Jadi gini gaes, pas tanggal 21 September kemarin, bukan kebetulan saya bertemu dengan seorang "pakar gesture" tubuh.
Sebetulnya bukan pakar, tapi lebih kepada penasehat spiritual yang banyak "menangani" tokoh-tokoh besar, termasuk beberapa Jenderal yang olehnya dipertontonkan foto antara Jendral tersebut dengan dirinya. Sebut saja beliau Mr. K.
Kami bertemu di daerah Jakarta Pusat, tepat menjelang pengambilan nomor "keberuntungan" pasangan Capres Cawapres, dan kami bersama-sama menyaksikan siaran langsung pengambilan nomor itu dari sebuah rumah makan.
Sebelum acara pengambilan, saya bertanya apakah ada pengaruh antara nomor dengan hal mistik masing-masing Capres.
Jawabannya adalah ada, tapi sedikit, karena masing-masing Capres memiliki weton, nama dan inner circle yang mumpuni, artinya kedua Capres sudah teruji baik dari sisi kemampuan maupun spritual. Semua Capres Cawapres ini memiliki "isi".
Sehingga yang kami bahas adalah gestur tubuh masing-masing Capres-Cawapres. Itupun secara tak sengaja, karena Mr. K tiba-tiba menangkap sesuatu yang unik. Terlebih ketika dalam sekian menit saya menemukan foto di atas ini di laman Facebook sorang kawan.
"Apa itu Gus?" Tanya saya.
"Ada yang unik mas, ini sebetulnya tidak perlu pakai mata batin atau mata uang, ini cukup pakai mata biasa saja. Andai Anda menangkap sesuatu...," sambungnya, dengan nada menggantung.
"Jadi gini mas, coba sampeyan lihat, persis ketika Jokowi dan Prabowo membuka kertas..," katanya.
Beliau menyeruput kopi Black Magic-nya dan kemudian meneruskan,
"Lihat Jokowi, dia tampak begitu lepas, keliatan sekali dia lepas, senyumnya dari ujung pipi ke ujung pipi lainnya. Sumringah, tidak ada beban, kesannya berapapun nomor yang beliau dapat, beliau terima apa adanya. Bahkan sebelum ngambil kertas itu wajahnya sangat percaya diri, biasa saja, matanya lebih banyak menunduk, tenang. Saya mendapat kesan, menang kalah soal biasa baginya. Kalo menang ya harus menang, kalo kalah ya no hard feeling," ujarnya.
"Lalu ketika berdoa mas, coba lihat, siapa yang merespon serius doa tersebut. Pas berdoa, Sandi kok malah kelihatan berlebihan, gestur badan tidak bisa diam, obah terus, bangga sepertinya ada di sana, bangga ada di depan kawan-kawannya yang mendukung, persis gaya mahasiswa, agak nggak jelas. Jokowi tangannya biasa, natural, wajah menunduk, ada pengharapan di sana"
"Prabowo pun terlihat baik, tapi harus di ingatkan Sandi untuk tangan menegadah keatas, posisi berdoa entah lupa atau apa"
"Ah mosok Gus, hahaha.."
"Yang paling kentara gestur setelah sesi salaman itu, oh iya, itu kenapa Sandi cium tangan segala ya? Agak bingung lihatnya ya, agak berlebihan memang, sedari awal. Lihat tangan setelah bersalaman itu, pas foto bareng. Tangan Jokowi mantap ke atas, senyumnya stabil dari awal. Sedangkan Prabowo..hmm..."
"Hmm...gimana Gus?" Kejar saya.
"Lihat Sandi dulu deh, pas Jokowi dan Prabowo buka kertas itu Sandi senyum-senyum sendiri, tengok kiri kanan, ada jeda, seperti bingung, kok nomor dua ya? Nomor dua itu apa ya, gimana ya gayanya nih, beliau seperti sibuk menerka gaya. Akhirnya keluar gaya victory tangan dilipat itu.."
"Beda dengan Jokowi dan Ma'ruf yang langsung ngacung angka satu, bangga gitu, mereka berdua lepas, satu atau dua bodo amat, yo wes ben" Sambungnya.
"Prabowo lebih dramatis lagi, dilihat dari senyum dulu, dari sejak kertas itu dibuka, senyum Prabowo adalah senyum yang ditahan, senyumnya menyamping, tidak dari pipi ke pipi, tidak balance. Tidak lepas. Ada beban di sana, ada jeda waktu di mana beliau tidak bergerak alias gamang"
"Kemudian lanjut setelah sesi cium tangan itu mas, Prabowo lagi-lagi tampak gamang, seperti di foto ini (foto cover artikel), nah lihat nih kan, lagi-lagi senyum, senyum menyamping, tangannya di dada, tidak lepas, sama seperti di awal. Beliau seperti di antara pertanyaan dan penyataan, kok nomor dua ya? Atau bisa juga, yah nomor dua, gapapa deh.." Ujarnya kemudian.
"Kenapa itu Gus?"Â
"Bisa jadi karena beliau selalu terobsesi pada posisi satu. Nomor satu. Padahal nomor dua itu sebetulnya sakral, karena banyak menang juga. Tapi ya itu tadi, obsesi beliau kepada posisi puncak, dilihat dari aura, itu tidak bisa berbohong mas, sekeras apapun beliau berusaha gembira"
"Weh, luar biasa, seperti ada beban gitu Gus?"
"Bisa jadi, bisa jadi.."
"Tapi bisa saja ini pinter-pinter si fotografer pas motretnya, pas antara ekspresi Prabowo dan Jokowi seperti itu Gus. Jadi membuat persepsi pembaca facebook seperti itu, gimana Gus?" Tanya saya.
"Saya juga tadi berpikir gitu, tapi justru foto ini menguatkan apa yang saya "rasakan" sebelumnya ketika nonton siaran langsungnya" Jawabnya.
Saya pun manggut-manggut.
Memang jika dilihat kasat mata, baik Prabowo maupun Jokowi memiliki gestur yang berbeda-beda. Â Prabowo, menurut saya lebih kalem (yang) jika diterjemahkan Mr. K adalah gamang. Sedangkan Jokowi justru terlihat pede, bersemangat.Â
Padahal secara historis angka 2 (genap) dipercaya nyaris selalu menang. Entah di Pilpres 2004, 2009 hingga era Jokowi di 2014.Â
***
"Nomor genap berjaya.."
Begitu kata Sengkuni, di malam itu
Tangannya sibuk memainkan dadu
Dadu terlempar, masuk ke arena, terus berputar..
Sementara Drupadi sibuk menyanggul rambutnya, tubuhnya wangi, habis mandi..
Yudhistira dan Duryudana menatap dadu tak berkedipÂ
Pilihannya dua, hancur ataukah jaya..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H