Kota Mojokerto, dikenal sebagai kota terkecil di Indonesia. Bagaimana tidak, daerah yang menjadi kota penyangga utama bagi Provinsi Jawa Timur ini hanya memiliki tiga wilayah kecamatan saja. Ini artinya, luasan kota yang memiliki 18 kecamatan tersebut cuma 20,21 kilometer persegi.
Kendati demikian, meski terbilang kota kecil, Kota Mojokerto dibawa kepemimpinan Ika Puspitasari memiliki mimpi besar. Sebuah cita-cita seorang pemimpin perempuan pertama  yang ingin mengembalikan masa kejayaan Kerajaan Majapahit di abad 13 silam, dengan kemasan kekinian.
Sejak dilantiknya Ning Ita (sapaan akrab wali kota) pada Desember 2018 lalu, Kota Mojokerto telah mengalami banyak perubahan. Utamanya dalam memajukan kepariwisataan di Kota Onde-onde ini. Serentetan event bergengsi digelar selama kurun waktu 2019 secara meriah.
Ning Ita mengaku, ingin mengenalkan Kota Mojokerto sebagai kota pariwisata yang dikenal dengan kekhasannya, yakni Majapahit. Melalui identitas tersebut, ia yakin kota Mojokerto nantinya tak hanya dikenal sebagai kota penghasil sandal, sepatu dan onde-onde saja.
Melainkan, seni serta budaya yang diwariskan bisa membawa kemajuan dan kemakmuran. Untuk itu, Ning Ita selalu mengajak dan menggandeng masyarakat dalam setiap pagelaran apapun. Terbukti, antusias masyarakat yang turut andil didalamnya tak sekedar hitungan jari, melainkan ribuan orang.
Serangkaian kegiatan Mojospekta 2019 tersebut, meliputi Mojobatik, drama kolosal Mojopahit Babagan 1Â dan Parade 1000 meter kain batik. Untuk kegiatan Mojobatik, Ning Ita secara khusus menghadirkan para desainer kondang yang telah melejit namanya di kancah nasional hingga internasional.
Desainer Dwiko Iskandar mengusung tema batik Sisik Grinsing Berudeng dengan konsep casual elegan. Irma Lumiga, menonjolkan kreatifitasnya melalui putri Majapahit Tri Bhuana Tunggadewi. Sedangkan, Diana Couture, membawa mahakarya-nya yang dimenangkan dalam award best designer di New York Fasion Week, yakni Burung Garuda.
"Melalui motif Sisik Grinsing ini, ada doa untuk warga Mojokerto. Dan melalui Festival Mojobatik, kami ingin mengangkat potensi pembatik agar lebih sukses di level nasional bahkan internasional, sehingga tak hanya sukses di level lokal saja," imbuhnya.
Sedangkan sebagai penutup event perdana Pemerintah Kota Mojokerto sebagai kota pariwisata, ada drama Kolosal Mojopahit Babagan 1 dan pembentangan 1000 meter kain batik pada Parade Batik. Dua acara ini, dimeriahkan sedikitnya 5000 orang dari berbagai unsur masyarakat di Kota Mojokerto.
Usai penampilan drama yang dimusikalisasi oleh Memet Chairul Slamet, ratusan orang telah siap membentangkan kain batik sepanjang 1000 meter. Kain batik dengan 120 motif berbeda ini, Â diberangkatkan dari Gelora A Yani, Magersari menuju Alun - alun Kota Mojokerto, Prajurit Kulon.