Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Melihat Konsep "NKRI Bersyariah" di Indonesia

17 Januari 2019   18:49 Diperbarui: 18 Januari 2019   13:59 882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demonstrasi Khilafah (Foto:www.katadata.co.id)

Seperti itu kira-kira perilaku IM dan HT. Untuk supaya eksis, HT terlihat merongrong pemerintah Indonesia lewat demonstrasi dan mobilisasi massa.

Tetapi tidak untuk teror, karena kembali lagi, IM membaur dalam demokrasi sedangkan HT tidak memiliki jaringan khusus. 

Jadi siapa pelaku teror di bumi pertiwi?

Jaringan terorisme radikal di Indonesia itu adalah Jamaah Islamiyah (JI) yang terafiliasi dengan Al Qaeda, saudara jauh ISIS dan saudara dekat Al Nusra, didirikan oleh Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba'asyir. Dari JI inilah muncul para pelaku bom Bali: Imam Samudra, Amrozi, Mukhlas dan Noordin Top.

Lalu Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), pecahan dari JI. Karena anggota JI yang lebih muda menganggap kepemimpinan Ba'asyir terlalu lemah dan mudah di pengaruhi. Termasuk ucapan terima kasih Ba'asyir ke Megawati yang menolak mengekstradisi Ba'asyir ke Guantanamo. Ba'asyir keluar dari JI dan mendirikan MMI.

Dan terakhir adalah Laskar Jihad (LD), didirikan oleh Ja'far Umat Thalib, ex mujahidin di Afghanistan. Dua teratas inilah yang kerap meneror massa dengan bom, sedangkan LD lebih kepada provokasi dan ikut serta dalam konflik Ambon.

Jadi sudah jelas, mereka memiliki peran masing-masing. IM di politik demokrasi, HT sebagai penabuh genderang, JI dan MMI sebagai eksekutor. Keterlibatan mereka masih ada lagi, yaitu penyambung lidah dan pembawa serta anggota langsung ke sumbernya: ISIS dan induknya, Al-Qaeda.

Bagi mereka harus ada teror di Indonesia agar mereka terlihat eksis. Maka yang terlihat memang aksi radikalisme. Mereka membawa pesan, ini jihad sesungguhnya. Pesan itu agar masuk ke otak para mujahid yang disiapkan. Baik disiapkan untuk ke Suriah ataupun disiapkan untuk revolusi di Indonesia.

Lalu bagaimana dengan NKRI Bersyariah tadi? Diduga itu adalah bentuk lain / penyamaran sebagai pintu gerbang bagi ekstrimis, jihadis dan radikalisme masuk lebih dalam ke Indonesia. Mereka harus masuk ke pemerintahan, tidak ada cara lain.

Kenapa begitu? Begini, saya justru ditanya heran oleh beberapa kawan, kenapa di pemerintahan Jokowi, HTI dan FPI malah ngomong anti-radikalisme? Terus terang mereka heran.

Dan saya tertawa. Di tanah Arab, justru mereka bisa menjungkirkan pemerintahan sah yang bertahun-tahun berkuasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun