"Jadi saya tidak heran ketika Capres anu marah sama media karena acara reuninya tidak menjadi Headline"
"Itu adalah gaya Tiran tahap pertama" Ujarnya serius. "Media harus tunduk, klaim massa jutaan ya harus ditulis jutaan, meskipun aslinya ratusan ribu" Sambungnya.Â
"Lalu apa tahap berikutnya?" Tanya saya.
"Tahap berikutnya adalah penggalangan massa". Jawab sang Kakek.
Hitler, Mussolini, Stalin maupun Alexander Agung adalah Tiran yang membanggakan jumlah. Hitler sangat bangga akan mobilisasi massa yang seperti lautan atau genosida Yahudi yang di klaim jutaan dan hal lain yang jumlahnya masif.
"Jadi jangan heran ketika massa yang hanya ratusan ribu di klaim jutaan, jumlah adalah penting dalam setiap politik ketakutan"
"Pas jaman saya SMA dulu, sering ikut tawuran, yang pertama kita intai adalah berapa jumlah lawan. Nah disitulah pointnya". Dengan jumlah mereka menebar ketakutan tentang masif-nya jumlah pendukung. Dan ketika media meng-counter dengan jumlah yang rasional, mereka akan marah.
Juga seperti era '65. Dengan pembantaian massal, maka rakyat yang tidak tahu apa-apa akan takut, dan pasrah pada penguasa. Saat ini, ketakutan itu coba dibangkitkan lagi, ketakutan akan komunis, ketakutan akan matinya Islam, kemiskinan dan lain-lain yang tidak masuk akal.
Sayang, Kereta berhenti di stasiun Bekasi, sang kakek hendak bersiap turun ketika beliau kembali menengok ke arah saya. "Mas, jangan lupa, kalo ke Jogja harus mampir, saya punya lukisan bagus tentang obrolan kita tadi.."
Kakek pun turun, kereta kembali berjalan dan saya kembali menatap gelas kopi yang terasa semakin pahit saja.
***