Ingat Michael Burry? Tokoh nyentrik di film The Big Short yang diperankan oleh Christian Bale. Di sana Michael sudah memprediksi terjadinya krisis moneter 2008 yang berdampak pada jatuhnya harga saham akibat kegagalan bayar (default) di bidang properti, dikenal dengan subprime mortage crisis.
Saat itu, sejumlah lembaga keuangan memberikan keringanan pinjaman (utang) properti kepada banyak orang yang sebenarnya tidak mampu bayar.
Ledakan pun terjadi, tahun 2008 raksasa keuangan Amerika Lehmann Brother bangkrut. Michael Burry yang sudah memprediksi ledakan itu, justru untung $2,7 Milyar. Dengan cara melakukan transaksi credit default swap dengan raksasa keuangan lainnya, Goldman Sachs sejak dari 2005.
Artinya, sejak 2005 Michael Burry sudah memprediksi jatuhnya pasar akibat kegagalan bayar tersebut. Dengan cara apa?
Salah satunya dengan melihat Inverted Yield Curve (IYC). IYC menurut investopedia adalah "kurva imbal hasil terbalik".
Gampangnya gini, jika kita ingin menabung deposito di bank, biasanya bunga deposito jangka panjang akan bernilai lebih besar dari bunga deposito jangka pendek, sehingga kita akan lebih tertarik untuk menaruh deposito untuk yang jangka panjang (lebih dari 10 tahun).
Nah, IYC ini menggambarkan kebalikan dari nilai bunga tersebut. Di mana bunga jangka pendek justru lebih besar dari bunga jangka panjang.
Di Amerika, bunga ini kita ganti namanya menjadi US Treasury Bond (Surat Utang Negara US). Di sinilah telah terjadi sebuah anomali di mana nilai bunga obligasi jangka pendek nilainya lebih besar dari nilai bunga obligasi jangka panjang.
Di Amerika, mereka merilis suatu tingkat suku bunga harian Treasury Bond dari jangka waktu 1 bulan hingga 10-30 tahun yang berubah setiap harinya. Saya coba rangkum dari web pemerintah US, Let see!
Ini hal yang sangat jarang terjadi, di mana sejak 2015 tingkat suku bunga jangka pendek naik perlahan-lahan.