Ketiga, memaksakan Iriawan sebagai Pejabat Gubernur Jawa Barat. Meskipun Tjahyo Kumolo mengatakan toh Pilkada tinggal seminggu lagi, ini sama saja batal puasa menjelang lebaran, toh lebaran tinggal seminggu lagi, gitu.
Cacat, tetap saja cacat dan ini membuat kepercayaan publik kepada Tjahyo dan PDIP tergerus. Lho, apa hubungannya Menteri Dalam Negeri dengan PDIP? You know lah. Bahkan tim PSI yang ayu-ayu itu pun ikutan kritik, padahal biasanya mesam-mesem.
Di Jatim, mungkin di awal antara Khofifah dan Gus Ipul beda-beda tipis. Tapi berdasarkan obrolan warung kopi di Surabaya, nyaris semua warga yang saya ajak bicara mendukung Khofifah.
Sinyal kekalahan Gus Ipul yang didukung PDIP mulai terlihat. Pesona Khofifah tak tertandingi, dan lagi-lagi..Khofifah juga mendukung Jokowi. Hmm, menarik.
Dari Sumut dan Pulau Jawa mulai terlihat melebarnya jarak antara Jokowi dan PDIP. Jawa adalah Koentji. Dan 2 dari 3 Provinsi, Jokowi dan PDIP nampak 'tidak akur'. Hanya Jateng yang tetap istiqomah PDIP dan Jokowi, itupun lebih disebabkan sosok Ganjar, bukan hal lain.
Sinyal Jokowi akan 'dilamar' pihak lain santer jika melihat manuver koalisi pemerintah dan oposisi di Pilkada 2018 ini. PDIP seakan menjaga jarak dengan memaksakan figur-figur yang secara kekuatan sudah tampak kalah. Dan sebaliknya, pemenang-pemenang Pilkada versi quick count hampir semua terafiliasi dengan Jokowi, terutama Jawa.
Di Jawa Barat, terlalu spekulasi bahwa Ridwan Kamil adalah susupan PKS hanya dari bantuan bansos dan hibah untuk yayasan yang terafiliasi PKS, andaikan benar demikian, Ridwan Kamil pun sudah deklarasi akan mendukung Jokowi di Pilpres 2019. Sumber. Pahit arti, PKS ada di belakang Jokowi.
Jawa Timur apalagi, Khofifah siap untuk dimajukan menjadi jubir kampanye Jokowi nanti, sumber. Jawa Tengah gak usah ditanya. Koalisi es campur ala partai-partai ini tetap menuju ke satu nama, Jokowi.
Tapi PDIP sepertinya tetap memiliki strategi sendiri. Toh meskipun di daerah kunci PDIP keok, tapi secara keseluruhan, PDIP tetap memegang 61% suara dari Gubernur hingga Bupati. Hanya saja untuk level Presiden, persentase ini mudah bergeser.
Yang kebingungan adalah PAN, manuvernya sana-sini, sampai meet & greet dengan petinggi FPI di Mekah, bergandengan mesra seakan mereka satu suara, eh pas sampai Jakarta, ternyata Amien Rais malah deklarasi mau nyapres sendiri. Lho piye sih mbah?
Tapi Amien Rais bukanlah oposisi kelas teri, beliau tetaplah bekas king maker yang wajib di antisipasi. Dan pencalonan beliau tentu ada tujuannya, setidaknya beliau tetap eksis, karena soal dukungan partai, ya cuma didukung PAN.