Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ketika Isu Jualan Sang Jenderal Sudah Tidak Laku Lagi

4 Juni 2016   14:41 Diperbarui: 6 Juni 2016   16:01 11973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.bbcindonesia.com

Penulis pernah menulis pada Hentikan Paranoid Palu Arit, dimana komunis bukanlah ideologi ecek-ecek, komunis membutuhkan pondasi kuat dulu sebelum partainya terbentuk. Lha gimana mau kebentuk kalau sifat pemuda-pemudinya lebih suka ngomongin masalah mantan dan saling bertanya "enak gak semalem?" Ketimbang diskusi ala bung Hatta atau minimal buat tulisan yang njendul dan mak-jleb soal ke”kiri”-an. Gak ada bung.

Ini kan jadi kecurigaan, apakah ini semacam pemanfaatkan generasi kekinian yang gila eksis tapi kurang baca tadi, supaya minimal meramaikan dinding fesbuk dengan kata-kata patriotis?

Jadi, apa yang dikatakan oleh seorang Jendral soal kebangkitan komunis bisa dibilang absurd, pun dengan tokoh Wahyu Setiaji yang di tengarai anaknya Nyoto yang sedang menghimpun kekuatan komunis di Indonesia. Come on, plis deh..Ngantri iphone 7 atau Samsung edisi terbaru masih lebih menarik ketimbang itu.

Wahyu Setiaji bisa ngumpulin sampai 15 juta pendukung? Jelas yang paling ketar ketir adalah partai moncong putih, lha gimana enggak, pemilih PDIP di 2014 sebanyak 23 juta, hanya terpaut 8 juta saja, sebuah angka perolehan suara Partai Nasdem, dari sini apa Surya Paloh juga akan diam saja? Nasdem dengan segala daya upaya dan modal segambreng masih kalah dengan Wahyu Setiaji? Edian.

Jujur, penulis tidak pernah mendengar soal Jendral itu kecuali pernah bertugas di Timor Timur dan tergabung di partai garuda merah yang mencoba buka lapak ketika penyelamatan sandera di Filipina, juga Jendral satunya lagi yang..yah, baru-baru ini saja kedengeran gaungnya, setelah ada dalam list komisaris utama Bank Artha Graha dan ter-afiliasi dengan pendiri partai garuda merah itu yang pernah bertugas (juga) di Timor Timur.

Terhubung? Antara partai yang belum move-on dari Pilpres, ada dua Jendral yang ter-afiliasi dengan Timor Timur dan satu Habib lalu ujug-ujug membuat simposium anti-PKI? Jadi ingat beberapa meme fitnah terhadap Presiden waktu Pilpres lalu yang di kaitkan dengan isu ini, seperti dejavu. Wow, dengan asas uthak athik gathuk kok rasa-rasanya mulai tebak-tebak buah manggis ini arah isunya kemana. 

Mudah-mudahan penulis salah.

Jadi, marilah berpikir, lebih masuk akal apabila ideologi komunis itu sangat sulit, atau bahkan tidak mungkin berkembang di Indonesia. Kami lebih tertarik bagaimana bisnis start-up bisa berkembang dan mendapat izin dari Menkominfo, atau melihat MRT/LRT melaju mulus di Ibukota, ideologi kami adalah ideologi kerja, ideologi membangun bangsa, bukan kasak-kusuk bahas ideologi yang enggak jelas dan absurd arahnya.

Justru isu yang tiba-tiba muncul ini amat sangat mencurigakan. Isu komunis ini muncul tanpa ada 'pemanasan', efek viralnya berkembang cepat lalu tiba-tiba di serang balik dengan hebat, sangat hebat oleh pihak yang (maaf) muncul pula secara tiba-tiba, bahkan hingga muncul simposium, ditambah seorang Habib yang tiba-tiba berteriak bahwa pemutusan tayangan G30S setelah 1998 adalah suatu bentuk kebangkitan komunis, hey you kemana aja waktu 98? Ada apa ini?

Yah, terlalu cepat memang mencurigakan. Ah, sudahlah pak Jendral, lapakmu sudah tidak laku, jangan racuni kami kaum muda ini dengan khayalan tingkat tinggi itu. Sekarang saatnya kita bekerja, masih banyak lapak yang boleh di coba yang lebih laris dari sekedar isu perang saudara ..dan kalau boleh saran, yang paling hits dan cocok tentu saja..jualan tahu bulat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun