Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Menelisik Usaha Penyelamatan Rupiah Versi Sandiaga

8 September 2018   00:14 Diperbarui: 8 September 2018   13:35 3653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sandiaga Uno (Foto: Kompas.com)

Alkisah disebuah kampung Bubarboyo jaman dahulu kala, hiduplah seorang peternak bebek, sebut saja namanya Klobot. Disamping angon bebek, Klobot dikenal juga sebagai politikus kampung yang mumpuni. Warga kampung segan dengan Klobot.

Suatu hari, kampung sedang dilanda musim hujan. Kampung sebelah sudah mengalami banjir hingga membuat kampung itu nyaris tenggelam seluruhnya.

Khawatir kampung Bubarboyo bernasib sama seperti kampung sebelah, Lurah dan jajaran pamong praja sibuk membuat tanggul dan parit. Gunanya jika banjir datang lagi, sistem pengairan kampung diperbaiki, parit berguna untuk mengalirkan air banjir ke tempat yang lebih rendah, atau di tampung di bendungan guna antisipasi musim kemarau nanti.

Tapi tidak dengan Klobot, lelaki itu memanfaatkan tradisi warga kampung bahwa jika ingin terbebas dari malapetaka, maka setiap warga harus mengorbankan hewan ternaknya, apapun itu.

Di warung kopi, Klobot membuat desas-desus, bahwa Dewata sedang marah besar, akibat warga yang pelit ketika musim panen tiba dan membuat isu bahwa apa yang dilakukan Lurah dan pamong praja adalah sia-sia, jalan keluar untuk bencana ini adalah pengorbanan hewan ternak.

Warga yang sebagian besar memang mudah terhasut mempercayai Klobot, singkat cerita, esoknya warga pun berduyun-duyun mendatangi rumah Klobot, demi seekor bebek.

Di perjalanan ke rumah Klobot, mereka melewati pak Lurah, pamong praja dan sebagian warga yang sedang bergotong-royong membangun parit dan tanggul. Mereka mencemooh bahkan ada warga yang meludahi.

Kata mereka, pak Lurah dan pamong praja tidak becus, tidak pernah bertindak apapun ketika warga sedang kesulitan. Lurah pembohong, penipu dan sederet hinaan lain.

Mereka pun mengantre bebek dirumah Klobot, bebek yang tadinya kurang laku, menjadi laris manis, harganya naik terus, warga tetap antusias membeli karena rasa takut ancaman bencana oleh Dewata. Karena Klobot seorang usahawan, harganya pun terus merangkak naik.

Klobot untung besar. Bebeknya bukan cuma laris manis, tapi ludes des.

Sore hari, ketika hujan deras kembali melanda, warga mulai cemas. Khawatir akan rumahnya yang akan ambruk atau terendam air bah. Hujan cukup lama mendera, tapi hingga selepas Maghrib, tak tampak sedikitpun air bah masuk kerumah warga.

Air hujan yang turun, masuk ke selokan buatan di setiap perumahan dan bermuara di parit buatan yang ada di luar batas kampung, dari parit air hujan dialirkan ke bendungan buatan yang cukup besar, lengkap dengan tanggul yang dijaga dengan ketat oleh beberapa pamong praja.

Tapi apa yang terjadi oleh warga? Di malam itu, warga mengelu-elukan Klobot, Klobot di daulat sebagai penyelamat kampung. Bahkan warga mulai menggeruduk rumah pak Lurah, meminta Lurah tersebut turun secepatnya, mengundurkan diri. Turun secara konstitusional. Klobot pun naik menjadi Lurah.

Singkat cerita, beberapa bulan kemudian, parit dan bendungan sudah tak terurus,warga sibuk membeli bebek milik Klobot hingga akhirnya hujan turun lagi dan kembali merendam rumah warga.

Begitulah cerita "Sang Dewa Penyelamat Kampung". Jika dikaitkan dengan langkah praktis politisi yang sedang naik daun, Sandiaga Uno. Meskipun Sandiaga tidak seperti Klobot yang jelas-jelas menghasut warga untuk kepentingan pribadi, tapi konsepnya sama. 

Sumber: https://www.brilio.net
Sumber: https://www.brilio.net
Sandiaga mencoba menarik simpati masyarakat dengan menukarkan 1000 dollar miliknya ke rupiah, dengan alasan langkah penguatan rupiah. Padahal sejak zaman super krisis 98 lalu, gerakan cinta rupiah pun tak pernah bisa mendongkrak nilai rupiah itu sendiri. Langkah-langkah pemerintah dan kondisi global lah yang berperan, bukan yang lain.

Sedangkan hari ini, kita lihat pemerintah yang berjuang sedemikian rupa justru tetap di caci. Bayangkan jika tidak ada langkah kongkrit pemerintah, mau jadi apa rupiah sekarang. 

Saran ekonom Faisal Basri pun sudah banyak diikuti, seperti himbauan berhemat belanja valuta asing dengan tidak melakukan studi banding ke luar negeri, menekan jumlah delegasi ke luar negeri, hingga menunda proyek strategis, diantaranya yang sudah direalisasi adalah penundaan mega proyek listrik 15 ribu MW.

Dan ketika rupiah menguat sedikit, Sandiaga pun mendapat pujian dan elu-elu, sama seperti cerita Klobot.

Padahal hanya dengan menukar dollar, jika yang ditukar "hanya" 1000 dollar sedangkan harta anda sempat masuk di Panama Papers, apakah signifikan? Apalagi yang diajak adalah masyarakat juga, emang kita punya berapa? 1 dollar pun bakal di sayang-sayang karena memang satu-satunya. 

Pengusaha pun enggan karena beberapa modal bisnisnya pakai dollar, dan memang bukan menukar dollar ramai-ramai solusinya, pengusaha tahu itu.

Apakah emak-emak lantas mengeluarkan dollarnya dari balik bantal? Kalau punya pun mending disimpan, untuk naik haji nanti. Lagipula, 1000 dollar mah cuma remah-remah rempeyek, 1000 dollar itu setara dengan 15 juta saja lho. 

Kalau punya harta yang masuk di Panama Papers, punya dollarnya pasti juga sudah lama, dan bagi pengusaha yang punya bisnis investasi seperti Bang Sandi, rupiah naik ke 15 ribu itu artinya cuan atau untung. 

Tapi juga enggak mungkin semua ditukar, bisnisnya nanti pakai apa? Bisnis investasi global loh. Jadi, mending 1000 dollarnya dijadiin cuan aja, lumayan buat beli kopi moka, yang ada undian mercedesnya ya. 

Cerita Klobot ditulis di www.ryokusumo.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun