Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Krisis Venezuela di Antara Ekonomi, Revolusi, hingga Kopi Bandung

16 September 2018   11:55 Diperbarui: 16 September 2018   19:57 2435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bahkan sekedar produk pertanian pun langka, warga kenyang disubsidi, sehingga malas kerja keras. Barang black market sangat laris, orang lebih suka hisap ganja ketimbang bertanam. Ini masuk yang ketiga," ujarnya sambil mulai membuka bungkus rokok menthol.

"Yang ketiga buat apa menanam padi, lahan milik pemerintah, kita menggarap lalu dijual dengan harga dari pemerintah, lah kita dapat apa? Hanya kurang dari 5% saja lahan kita yang ditanami, lebih enak beli jadi. Import" Ujarnya ringan.

Artinya, di sisi lain, UU reformasi agraria Chaves berbalik bagai bumerang, oke di awal, tidak oce di akhir.

Venezuela menghadapi titik riskan menjelang krisis, selain pondasi ekonomi yang rapuh, ditambah lagi utang membelit yang hanya bisa di bayar dengan minyak. Begitu harga minyak drop, bayar utang ya pakai cadangan devisa, terus-terusan, ya kolaps.

Dihantam perang dagang China-Amerika, ya mewek, mewek darah. Belum lagi tekanan oposisi yang berisik ditunggangi Amerika, percobaan kudeta terhadap Maduro berkali-kali. Capek, kapan kerjanya.

Dan isu ketahanan pangan baru digemborkan akhir-akhir ini, ketika warga harus mengantri berjam-jam. Terlambat. Trumph keburu pasang perangkap ini itu, sosialis harus enyah dari dunia, ladang minyak dikuasai US, itu petuah Trumph.

Lawan Amerika cuma satu, dan satu-satunya saat ini, China. Russia? Beresin dulu internal deh, gitu mungkin kata Trumph.

Indonesia?

"Negaramu itu surga sob, di Jakarta, semua orang sibuk, jalan macet, tidak ada yang nongkrong. disini (Bandung) pun begitu, Mahasiswa lalu lalang, proyek banyak, data ekonomi dan yang kulihat realitasnya sama. Dari kereta ku lihat padi menguning, lahan sangat luas" Ujar Elimar.

"Disana, menghisap tembakau ini seperti mimpi..apalagi ngopi," Sambungnya, wangi menthol pun berkelebat di udara.

"Tapi..semangat Chaves yang tetap kami pegang, semangat revolusi, entah sampai kapan.."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun