Khotbah Jumat kemarin menggelitik jiwa saya, khotbah yang biasanya dipenuhi unsur politis kali ini agak ayem sedikit, berkenaan hubungan antara dosa dengan musibah.
Benarkah musibah itu saling terkait terus menerus dengan dosa?
Sudah tertera di kitab suci Al Quran (dan juga Injil) bahwa musibah-musibah masa lalu terkait musnahnya suatu kaum adalah akibat tingkah laku manusia yang mengingkari Tuhannya. Sebut saja kisah musnahnya kota Sodom dan Gomorah akibat mengingkari ajaran Nabi Luth AS, lalu kaum Tsamud di zaman Nabi Saleh AS, dan jauh sebelum itu ada Bani Rasib yang tenggelam pada masa Nabi Nuh AS.
Kita tidak perlu mendebat apakah kisah-kisah di kitab suci itu valid atau tidak. Karena toh temuan dan bukti-bukti sudah lama ditemukan, artinya valid. Dan Al Quran menuliskan itu sebagai bahan peringatan kepada kaum atau bangsa-bangsa setelahnya.
Yang menarik, Al Quran dan logika tidak pernah berjauhan, ilmu-ilmu empiris banyak yang berasal dari Al Quran, sehingga Al Quran bisa kita jadikan rujuan dalam berilmu, termasuk ilmu bumi.
Mari kita lihat hancurnya kota Sodom dan Gomorah. Kota Sodom dan Gomorah terletak di wilayah Tall el-Hammam, Yordania, tepatnya di tepi sungai Yordan, berhubungan dengan Laut Mati. Daerah tersebut diketahui adalah tempat bertemunya dua lempeng tektonik yang saling berlawanan.
Ini adalah zona gempa bumi yang berbahaya.
Jadi kota Sodom dan Gomora berdiri di atas restricted area, area terbatas. Gempa bumi bukan hanya menggoyang kota tapi juga menyebabkan aktiftas Gunung Berapi menjadi aktif.
Di gambarkan dalam Al Quran Surat Hud 82-83: "Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi..". Secara ilmiah itu sangat mungkin mengacu kepada letusan gunung berapi yang meletuskan garam, halit, anhidrit, batu, lumpur, bitumen hingga belerang yang mana termasuk dalam Katastrofi (bencana) geologi. Bukan sekonyong-konyong seperti hujan meteor (Astroblem).
Daerah tersebut adalah daerah dengan tingkat salinitas tinggi alias memiliki kandungan garam yang sangat tinggi. Hal ini menjelaskan secara ilmiah mengapa istri Nabi Luth AS berubah menjadi patung garam ketika menengok. Besar kemungkinan istri Nabi Luth tidak rela meninggalkan kotanya, kembali masuk kota hingga dia terpapar badai garam yang timbul.
Dan bukan hanya itu, dari penelitian pun ditemukan adanya timbunan kantung-kantung gas metana di bawah pesisir Laut Mati yang sangat mudah terbakar apabila tergesek atau terjadi gempa bumi besar, sehingga munculnya api dari dalam bumi adalah efek meledaknya gas metana tersebut.