Mohon tunggu...
Ryu Kiseki
Ryu Kiseki Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja

Saya adalah seorang penulis yang senang menulis tentang gambaran kehidupan. Pemerhati politik dan menyukai hal-hal berbau psikologi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

That is How You Kill Me

22 Oktober 2014   11:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:09 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua sesuai dengan yang kurencanakan, dia menjadi tersangka . Ya, dia yang  telah membunuhku. Aku akan melihatnya membusuk di penjara dari dunia yang berbeda. Hanya dengan cara ini, dia bisa menebus semua kesalahannya padaku.

****

Semua berawal dari impianku yang tidak pernah terwujud, bahkan setelah aku mengejarnya sekian lama. Aku memang tidak pintar membuat wanita menyukaiku, juga tidak paham bagaimana perasaan seorang wanita. Aku tidak tahu apa kesukaannya, apa isi pikirannya, apa cita-citanya. Yang aku tahu hanyalah namanya. Vera, begitu dia akrab disapa oleh teman-teman sekelas.

Aku begitu mengaguminya, dia terlihat sempurna dan elegan untukku. Dia adalah tipeku dan aku rasa, aku telah jatuh hati padanya. Setiap kali ada yang berusaha untuk mendekatinya, aku merasa kesal dan cemburu, tapi apa dayaku? Aku bukan siapa-siapa baginya.

Tidak banyak temanku, karena aku adalah orang yang pemilih dalam berteman. Aku tidak pernah benar-benar dekat dengan teman-temanku, selain dengan Larry, sahabat baikku. Aku mengenalnya dari mulai umur lima tahun, kami tumbuh bersama, masuk ke sekolah yang sama, sampai kursus di tempat yang sama. Rumah kami bersebrangan dan orangtua kami saling kenal.

Berbeda denganku yang lebih suka menonton anime dan membaca novel-novel romantis, Larry adalah seorang yang supel dan mudah bergaul, dia punya banyak teman dan  bisa dengan mudah diterima dalam sebuah lingkungan baru.

Mungkin, hanya Larry yang tahu bagaimana perasaanku dan apa yang aku rasakan pada Vera. Berkali-kali dia menyemangatiku untuk mendekati Vera, namun aku tidak punya cukup keberanian untuk melakukan sarannya. Dia menawarkan diri untuk membantuku.

Dia memang hebat, dia membantuku untuk dapat bercengkrama dengan Vera, walau pun pada akhirnya, Vera selalu mengacuhkanku dan berbicara pada Larry. Dari cara Vera menatap dan memperlakukan Larry, aku tahu Vera lebih tertarik pada Larry daripada denganku. Aku hanya jadi “obat nyamuk” bagi Vera.

Walau Larry selalu berusaha untuk mengarahkan Vera untuk bicara padaku dan beberapa kali meninggalkan kami berdua, namun tetap saja aku tidak bisa memanfaatkan kesempatan itu dengan baik. Aku terlalu senang, gugup, dan sedih pada waktu yang bersamaan.

Pada beberapa kesempatan, Vera terlihat menolakku secara halus dan bergegas pergi meninggalkanku. Dia seringkali mengakhiri pembicaraan denganku. Mungkin dia tidak merasa nyaman saat bicara denganku.

Kami hanya bisa bicara dengan lancar ketika membicarakan Larry. Ya, Larry. Dia terlihat sangat antusias saat bicara tentang Larry. Dia ingin mengenal Larry lebih. Semua pertanyaannya tentang Larry padaku terlihat seperti sebuah interogasi. Aku kesal, tapi juga menikmati saat-saat itu. Melihat dia tertawa, tersenyum, dan antusias membuatku merasa lebih dekat dengannya walau dalam lubuk hati yang terdalam, aku menangis.

Berkali-kali aku bertanya pada Larry sambil bercanda, tentang perasaannya pada Vera. Dia selalu menjawab dengan tegas bahwa dia hanya ingin membantuku, tidak lebih, tidak kurang.

Aku berusaha realistis. Mana mungkin Larry tidak menyukai Vera yang begitu cantik dan manis? Kadang, aku berpikir, mereka adalah pasangan yang serasi. Sempat terlintas dalam pikiranku, apakah Larry terbeban karena membantuku? Atau dia mengalah untukku?

Aku tidak ingin egois. Aku juga sudah berusaha selama hampir setahun, namun tidak ada tanda-tanda positif. Aku menyampaikan pikiranku pada Larry. Aku menyuruhnya untuk mengejar Vera dan menjaganya untukku. Sebuah pemikiran yang naïf, tapi entah kenapa aku sangat yakin bahwa mereka akan bahagia tanpaku.

Larry awalnya terus menolak dan terus memaksaku untuk tetap gigih. Namun lama kelamaan dia menyerah seiring dengan padamnya semangatku. Selama beberapa bulan, aku selalu menghindar dari Vera dan meyakinkan hatiku bahwa Vera bukan untukku. Sedangkan Larry tetap melakukan rutinitasnya bertemu dengan Vera.

Absennya aku dari pertemuan mereka sepertinya tidak berdampak. Vera tidak pernah menanyaiku dan memberi kabar padaku. Aku mulai belajar untuk melupakannya.

Tiba-tiba, Larry dengan semangatnya menghampiriku dan memberitahu bahwa Vera menyukaiku. Bagai seorang anak kecil yang mendapatkan permen, semangatku kembali bangkit. Impian yang sepertinya tidak akan pernah kugapai, seolah ada dalam genggamanku.

Larry berkata padaku bahwa dia telah mengatur waktu untuk kami berdua dan menyuruhku untuk tidak menghubungi Vera, supaya Vera semakin penasaran. Jujur, itu sangat sulit aku lakukan, namun karena aku tidak ingin menghancurkan semua rencana Larry, maka aku menahan diri sampai hari pertemuanku dengan Vera.

Pada hari pertemuan kami, Vera terlihat sangat cantik. Kami yang sudah lama tidak saling bicara, membuat kami merasa canggung satu sama lain. Aku grogi saat itu karena hari itu adalah saat untukku menyatakan perasaanku padanya. Tapi aku tidak tahu harus mulai dari mana.

15 menit berlalu begitu saja, suasana begitu sepi di kafe yang sengaja dipesan khusus berdua untuk kami, sampai nada dering SMS masuk mengagetkanku. Sebuah pesan singkat dari Larry, “ajak dia bicara dan nikmati makanan kalian, setelah itu nyatakan perasaanmu. Dia menyukaimu”.

Aku mengikuti saran Larry dan kemudian pada saat kami selesai makan, aku menyatakan perasaanku diiringi dengan musik yang sudah disiapkan untuk mendukung romantisnya suasana malam bersejarah itu.

Dengan gugup, akhirnya aku menyatakan perasaanku. Beberapa detik, suasana hening dan wajah Vera terlihat sedih dan kesal. Dia menangis. Aku panik dan segera mengambil tissue. Di luar dugaan, dia mendorongku ketika aku hendak menghapus airmatanya dan dia berkata padaku bahwa dia terpaksa. Dia minta maaf dan menceritakan semuanya.

Ternyata Larry meminta Vera untuk menerimaku. Larry tahu bahwa Vera suka padanya dan dia meminta Vera untuk menerimaku terlebih dahulu, karena dia tidak ingin mengecewakanku. Dia ingin agar Vera menjalani hubungan denganku beberapa bulan sebelum akhirnya memutuskanku dan menjalani hubungan dengannya.

Aku tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Aku tidak menyangka bahwa Larry, satu-satunya orang yang aku percaya bisa merencanakan hal tersebut padaku. Aku marah, sangat marah. Seharian aku mengurung diri di kamar dan tidak makan.

Seharian aku marah dan menangisi kebodohanku. Bagaimana mungkin aku bisa percaya pada orang seperti Larry. Padahal, bagiku, Larry sudah seperti kakakku sendiri. Aku selalu menganggap dia lebih dewasa. Tapi, kenapa?

Jadi, ternyata orang yang selama ini aku percaya bahkan telah mengkhianatiku dengan begitu liciknya. Bagaimana mungkin dia bisa begitu tega padaku?

Beberapa kali Larry mencoba  menghubungiku, namun aku tidak menjawabnya, sampai-sampai dia datang ke rumahku.

Aku yang saat itu sedang gelap mata dan marah, mencoba tenang. Aku sudah memikirkannya, aku akan membalasnya. Aku membiarkannya masuk ke kamarku dan ketika dia berusaha menjelaskannya, aku minta padanya untuk membantuku terlebih dahulu, sebelum menjelaskan semuanya.

Aku menyuruhnya untuk mengambil racun serangga dan menyemprot kamar mandiku. Kemudian aku memintanya untuk mengambil gelas keramik yang dapat berubah warna, yang kuletakkan di atas meja belajarku dan sekantong daun teh celup. Sekarang, semua sidik jarinya sudah ada pada barang-barang tersebut.

Aku juga sudah menulis sebuah buku harian tentang kisah kami yang kusimpan di dalam meja belajarku, yang menjelaskan tentang aku, Larry, dan Vera.

Aku pun segera memintanya untuk pulang dengan alasan bahwa aku ingin menenangkan diri. Awalnya dia bersikeras untuk menjelaskannya, namun pada akhirnya dia menuruti kata-kataku.

Segera setelah dia pulang, aku tidak mengunci pintuku dan segera meminum segelas teh yang telah dicampur dengan racun serangga.

Ya, aku telah merencanakan semuanya, seperti dia merencanakan semuanya untukku.

***

Apa pun yang Larry katakan, semua bukti mengacu padanya. Polisi menganggapnya sebagai pembunuhan berencana. Seorang Larry, sekarang tidak lebih dari seorang kriminal. Dengan begini, Larry tidak akan pernah mendapatkan Vera dan mereka berdua akan sangat terpukul.

Vera, sesuai dengan perkiraan, tidak percaya dengan apa yang telah Larry lakukan padaku. Dia menghampiri Larry dan menanyakan semuanya.

Larry menjelaskan semuanya pada Vera, bahwa dia berusaha untuk memberi kesempatan padaku dan Vera, agar paling tidak, bisa mencari kecocokan satu sama lain dalam waktu beberapa bulan. Larry ingin memberikan kesempatan padaku agar aku dapat ‘gambling’ untuk mendapatkan perhatian dan cinta Vera sepenuhnya.

Larry telah menemukan seseorang yang dia sukai dan berencana akan menjalin hubungan dengan wanita tersebut, segera setelah aku menjalin hubungan dengan Vera. Dia ingin Vera melupakannya dan bisa terus bersamaku.

Dia tidak pernah menceritakan semua rencananya padaku, dia berusaha semampunya untukku, namun sekarang dia kehilangan segalanya. Seperti aku telah kehilangan segalanya, karena kebodohanku.

Hanya dia yang tahu semua rahasiaku. Dia bahkan sudah lebih seperti keluarga dari keluargaku sendiri. Hanya dia tempat aku bisa mencurahkan isi hatiku, dia sahabat terbaikku.

Sungguh sebuah ironi. Pengorbanan yang berakhir tragis. That’s how you kill me.

Baca juga tulisan saya yang lainnya:

Buku Diabel: Kabulkan Keinginanku

Apa yang Salah dengan Menjadi Realistis?

Wanita yang Baik untuk Pria yang Baik

Sulitkah Menjaga Kesehatan?

Didominasi atau Mendominasi?

Kemana Hukum yang Adil?

Meninggalkan Obsesi

Bisakah diterapkan di Indonesia? “Suspended Coffee” dan Apa Dampaknya?

Hubungan Manusia, Definisi dan Persepsi

Tips Memilih Pasangan Yang Tepat Sebelum Menikah

Bahaya dan Cara Cegah False Memory

Menggali dan Mengembangkan Potensi Anak tanpa Membebaninya

Rasa Takut, Cinta, Naluri dan Obsesi

Kartu Kredit, Membantu atau Menyusahkan?

Bintang yang Telah Redup

Catatan Seorang Introvert



Note: Tulisan adalah karya pribadi. Silakan copy paste, namun tetap santun dengan cara memasukkan nama dan email penulis.


Penulis : Hong Kosan Djojo/Ryu Kiseki

email : ryukiseki@gmail.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun