Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Vonis Kuda Hitam dan Balak Enam

10 Mei 2017   10:42 Diperbarui: 10 Mei 2017   14:55 3351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Whatsapp grup, Instagram

Presiden akan menjadi lebih tenang dalam bekerja dan juga tenang dalam menimbang siapa musuh yang harus "dihabisi" dan siapa musuh yang bisa dijadikan kawan, juga siapa musuh dalam selimut dan siapa yang sengaja berbulu domba. Menjadi sebuah titik terang apa alasan Presiden ketika mengunjungi Prabowo dan kemudian berkuda bersama. Mungkin bagi kebanyakan orang hal ini tidak nyambung, tapi bagi para penyuka teka teki simbolik, ini saling berkaitan.

Dalam jangka waktu dekat mungkin para anti-ahok masih gengsi untuk mengakui bahwa tidak ada alasan lagi untuk demo nomor cantik, tidak alasan lagi untuk intervensi Presiden, tidak ada alasan lagi untuk nyinyir di sosial media terhadap pemerintah saat ini.

Mereka akan tetap nyinyir, hingga pada akhirnya tidak ada alasan satupun untuk dinyinyiri dan kemudian menyerah. Masih ramai di sosial media saya membaca beberapa postingan ingin Presiden diganti, entah karena alasan apa, suatu alasan yang tidak logis dan tidak bisa dibuktikan.

Lalu bagaimana dengan Ahok? Apapun kesalahan Ahok, harus diakui dengan kepala jernih bahwa beliau adalah sosok yang legendaris, mampu bekerja dan cerdas. Sosok dengan performa seperti itu bukanlah sosok yang lantas hilang di telan waktu. Ahok itu ibarat balak enam, butuh strategi yang matang untuk menjadikannya kartu pemenang atau saat ini, masih menjadi beban bagi langkah pemerintah. Ahok bisa menjadi kartu truf, hanya di tempat dan waktu yang tepat (golden moment). 

Silent Majority

Salah satu yang patut ditunggu ialah kebangkitan silent majority di Indonesia. Silent majority ini unik di semua negara, mereka mayoritas terdiri dari kaum pekerja, karyawan, beberapa pengusaha yang terkesan masa bodoh dan cuek terhadap keadaan, mereka lebih mementingkan urusan perut ketimbang politik, tapi diam-diam mereka banyak mengamati perkembangan yang terjadi.

Anehnya silent majority ini justru banyak berasal dari kalangan nasionalis, karena umum diketahui, yang banyak show off adalah justru dari kalangan agamis, rajin berorasi bukan hanya di depan Balaikota, tapi juga di masjid-masjid, tak segan untuk berkumpul dan meneriakkan slogan.

Saya pernah menulis tentang hate spin agent, didalam Politics Enterpreneurs ala Cherian George di dalam bukunya “Hate Spin: the manufacture of religious offense and its threat to democracy”. Dimana dengan gamblang dijelaskan bahwa "para agen" membuat sebuah "produk" yaitu masyarakat, untuk bisa digiring dalam beropini atau berpolitik sesuai dengan tujuannya dengan membawa pesan kebencian, membuat ketakutan yang masif agar masyarakat bergerak sesuai arah tujuan si penggiring. Dimana cocok dengan kondisi Indonesia saat ini.

Kondisi politik yang coba di akali oleh Eep Saifulah Fatah dengan strategi yang saya namakan primordial marketing. Secara cerdas Eep mencoba memadukan isu priomordial yang menjadi ciri khas Indonesia dengan cara hate spin, pesan kebencian. Pesan yang diulang-ulang dengan ancaman ketakutan secara masif dan meluas, bukan hanya di Jakarta, tapi seluruh Indonesia. Kubu Ahok sudah tidak bisa bergerak lagi ketika langkah-langkah tadi menghadang, hanya bisa menangkis dengan banyak blunder.

Nah, setelah keberhasilan Eep tadi, mulai banyak pihak yang tadinya terlihat kalem mulai menunjukkan kegerahannya, inilah golongan silent majority yang saya maksud tadi. Strategi primordial sudah cukup merusak ternyata bisa membangkitkan golongan cuek ini, golongan yang tadinya merasa baik-baik saja lalu kemudian mulai terusik, mereka mulai berbicara di sosial media dan mulai berani membangun sebuah jaringan. 

Patut ditunggu bagaimana kelanjutan silent majority ini, seharusnya ada ahli strategi yang sudah bisa menangkap sinyal ini dan kemudian menggunakannya dengan baik. Cerita Indonesia masih akan berlanjut, maka dari itu, lebih baik gelar tikar dan siapkan kopi terbaik.

Show must go on..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun