Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Indomie, Mie Sedaap dan Strategi Baru Oposisi

20 Oktober 2018   11:13 Diperbarui: 20 Oktober 2018   19:14 2045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam hari disebuah kos-kosan yang agak lumayan  di pertengahan tahun 90'an. Saya dan sohib saya, Klobot bertengkar hebat bak suami istri.

Perkara sepele, RCTI menyiarkan liga Italia, dan SCTV menyiarkan liga Inggris. Saya berpihak pada liga Inggris karena malam itu tokoh utama sedang tampil. Siapa lagi, Liverpool.

Dan di liga Italia, Juventus yang kala itu masih di dominasi oleh "the cyclops" Edgar Davids juga sedang show.

Asal kamu tau, Klobot dan Juventus itu bagai teletubbies, selalu berpelukan. Jangankan kamar, piring dan sendok pun bermandikan lambang Juventus, jumlah poster Del Piero melebihi jumlah foto diri dan keluarganya.

Bahkan Klobot pernah berkata..

"Gan, pernik Juve yang aku belum punya itu cuma kondom". Ingin ku berkata kasar.

Sedang saya pun sama gilanya kepada Liverpool. Kebayang kan gimana kzl-nya saya ketika sedang santai gayeng pegang remote, eh Klobot dengan semena-mena datang merebut remote dan mengganti channel.

Dibayar berapapun, saya tetap tak sudi jika Steve Mcmanaman di ganti sosok Filipo Inzaghi yang gayanya seperti politikus oposisi, offside meluluk tapi bawel.

Saya pun balik merebut remote tv, Klobot melawan, kami pun adu bacot. Juventus saya hina sebagai tim yang lemah syahwat, Liverpool pun dihina sebagai tim gang dolly.

... dan merembet ke cerita mantan yang mutusin saya karena saya tinggal pulang di kondangan demi nonton Liverpool main.. (lho liga Inggris main di malam minggu je, salahnya kondangan di malam minggu).

Ujung-ujungnya adu jotos.

Ketika sedang seru-serunya, dan penduduk kos-kosan bercampur warga sudah datang dan berteriak-teriak menyemangati, eh tiba-tiba tercium wangi khas tanggal tua.

Ya, wangi Indomie rebus. Dibawa oleh ibu kos satu panci besar lengkap dengan telur rebus yang kuningnya agak basah, daun bawang, ayam suwir dan irisan rawit yang siap menggoyang lidah.

Bagi kami anak kos, Indomie selalu istimewa, Indomie adalah messiah di tanggal tua, dimana kantong sama brengseknya dengan wanita yang sigap menolak kami sebelum kami nyatakan cinta.

Indomie-lah dimana cinta kami tak pernah bertepuk sebelah tangan. Sehingga, momen lewatnya ibu kos di depan kami, kami respon dengan khidmat. 

Tak hanya itu, mimik ibu kos pun tersenyum seakan tak peduli dengan kondisi emosi kami. Ataupun terlalu percaya diri bahwa Indomie selalu bisa jadi penyelamat dunia.

"Ayoo semuaa...makan dulu, Indomienya bikin banyak nih..yang gak mau tak sumpahin ngejombloooo"

Teriakan ibu kos yang penampilannya lumayan semok itu sontak membius kami, serentak kami ambil piring dan sendok di dapur, menuang nasi dan kembali ke ruang tamu. Suasana riuh, semua bergembira menyambut Indomie yang masih mengepul di panci.

Entah apa yang saya rasakan waktu itu, perasaan kesal kepada Klobot hilang begitu saja, yah..begitu saja, hilang, berganti rasa lapar dan ceria.

Begitu juga Klobot, wajahnya yang nyolot tak tampak lagi, semua guyub dalam limpahan rahmat Indomie.

Sebegitunya efek Indomie. Bukan hanya terhadap kantong, tapi juga menguasai emosi manusia, merukunkan dan mengayomi hati.

Tak heran, di Amerika, mie instant sekawan dengan Indomie, berhasil meredam pertikaian para Napi di dalam penjara, persis kasus saya dengan Klobot.

Chef penjara asal Kanada, Andy K yang masuk penjara akibat penyelundupan narkoba, menyuguhkan mie instant goreng plus keju, daging Ham dan saus kacang di tengah-tengah kancah perkelahian para Napi. 

Polisi penjara menjadi ringan tugasnya, penjara pun damai. Bahkan di beberapa penjara Amerika, mie instan telah dianggap sebagai mata uang yang sah. Bertukar barang antara baju dengan mie instant saat ini sudah lazim dipenjara, bukan cuma dengan rokok.

Di Australia, Indomie dianggap menjadi makanan mewah penjara. 

Apalagi ketika Indomie membuka pabrik di Eropa, letaknya di kota Indjija, 80 km dari ibukota Serbia, Beograd. Dihadiri oleh Presiden Serbia Tomislav Nikolic yang didampingi sang walikota Vladimir Gak. Sungguh istimewa.

Itulah pabrik mie instant terbesar di Eropa, pasarannya konon Ratu Elizabeth hingga para Baron di Inggris. Tak terkecuali vokalis Blur, Damon Albarn.

Saya sendiri pernah mengalami ketika merantau ke luar, saya membawa Indomie sebagai bekal makan siang. Ketika dibuka, kawan saya yang asal Jerman mencium baunya, katanya "ini bau tidak sehat". Wah belum coba dia. Saya suruh coba, slurupp..matanya berbinar, yup kena dia!

Efek endorphine Indomie memang gila, hebat betul.

Jadi, terlaknatlah para orang tua dan penggiat kesehatan yang berkampanye bahwa Indomie dan mie instan lainnya harus di hindari, berlindung dibalik alasan tidak sehatnya zat pengawet dan bumbu micin yang bisa menghidupi jutaan orang di dunia.

Indomie bagi saya adalah memori keindahan. Lebih dari itu, Indomie dan mie instant lainnya telah menjelma sebagai rangkaian media kaum proletar dalam berbahagia. Ingat, bahagia. Cukup satu kata itu.

Jika dalam politik kalian tidak bisa membahagiakan semua pihak, maka janganlah kalian bertindak zholim terhadap satu-satunya hal di dunia dimana semua bisa berbahagia, dan berdamai. Apalagi memecah belah.

Jadi terlaknatlah pula anak Presiden bernama Kaesang yang bisa-bisanya memberikan statement meresahkan warga net, bahwa dia lebih menyukai Mie Sedaap ketimbang Indomie. Bukan apa-apa, tapi cukuplah negeri ini terpecah akibat dua pilihan Politik, jangan dibuat ngawur lagi dengan perpecahan mahzab Indomie atau Mie Sedaap.

Negeri ini sudah terancam. Kita di titik kritis sodara-sodara, entah apa yang terjadi di Indonesia pada 2030 nanti! Indonesia bisa bubar!!

Maka bersama artikel ini, saya usul kepada Bapak Tito Karnavian selaku Kapolri untuk mengusut tuntas kasus ini, kasus ini adalah kasus serius, dugaan memecah belah bangsa ada di depan mata. Dan ini bukan hoaks, percuma seorang Kapolri di gaji mahal jika kasusnya hanya kasus operasi plastik.

Tapi, saya tidak meminta bapak Jokowi untuk mencopot Kapolri karena kasus ini, karena apa? Karena dengan ini saya menghimbau kepada para fan boy garis keras 212 untuk menjadikan kasus ini sebagai media "tukar guling". Untuk apa? Apa lagi kalo bukan membawa Habib Rizieq Syihab kembali ke pangkuan ibu pertiwi.

Yup, ini bisa menjadi strategi baru oposisi.

Maaf dek Kaesang, anda telah melakukan blunder serius. Perjuangan demokrasi selama ini telah tercederai. Ini adalah kriminalisasi Indomie. Beruntung Mie Sedaap dalam posisi stay cool, dan tidak membalas dengan men-twit bahwa penyuka Indomie adalah barisan para "idiot". 

Apakah MUI perlu mengeluarkan fatwa soal haram dan halal membandingkan Indomie dan Mie Sedaap? Agar negeri ini tidak terpecah belah?

Dalam diri Indomie dan Mie Sedaap-lah terpupuk rasa solidaritas untuk semua. Percuma kalian berkampanye satu bahasa dan bernegara kalau memahami mie instan saja kalian tidak bisa.

Saya tidak yakin jika masalah ini bisa diselesaikan, karena poros minoritas semacam Mie Suksess, Supermi, Sarimi hingga Mie Gaga belum siap tampil mendamaikan, meskipun mereka telah membentuk koalisi poros tengah.

Apakah kita tidak bisa sekedar menikmati temuan terhebat umat manusia sepanjang sejarah ini?

Sungguh kalian termasuk golongan orang-orang yang merugi.

***

Di posting pertama kali di www.ryokusumo.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun