Belum lagi yang paling parah soal pria yang berorasi dengan tulisan "menolak Ahok" di Tanah Suci Mekkah ketika Haji. Saya mungkin bukanlah pemilih Gubernur Petahana nanti di 2017, karena prinsip pribadi. Tapi melihat itu semua..kok ya saya malu.
Apa memang dosa kita yang sebiji zarrah sudah yakin 100% bakal diampuni oleh Allah ketika Haji? Apa memang sang orator sudah yakin api Neraka tidak akan menjilat seujung kukunya sehingga dia rela berpolitik ketika Haji?
Apakah memang sudah se-euforia itu kita merayakan keimanan kita? Sekuat itukah keimanan kita sehingga sempat-sempatnya berpikir untuk berpolitik ketika Haji?
Apakah sang orator itu tidak tahu bahwa orang tua saya masih harus mengantri hingga 5 tahun kedepan untuk mendapat kuota? Atau di tempat lain yang masih harus menunggu hingga 30 tahun dimana mungkin Haji hanya tinggal kenangan? Dan anda disana, berdiri dengan pongah, berfoto dengan tujuan politik. Kan asyem.
Sudah separah itukah kita, sehingga Nabi Ibrahim dan Haji sudah tidak "hits" lagi, dan harus tunduk pada kepentingan politik?
***
Artikel dimuat di blog pribadi, disini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H