"Layanin aja, yang penting duitnya," bisik Mami Eve.
Lyra pun menghampiri Om Wirno yang tengah duduk di pojok bar wisma. Tanpa basa basi, Lyra menarik tangan Om Wirno.
"Ayok om. Mau sekarang atau nanti," kata Lyra
"Sekarang aja, soalnya om nanti mau pergi," jawab Om Wirno sambil menaruh gelas minumannya.
Om Wirno pun pergi meninggalkan bar wisma menuju kamar yang ada di lantai dua. Rasa senangnya kepada Lyra, ia tunjukkan dengan sesekali menggoda pelacur asal Terorong itu.
Keduanya berjalan menyusuri lorong yang cukup remang-remang. Sesekali terdengar desahan dan teriakan dari balik pintu yang berdekatan itu. Tapi, hal tersebut lumrah buat Lyra atau pelanggan lainnya.
Saat pintu kamar Lyra dibuka, wangi pengharum ruangan begitu menyengat. Kamar yang tak begitu besar hanya berukuran 3x3 dengan tembok dua meter sebagai penyekat antara kamar dengan kamar mandi, Lyra melayani para tamu dengan sepenuh hati.
"Om mau pakai pengaman atau enggak," tanya Lyra.
"Pakai aja biar om aman! Ini om bawa kok," jawab Om Wirno sambil merogoh saku celana mengambil alat kontrasepsi.
Malam itu, Lyra menghabiskan waktu dua jam pertamanya dengan Om Wirno. Seorang lelaki yang berusia setengah abad ini, merupakan pengusaha batu bara di Kaltapara.
Om Wirno merupakan pelanggan setia di Wisma Cahaya Kembang. Namun bagi Lyra, Om Wirno merupakan pelanggan yang baru dikenalnya tiga kali ini.