri atau malah kalian berdua sama-sama belum siap?

[caption id="attachment_347453" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber: http://goo.gl/ZS2kC6"]

14052073981282493313
14052073981282493313
[/caption]

4. Intropeksi diri atau mencari kesalahan?

Coba telaah antara kamu dan pasangan kamu, apakah kalian bisa sama-sama intropeksi diri atau saling menyalahkan? Atau hanya satu pihak saja yang selalu intropeksi sementara yang lain menyalahkan?

Jika kalian dapat saling mengalah dan intropeksi diri setelah tahu kekurangan pasangan masing-masing, maka kalian sudah selangkah lebih dekat ke jenjang pernikahan.

[caption id="attachment_347452" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber: http://goo.gl/0P8uoy"]

14052071421712043790
14052071421712043790
[/caption]

5. Mengenal perbedaan pria dan wanita.

Pria dan wanita pada kodratnya berbeda. Pria lebih cenderung menggunakan logika dan wanita lebih menggunakan emosi. Meski di zaman yang edan ini, banyak sekali pria yang kewanita-wanitaan dan wanita yang kepria-priaan, namun percaya lah kodrat tersebut tidak dapat diubah.

Wanita tidak mudah untuk memberi cintanya, namun begitu dia mencintai seorang pria secara mendalam, maka logikanya seakan mati dan dia akan memikirkan kamu walau pun kamu punya banyak kekurangan.

Sedang pria, mudah untuk jatuh cinta, namun rasa cinta tersebut juga cepat hilang, terutama jika logikanya sudah tidak dapat menerima kekurangan pasangannya.

[caption id="attachment_347451" align="aligncenter" width="416" caption="Sumber: http://goo.gl/jc5szc"]

1405207028612391041
1405207028612391041
[/caption]

6. Mengenal bedanya penasaran, sayang, suka, cinta dan obsesi.

Ini adalah hal yang seringkali sulit dibedakan oleh seseorang yang sedang berada dalam panah asmara. Tidak jarang banyak hubungan yang berakhir tragis karena mereka sendiri tidak paham akan sejatinya perasaan mereka sendiri.

Kita bisa jadi penasaran pada seseorang, namun belum tentu menyayangi dan menyukainya, apalagi mencintainya. Banyak faktor yang bisa membuat kita penasaran, bisa karena kagum, tidak dihiraukan, atau karena dia memenuhi kriteria “pasangan ideal” secara fisik, sikap dan materi.

Kemudian, satu tingkat di atas penasaran adalah sayang. Sayang juga ada banyak jenisnya. Sayang secara universal, sayang kepada lawan jenis dan sayang kepada orangtua atau anak kita.

Di atas rasa sayang, ada suka. Suka pasti bersayarat, karena kita pasti punya alasan untuk menyukai seseorang, bisa karena fisik, kelebihan, atau harta yang dimiliki orang tersebut.

Di atasnya lagi, ada cinta. Cinta adalah sebuah perasaan di mana kita yakin untuk terus bersama orang yang kita cintai dan kita siap untuk menerima segala kekurangan dan kelebihannya. Jika kita cinta pada seseorang, kita pasti sayang dan suka pada orang tersebut.

Semua perasaan tersebut bisa menjadi sebuah obsesi manakala kita terlalu takut dan cemas dalam sebuah hubungan, terlalu mengidolakan atau mengejar orang tersebut.

Jadi, kamu dan pasangan kamu termasuk yang mana?

[caption id="attachment_347455" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber: http://goo.gl/GpVzrT"]

1405207642326206305
1405207642326206305
[/caption]

7. Belajar dari pengalaman pribadi dan orangtua atau orang yang sudah berpengalaman

Ada yang bilang, pengalaman adalah guru yang terbaik, pengalaman lah yang akan mengajarkan kita banyak hal dan mendewasakan kita.

Semakin banyak kita putus cinta, semakin sedikit cinta yang akan kita beri selanjutnya, karena kita seringkali menjadi takut dan apatis dalam menjalin sebuah hubungan.

Seringkali orangtua menasehati kita, namun saat panah asmara sudah menguasai emosi kita, logika ikut terbutakan dan tidak jarang kita merasa yakin bahwa kita tidak akan mengulang kesalahan-kesalahan seperti yang sudah diwejangkan oleh orangtua atau orang yang lebih berpengalaman.

Ketakutan akan kekecewaan dan rasa apatis terhadap cinta, sebenarnya adalah pandangan yang menyesatkan. Namun sayangnya, doktrin dari teman-teman yang sering putus cinta, orangtua, atau lingkungan sekitar selalu mengarah ke sana.

Jadi, banyak-banyaklah mendengar dan belajarlah dari pengalaman, bukan untuk menjadi takut dan apatis, namun untuk memperbaiki pandangan dan cara kita dalam memilih pasangan yang tepat.

[caption id="attachment_347450" align="aligncenter" width="320" caption="Sumber: http://goo.gl/BcIbK4"]

1405206849272136413
1405206849272136413
[/caption]

8. Beri ruang bagi pasangan dan diri sendiri.

Seringkali, terutama bagi mereka yang obsesif, membatasi ruang gerak pasangan dan diri sendiri. Beri ruang untuk pasangan dan diri sendiri membantu kita untuk mengerjakan hal-hal yang lebih baik dan bermanfaat.

Selain itu, kita harus meluangkan waktu untuk banyak hal, pendidikan untuk yang masih sekolah, kerja untuk yang berkarir, teman-teman dan yang terpenting, orangtua yang telah membesarkan kita.

Meski rasa curiga, cemburu, atau rasa cemas adalah hal yang wajar dan kita perlu mengingatkan pasangan kita, saat mereka melakukan hal dibatas kewajaran, namun jika rasa cemas, cemburu dan khawatir membuat kita menjadi tidak dapat mengerjakan hal bermanfaat lainnya, maka hubungan tersebut hanya tinggal menunggu waktu.

Ruang gerak diperlukan untuk mengetahui dan memperjelas mengenai perasaan kita dan pasangan kita. Jika ternyata memang pasangan kita beralih dan memilih yang lain, berarti dia tidak benar-benar mencintai kita. Atau bisa jadi di masa-masa penjajakan tersebut, malah kita yang berpaling dan menemukan orang yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun