Salah satu kunci sukses mereka adalah kolaborasi dengan desainer internasional. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak desainer dari Eropa atau Asia yang datang ke Kalimantan buat belajar soal rotan dan kerja bareng pengrajin lokal.
"Kolaborasi ini bikin kami lebih berkembang. Mereka kasih ide-ide baru yang bikin produk kami lebih menarik," kata Budi, pengrajin senior.
Produk hasil kolaborasi ini memadukan gaya modern dengan sentuhan tradisional, kayak motif Dayak atau teknik anyaman khas Kalimantan. Hasilnya? Produk yang laku di pasar lokal dan global.
Di Balik Kesuksesan Ada Tantangan
Perjalanan pengrajin rotan Kalimantan nggak selalu berjalan mulus. Banyak tantangan yang harus mereka hadapi di balik kesuksesan karya mereka. Salah satunya adalah soal akses pasar. Meski produk mereka berkualitas, sering kali para pengrajin sulit menembus pasar global tanpa bantuan pihak ketiga.
Selain itu, keberlanjutan bahan baku juga jadi masalah besar. Eksploitasi hutan yang nggak terkontrol bikin rotan semakin terancam kelangkaannya. Padahal, tanpa rotan, karya-karya indah mereka nggak akan bisa terwujud.
Dari sisi produksi, teknologi juga jadi kendala. Banyak pengrajin yang masih mengandalkan alat-alat tradisional, sehingga prosesnya kurang efisien dibandingkan standar produksi modern.
"Masalah terbesar kami itu biaya transportasi. Bawa rotan dari desa ke kota aja mahal, apalagi kalau harus dikirim ke luar negeri," ujar Lian dengan nada kecewa. Meski begitu, semangat mereka untuk terus berkarya tetap nggak pudar.
Dukungan Buat Pengrajin Lokal
Untungnya, sekarang banyak program yang bantu pengrajin rotan buat berkembang. Mulai dari pelatihan, bantuan dana, sampai akses ke pameran internasional.
"Bantuan ini bikin kami semangat buat terus berkarya," tambah Nur.