Perlahan saya memperhatikan wajah “penipu” yang telah membodohi saya selama ini, saya mulai menyadari keriputnya yang mulai bertambah dan kecantikannya yang semakin pudar di mata saya.
Saya menarik nafas dan mencoba bersabar sekali lagi, sambil mencari cara untuk menceraikan dia dan membawa pergi anak-anak dari genggamannya. Saya akhirnya menyetujui kesepakatan kami untuk berjalan masing-masing.
Dalam waktu enam tahun, sikapnya semakin menjadi-jadi. Dia semakin membuat saya yakin, bahwa saya sebenarnya tidak pernah cinta padanya. Saya hanya terobsesi oleh kecantikannya. Namun obsesi tersebut hilang seiring dengan pudarnya kecantikan yang dia miliki.
Selama enam tahun pula, saya dan teman SMA saya semakin dekat dan kami juga berupaya untuk mengambil alih hak asuh anak sebelum saya menceraikan istri resmi saya. Kami berusaha mendekatkan diri kepada anak-anak dan mencoba membuat mereka lebih berpihak kepada kami.
Saya senang, anak-anak lebih menyukai calon ibu baru mereka daripada ibu kandung mereka yang seringkali hanya mementingkan egonya.
Dengan ini, saya semakin yakin, saya akan segera menceraikan istri saya dan mengembalikan kehidupan saya pada titik nol, atau mengulang kembali semuanya bersama anak-anak dan cinta terpendam saya. Walau saya yakin, ini tidak akan mudah, tapi hanya dengan cara ini, saya bisa mengakhiri semua sandiwara ini.
Mungkin apa yang saya lakukan adalah bentuk dari egoisme saya dan pemberontakan terhadap takdir yang tercipta karena obsesi saya. Saya harap, pernikahan selanjutnya bukan obsesi lainnya, namun karena saya memang membutuhkannya. Bukan karena dia sosok yang saya idam-idamkan, tapi karena dia memang pasangan yang tepat dan jawaban dari semua penantian saya.
Baca juga tulisan saya lainnya:
Bisakah diterapkan di Indonesia? “Suspended Coffee” dan Apa Dampaknya?
Hubungan Manusia, Definisi dan Persepsi
Tips Memilih Pasangan Yang Tepat Sebelum Menikah
Bahaya dan Cara Cegah False Memory
Menggali dan Mengembangkan Potensi Anak tanpa Membebaninya
Rasa Takut, Cinta, Naluri dan Obsesi
Kartu Kredit, Membantu atau Menyusahkan?