Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Karena Persatuan Umat Adalah Segalanya

5 Juli 2016   05:54 Diperbarui: 5 Juli 2016   10:38 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nanti lebaran, kita ikut siapa eyang? Muhammadiyah atau pemerintah?" Tanya saya selepas sahur.

"Sebaiknya pemerintah" Jawab eyang, kali ini agak berbeda dari gaya biasanya.

"Kenapa?"

"Ya, karena mereka yang pimpin negara ini, bukan Muhammadiyah, bukan NU, tapi dua-duanya baik, mereka ndak jelek, cuma kalau untuk nasional, ya kita ikut pemerintah, Insyallah suatu saat nanti kita bareng-bareng lebarannya"

Saya ingat betul, meskipun beliau amat menghargai perbedaan dan menghindari konflik, tetapi dalam hatinya, tetap bersatu padu adalah impiannya, karena di desa itupun terbagi dua hari lebaran. Muhammadiyah sholat terlebih dahulu di lapangan yang sama dengan yang lebaran ikut pemerintah esok harinya.

Apa rasanya satu desa tapi berbeda begitu? Padahal mereka selalu shalat Taraweh dan shalat Subuh dengan imam yang sama? Sungguh sangat tidak enak.

Pun demikian dengan yang saya rasakan ketika mendengar Menteri Agama Lukman hakim Syaifuddin kemarin selepas berbuka puasa di televisi, tentang penentuan Idul Fitri 2016 / 1437 H jatuh di hari Rabu 6 Juli 2016.

Ada yang istimewa, di tahun ini kita berlebaran bersama-sama dengan Muhammadiyah yang biasanya merayakan hari raya 1 hari sebelum hari yang ditetapkan pemerintah. Saya merasakan kelegaan.

Ada yang menyentuh saya ketika mendengar KH Ma'aruf Amin, ketua MUI berucap syukur bahwa tahun ini kita berlebaran bersama-sama. Ada terbersit luapan kegembiraan pada MUI disana, kegembiraan yang menggambarkan, betapa mahalnya harga sebuah persatuan di negara kita, hanya untuk berhari raya.

Dari sini saya lantas membayangkan, apabila kedepannya semua hal soal agama mengacu kepada pemerintah, terutama hari raya. Dimana mereka tentu memiliki tim yang jelas mumpuni untuk menentukan sidang isbat, yang tentu bukan hanya dari satu pihak, tapi dari beragam elemen dan ormas islam nasional. Tentu yang dihasilkan pun bukan sembarang keputusan.

Pemerintah akan menjadi pemersatu agama mayoritas ini, dan MUI akan menjadi sentral. Saya yang biasanya suka sinis pada MUI dan pemerintah, kali ini angkat topi, saya betul-betul menghargai usaha pemersatu umat disini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun