So which is hal-hal di atas tadi memang membuat anak Selatan itu lebih improve di sisi bahasa dari anak Jakarta lainnya. Seriously people.
Jadi memang gak bisa disalahin ataupun diledek kalau anak Selatan itu more gimana gitu...emang nature-nya demikian. Bahasa sangat identik dengan kondisi lingkungan.
Kalian mau ke Jakarta Barat? Silahkan berjibaku di area Daan Mogot dan sekitarnya. Paling Kembangan atau Puri Indah yang rada sedap dipandang, mall-nya Taman Anggrek it's ok lah plus Central Park.
Jakarta Timur? Pinggiran BKT situ? Atau di Pondok Kopi side to side sama daerah pabrik -pabrik di Cakung atau ya..maaf..maaf nih, Bekasi? Ya silahkan sih.
Jakart Pusat okelah, karena dulunya juga tempat elit di Menteng. Tapi ya situ-situ aja. Untung aja Jakarta Pusat punya Monas dan dekat dengan Istana Negara, lagi pula Jakarta Pusat jadi tempat paling fragile kalau ada demo atau kerusuhan.
Jakarta Utara, melipir dikit kena bau fish dan udang yang kadang segar kadang enggak. Belum lagi kondisi jalanan yang harus tabah iman karena sering main ci-luk-ba sama truk gandeng yang sebelahnya ada ojek online mau nyalip. Ya Allah, berikan hambamu panadol.
Jakarta Selatan? Hmm..that's heaven guys. Jadi jelas ya, kalo perkara bahasa yang di mixing tadi adalah style yang alami, tidak dibuat untuk keren-kerenan. Bahasa, terkait dengan kondisi sosial dan lingkungan. Istilah baru nih: "Keminggris official".
Menurut Muhardis (2013). Bahasa memiliki hubungan erat dengan sistem sosial masyarakat tempat bahasa tersebut dipakai. Sebagai sistem sosial, tentunya ada beberapa aspek yang melatarbelakangi seseorang dalam berbahasa. Faktor usia, tingkat pendidikan, keadaan ekonomi, serta lingkungan tempat tinggal merupakan faktor penentu seseorang berbahasa.
Jadi clear ya, kenapa di tulisan ini dibuka dengan menjelaskan kondisi Jakarta Selatan itu seperti apa. Supaya kalian gak heran, baru di mixing Inggris aja pada ribut.
So, Jaksel itu seperti....
Byuuurrr...