Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Di Balik Ambruknya Si Emas Hitam Menjelang Review BBM 2016

29 Juni 2016   16:54 Diperbarui: 30 Juni 2016   08:58 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disini dua sisi mata uang diperlihatkan oleh US, di satu sisi ingin menghukum Russia, di satu sisi ingin shale oil tetap berjalan. Namun ternyata untuk pertama kalinya dalam sejarah US tidak berhasil dalam misinya.

Harga minyak terus turun bahkan di level 28 USD per barel, jauh dari nilai ekonomis shale oil itu sendiri, karena ternyata Arab Saudi masih terus berproduksi dengan kapasitas 100 ribu barel per hari.

Tujuan Saudi jelas, perekonomian Iran harus jatuh, apalagi King Salman adalah penentang syiah garis keras. Dari sini Iran sudah dipastikan akan kewalahan, karena produksi minyak Saudi adalah yang termurah, 7 USD/barel.

Apakah harga minyak akan terus turun? Dilihat dari kenyataan bahwa Arab Saudi masih enggan menurunkan kapasitasnya, jawabannya mungkin YA, setidaknya ada tiga hal :

  1. Arab Saudi terus melakukan peningkatan produksi, hingga Iran benar-benar menyerah, termasuk Russia menghentikan bantuan kepada Basyar Al Assad di Syiria.
  2. US berusaha terus mengembangkan teknologi agar biaya produksi shale oil dapat ditekan sehingga nilai shale oil tetap ekonomis meskipun harga minyak dunia turun.
  3. Atau kemungkinan terakhir bahwa US akan kembali melakukan aksinya langsung ke Timur Tengah, membuat berbagai konspirasi sehingga membuat defisit neraca APBN negara Timur Tengah membesar, sehingga terpaksa menurunkan kapasitas produksinya dan kemudian harga minyak kembali naik. Tapi sejauh ini, posisi US adalah wait and see, toh karena Raja Salman tidak pernah terang-terangan berkonfrontir dengan US.

Apakah BBM akan naik atau turun?

Entah dari tiga hal tersebut menjadi penting atau tidak, namun bagi kita semua pengetahuan tersebut perlu dikarenakan kebijakan ini berdampak banyak bagi Indonesia .

Seperti yang pernah di jelaskan tentang harga minyak yang terus turun, bahwa di tengah harga minyak dunia yang masih di kisaran 30-50 USD/barel, posisi Indonesia paling baik adalah sebagai nett importir, dan untuk itu membutuhkan storage yang sebanding.

Sayangnya beragam proyek storage tanki belum sepenuhnya beroperasi, sehingga belum ada kemajuan signifikan untuk menekan harga BBM dalam negeri. Artinya, harga BBM masih murni mengikuti fluktuasi harga minyak dunia.

Ketika Presiden Jokowi menurunkan harga BBM pada 1 April 2016 lalu, harga minyak dunia di level 38-40 USD/barel dan saat ini harga minyak justru berfluktuatif di 48-50 USD/barel akibat gejolak supply di Nigeria dan mulai bangkrutnya banyak perusahaan shale oil di US.

So, apakah logis jika Juli nanti BBM turun? Nantikan selanjutnya

Salam

Source:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun