Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ketika Jokowi Seorang Libero

29 Desember 2018   00:11 Diperbarui: 29 Desember 2018   09:36 1962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://news.detik.com

Jokowi adalah seorang libero, begitu kata kawan saya sambil menyerutup kopi dampit cold brew. Agak heran saya mendengar istilah itu, karena Libero adalah posisi pemain bola yang sudah tidak familiar.

"Iya, memang Jokowi suka style yang susah ditebak, terlihat bertahan, padahal sebetulnya sedang membangun serangan," ujar kawan saya.

Istilah libero booming pada era 60-an, ketika Franz "der kaiser" Beckenbauer, pesepak bola Jerman Barat, yang awalnya adalah seorang sweeper, mampu merengsek maju dan mencetak gol. Bukan hanya itu, Beckenbauer juga berperan sebagai jendral lapangan, naik membantu serangan sekaligus pengatur ritme permainan. Sejak saat itu, istilah libero seakan "sakral" sekaligus menakutkan.

Sweeper, adalah posisi yang ada di belakang tiga bek. Secara teknis, sweeper bertugas meng-cover bek di depannya, penghalau bola terakhir sebelum kiper. Sweeper kadang terlihat, kadang tidak. Ketika menyerang, lini belakang bisa dicover oleh bek asli, dan sweeper bisa berubah wujud di posisi apa saja, tanpa terlihat. Itulah libero.

Seperti yang dilakukan Sergio Busquets pada laga Barcelona versus Atletico Madrid Januari 2016. Ketika itu Barcelona tertinggal 0-1. Busquets yang aslinya gelandang bertahan pun beralih posisi sebagai sweeper untuk menahan gempuran dua striker Atletico yang ganas. Ketika pertahanan bisa dikuasai, Busquests naik membantu lini tengah dan depan, Atletico kaget dengan perubahan ini dan hasilnya Barcelona menang 2-1.

Disinilah peran Jokowi dalam tugas memainkan ritme 2019. Segala serangan yang diarahkan padanya selalu dijawab dengan santai. Dengan ciri khas, didiamkan dahulu lalu kemudian diklarifikasi dengan data dan fakta.

"Jokowi sebagai sweeper, orang terakhir di lini belakang, menangkis fitnah, lantas mengolah bola fitnah tadi di belakang, lalu mencari celah untuk maju. Untuk lawan yang paham, itu strategi paling mengerikan"

"Abang tahu, istilah mencekik leher dengan kapas?" tanya dia.

"Enggak, ngeri banget istilahnya," jawab saya.

"Ngeri lah, sekarang Jokowi dan tim maju dengan senjata yang lawan pakai saat 2014 dan 2016. Kita saja baru tahu kalau keluarga pentolan oposisi itu Natalan, Jokowi mungkin sudah tahu dari dulu. Hanya perlahan, perlahan, dia mainkan informasi ini, sampai eeggh!" ujar kawan saya sambil meniru gaya prajurit yang menusuk lawan.

"Sekarang siapa yang bisa mengklarifikasi Natalan-nya Capres pilihan Ulama? Justru mereka sibuk membela diri, tapi kocar-kacir, tidak ada pertahanan yang disiapkan," sambungnya.

Prabowo merayakan Natal adalah hal yang biasa, wajar. Jika memang Prabowo mualaf pun biasa saja. Umat Islam, Kristen, Hindu, Buddha bebas merayakan Hari Raya, dijamin oleh Negara. Tapi menjadi ramai karena sejak 2014, Jokowi selalu disudutkan dengan isu agama, bahkan difitnah.

Hingga sebuah klarifikasi datang dari Jokowi langsung yang menjelaskan dengan gamblang asal usulnya hingga agama yang turun temurun. Fitnah komunis pun dihalau dengan pelan dan simple sekali; komunis itu tahun '65, ketika itu Jokowi masih balita, mana nyambung? Sangat logis dan simple.

Masyarakat pun paham, mana kelompok yang sering memainkan hoaks dan fitnah sebagai senjata.

Serangan sentimen agama ke Prabowo adalah anti-thesis dari pola yang dibangun tim oposisi selama ini. Satu sisi orang bicara itu karma, tapi kok saya tidak. Ini bagian dari strategi.

Kunci manuver Jokowi sebagai libero didukung oleh gelandang bertahan yang visioner, Mahfud MD. Terlepas berbagai isu bahwa Mahfud berdiri di dua kaki, Mahfud menunjukkan kelasnya sebagai pengendali lapangan tengah. Twit-twit Mahfud yang menjelaskan panjang x lebar soal Freeport betul-betul membuat oposisi mati kutu. Mahfud dinilai berhasil menangkis serangan oposisi soal Freeport.

Dan soal Freeport, tak lepas dari peran striker di depan. Menteri ESDM Ignasius Jonan, dibantu oleh pemain sayap yang kerap melempar umpan untuk dieksekusi, Archandra Tahar. 

Bukan hanya Freeport, tapi juga pengambilalihan blok Rokan, pengambilalihan blok Mahakam dan skema gross-split, yang telah menyumbang tambahan pemasukan negara sebesar 847 Milyar rupiah. Juga menjalankan kembali proyek-proyek pembangkit listrik yang mangkrak pada era sebelumnya.

Dan tentunya striker lainnya, seorang striker yang loyal dan giat bekerja. Basuki Hadimuljono. Mampu mengeksekusi dengan baik bola-bola umpan Jokowi di infrastruktur.

Yang patur diwaspadai dari kubu oposisi adalah pergerakan striker lincah, haus gol, memiliki energi dan sumber daya yang mumpuni. Sandiaga Uno. Tingkah "bodoh" nya senantiasa adalah strategi agar dirinya dikenal di media sosial. Sandiaga sanggup turun naik menjemput bola atau menciptakan peluang sendiri.

Twit-twit Sandi yang terkesan normatif, standar namun mampu membuat goyang pertahanan petahana. Disinilah peran sentral bek tengah, Sri Mulyani, dibantu oleh full back Susi Pudjiastuti dan Rheinald Kasali harus rajin menangkis serangan-serangan Sandi yang fokus pada soal ekonomi.

Oya, Rhenald Kasali disini menemukan lawan yang pas, sesama ekonom, Faisal Basri.

Hal yang harus diwaspadai adalah dua peran sentral lini tengah. Sama-sama baru didunia politik namun langsung masuk tim inti. Pertama ialah Erick Tohir dan lawannya, Dahnil Simanjuntak. Keduanya senantiasa melempar umpan, tanpa harus terkesan agresif.

Di tim Jokowi yang nyentrik adalah peran Irma Chaniago yang harusnya berhadapan dengan Dahnil, justru man-to-man marking dengan Rocky Gerung atau Eggy Sudjana yang keduanya berperan sebagai perusak irama permainan lawan. Di sini Irma berduet dengan tim PSI.

Yang menarik ketika Irma sibuk menghalau serangan Rocky, Jokowi tampak sama sekali tidak terpengaruh. Ritme tetap berjalan tenang. Jokowi seperti menunggu lawan frustasi dan berbuat kesalahan sendiri. Dan akhirnya, blunder itupun datang. Ratna Sarumpaet yang berperan sebagai full back yang rajin menyerang, membuat blunder fatal yang membuat dirinya di kartu merah.

Kekuatan oposisi pun berkurang. Hanya mengandalkan serangan dua sayap; Fadli Zon dan Fahri Hamzah. Di mana umpan mereka sudah sangat terbaca, kuno.

"Lalu di mana peran Prabowo, bro?" Tanya saya.

"Prabowo itu agresif, visioner, tanpa tedeng aling-aling, sliding sana sliding sini, dia seperti Roy Keane di MU, bang"

"Berarti harus hati-hati, Keane sering termakan pancingan lawan yang lebih tenang, akhirnya kartu merah," ujar saya.

"Itulah, Jokowi ada dimana-mana, gayanya pelan, namun nusuk, gaya itu bikin lawan gregetan. Gemas. Lihat saja, dari mulai wajah Boyolali, Ojek Online, kasus Ratna hingga Haiti. Prabowo seperti medioker saja, salah omong terus."

"Bisa saja itu strategi oposisi?" tanya saya lagi.

"Bisa, firehose of falsehood. Permainan ketakutan, hoaks dan kebodohan. Tapi bisa juga itu memang kesalahan Prabowo, grusa-grusu saking pengen menjatuhkan Jokowi. Haiti itu keceplosan. Sudah ku bilang, Roy Keane sering terpancing emosi gak jelas, lalu melakukan tackling yang berbahaya. Tim petahana tahu itu, itulah yang diincar."

"Tim oposisi kekurangan tenaga defender bang, semua agresif menyerang, termasuk si Roy "Prabowo" Keane. Padahal sebagai penyeimbang tim, Keane harus bisa fokus juga ke pertahanan, jangan terus-terusan melakukan tembakan jarak jauh, sering kena blok, nafsu banget"

Tim oposisi sedang mencari bentuk serangan baru, setelah Kick and Rush justru menciptakan pola yang terburu-buru, meskipun kompak. Dahnil bahkan mengucap di Kompas TV bahwa "tim petahana fokus saja pada prestasi pak Jokowi, jangan terus mencari kesalahan pak Prabowo". Lho kok?

Ini adalah bahasa tim petahana ke tim oposisi. Jokowi selalu difitnah, sehingga timbul kalimat "fokus saja ke prestasi pak Prabowo, daripada fitnah terus ke pak Jokowi." Kebalik atau copy paste?

Jika copy paste, yang berarti oposisi sedang mencari bentuk. Copy paste sangat mudah terbaca.

Fitnah sudah tidak mempan, Jokowi sendiri yang menghalau di lini paling belakang, sweeper. Bola tidak dibuang keluar lapangan melainkan ditahan, mengecoh lawan sembari maju ke depan. Tiba-tiba melancarkan tembakan dalam bentuk "reuni keluarga" di Mata Najwa. Gol.

Serangan tentang ke-Islaman Jokowi pun sekarang ditangkap dengan baik oleh sang Kiper, KH Ma'aruf Amin. Bergeraknya beberapa tokoh aksi 212 hingga desakan mundur Amien Rais dari PAN.

Ternyata tidak sampai disitu saja. Selama Jokowi maju kedepan, Archandra dan Jonan bergerak senyap, bola bergerak dinamis, cepat. Freeport gol lagi. Seakan sudah membaca serangan lawan berikutnya, Mahfud MD dan Sri Mulyani seperti bergerak rapat menutup lini pertahanan. Pun memakan korban, blunder Rachel Maryam.

Permainan sang Libero ternyata masih lebih jauh lagi. Jokowi perlahan mulai memainkan bola panas uang Yayasan Supersemar. Dimana pada 19 Oktober 2017, MA menolak perlawanan eksekusi Yayasan Supersemar. Nebis in idem. Negara menang.

Berapa jumlah uang yang berhasil dibawa kembali ke Negara? Rp 241 Milyar, belum termasuk Gedung Granadi dan tanah di Megamendung, Kampung Citalingkup, Bogor, seluas 8.120 m2.  Siapa yang terkait itu semua? Orde baru, keluarga Soeharto dan kroninya.

"Lalu apa selanjutnya, bro?"

"Menunggu tim Jokowi membangun serangan narasi menyerang kelemahan oposisi, yang model-model seperti celetukan Rachel-lah, atau tulisan Hersubeno, receh tapi nyangkut di masyarakat, bahaya lho," katanya.

"Hmm..masalahnya Total Football tidak pernah mengeluarkan barang receh bro," ujar saya sambil mengepulkan asap kretek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun