Dalam hal ini, Bukalapak masih rugi. Kerugian Bukalapak bisa dilihat dari laporan keuangan EMTEK, selaku pemegang saham Bukalapak. EMTEK adalah perusahaan terbuka, publik. Laporan Keuangan EMTEK sah untuk di baca setiap orang, dan bisa di unduh resmi dari laman Indonesia Stock Exchange.
Dalam laporan keuangan EMTEK per Desember 2015, di dalam bagian Investasi Pada Entitas Asosiasi, Bukalapak mencatat rugi 108 milyar rupiah. Pun di tahun 2016 dan di 2017. Di laporan keuangan September 2018, EMTEK tidak spesifik mencatat kerugian Bukalapak disitu, hanya mencatat kerugian atas investasi sebesar 528 milyar rupiah. Jika menilik dari histori sebelumnya, dimana Bukalapak berkontribusi hingga 80% terhadap kerugian investasi EMTEK, maka yang di 2018 ini pun bisa di asumsikan sama.
Jadi, inilah yang namanya startup Unicorn. Hebat? Belum tentu, setidaknya untuk saat ini.
Lha terus, sudah tahu rugi, kok EMTEK masih terus pegang saham Bukalapak? Gini gaes..Â
Sejak 2015, EMTEK memiliki 49% saham di Bukalapak yang dibeli secara bertahap. Pembelian secara bertahap ini membuat nilai saham Bukalapak melonjak, dari saat pertama EMTEK masuk melalui anak usahanya PT KMK di 6 November 2014. Saat itu PT KMK membeli 459.200 lembar saham Bukalapak di harga 29,4 miliar rupiah. Per saham seharga 64.024 rupiah.
Pada Agustus 2015, EMTEK kembali membeli saham Bukalapak 351.959 lembar saham senilai 215,4 milyar rupiah. Per saham harganya menjadi 612.003 rupiah. Lihat, dalam waktu kurang dari setahun, nilai saham Bukalapak meningkat begitu drastis, 10x lipat.
Bisnis tanah saja tidak bisa secepat itu valuasinya. Beli saham di pasar saham pun hanya kalau beruntung saja.
Nah, bagi investor klasik, konsep EMTEK ini sama dengan "menggoreng" saham. Kan yang beli EMTEK-EMTEK juga, bukan yang lain. Yang melakukan kajian pun EMTEK sendiri. Kenaikan sedrastis ini dianggap akal-akalan investor untuk menaikkan citra e-commerce.
Asumsi itu gak salah, yang salah adalah investor bukan melihat jangka pendek, tapi jangka yang sangat sangat sangat panjang.Â
Bukalapak dan Tokopedia beroperasi bukan mengejar untung tapi mengejar masa depan. Target mereka adalah menguasai pasar e-commerce di Indonesia. Untuk itu pertama, mereka saat ini harus menguasai pasar, yaitu pengguna alias kita-kita ini. Dengan cara, yaitu mendapat reputasi dari pengguna.