"Andaikan ini perang, ini perang tingkat tinggi" Ujarnya.
Nyaris tim Prabowo belum menemukan titik terlemah Jokowi seperti kasus Ahok. Yang bisa diserang dari seorang Jokowi adalah program-program yang masih belum sempurna, meskipun sudah berjalan. Dan itu basi, serangan seperti itu mudah dipatahkan, bahkan oleh Jokowi sendiri.
Jadi, yang bisa dilakukan adalah TETAP mengulang nostalgia menjatuhkan Ahok TANPA ada kasus hukum dari Jokowi. Pengerahan massa dalam jumlah besar dengan target peserta yang sama persis. Dan tujuannya cuma satu: Orasi, tidak ada agenda lain.
"Dan itu pasti, pasti akan dilakukan menjelang debat terakhir, karena hanya itu momentnya" Sambung kawan saya.
Dan ucapannya terbukti, pengerahan massa  di GBK terjadi hari Minggu lalu (7/4/2019) dengan atribut massa yang sama persis dengan agenda 212 yang bertujuan menjatuhkan Ahok. Sama persis, dari wajah anggota hingga kostum.
Bahkan anggota keluarga saya yang ikut pun sama, dengan kostum dan bendera yang sama.
Ini seperti dejavu, pengerahan massa yang sama melibatkan pendukung yang sama hingga perintilannya pun sama, yang membedakan hanyalah lokasinya. Ini membuktikan bahwa ucapan Prabowo ketika debat Capres lalu tentang anti-khilafah dipertanyakan.
Lho kok di pertanyakan? Ya iyalah, ini seperti copy-paste gerakan Monas dahulu. Di inisiasi oleh tokoh-tokoh yang sama, bahkan ada pidato Habib Rizieq Shihab di GBK. Turut campur ormas FPI, HTI dkk kental sekali terasa.
Jika SBY berkeberatan adanya kampanye eksklusif Prabowo seperti ini, ya memang seperti itu adanya. SBY dan AHY (tidak hadir) juga mungkin jengah dengan berulang-ulangnya pola metode yang sama.
Mungkin memang itulah momentum akhir Prabowo. Jadi Prabowo hari Minggu lalu justru menunjukkan dengan lugas siapa pendukungnya, siapa inisiatornya, dan siapa anggotanya.Â
"Sayang tidak ada Ahok yang bisa diganyang disana" Ujar kawan saya tadi melalui WA.