Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Antara Surat, Aurat dan Noraknya Etika Pejabat

4 Juli 2016   10:07 Diperbarui: 4 Juli 2016   10:18 1508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini masih menyoal tentang persoalan anak Fadli Zon, Shafa Sabila yang jalan-jalan ke Amerika untuk mengikuti stagedoor manor. Hah, tanjidor? gedor? apa itu bro? Udah lah, yang pasti bukan soal gedar gedor sahur, mudik, pembagian zakat fitrah atau ngurusi harga daging sapi.

Bukan persoalan jalan-jalannya, itu sih biasa, yang jadi masalah adalah faximile dari Setjen DPR RI atas permintaan ayahnya, Fadli Zon yang notabenenya adalah seorang pejabat negara pimpinan DPR RI kepada KJRI di New York untuk meminta penjemputan dan pendampingan bagi anak perempuannya selama sebulan penuh.

Faximile yang dikirim itu tampaknya bocor oleh orang dalamnya sendiri, ya siapa lagi? Dan kemudian menjadi viral adalah hal yang sudah bisa ditebak, surat tersebut menjadi pemuas nafsu nyinyir bagi mayoritas warga pribumi NKRI penggila demokrasi anti Orba.

Bukan cuma soal surat, ternyata aurat si anak yang di posting di instagram pribadinya juga jadi ajang nyinyirisme para pengagum ekstrimis agamis, bahkan ini lebih parah. Ya iyalah, jomblo posting di video saja di nyinyiri, apalagi soal buka aurat, anak pejabat lagi.

Ok, lagi puasa, kembali ke surat dulu. Kemarin penulis membaca tulisan seorang diplomat yang jelas membela mati-matian hakekat dari perlindungan keluarga pejabat di luar negeri dan tugas KJRI. Beliau menganggap hal ini adalah hal yang remeh temeh, dan melihat ini dari sisi mainstream.

Ini adalah wajar, katanya, seorang anak pejabat negara atau keluarga pejabat mendapat perlakuan istimewa dari perwakilan negara setempat. Dan perlakuan itu adalah sebagai bentuk penghormatan terhadap atribut negara.

Beliau mungkin lupa, bahwa penilaian masyarakat terhadap seorang pejabat negara sudah berbalik 180° dari zaman Orde Baru, dan itu sangat menguat kurang lebih 10 tahun terakhir ini. Tepatnya ketika facebook dan media sosial berkembang viral.

Pandangan masyarakat terhadap lembaga tinggi negara bisa dibilang sudah luntur, pun dengan partai politik, luntur! Partai dan lembaga negara sebagai sarang koruptor belum bisa membenahi dirinya sendiri dengan baik. Masyarakat, mayoritasnya sudah jengah dengan idiom korupsi, kolusi dan nepotisme. Jengah, bosan, muak!

Oleh karena itu mas mbak, masyarakat tidak peduli dengan tugas-tugas KJRI yang 'mungkin', salah satunya adalah melindungi dan mengurusi anak pejabat. Mungkin benar, bahwa cuma sekedar memberi penjemputan atau perlindungan bukanlah sebagai bentuk nepotisme, tapi ingat, hubungan sosialnya sama.

Nepotisme adalah pemanfaatan jabatan untuk memberi pekerjaan, kesempatan atau penghasilan bagi keluarga atau kerabat dekat pejabat.

Nah, anak Fadli Zon kan tidak mendapat pekerjaan atau penghasilan disana? Gini mas mbak, pemanfaatan jabatan bukan hanya materi, tapi juga previlege/keistimewaan yang didapat lain daripada warga biasa diluar dari urusan kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun