Tapi ternyata ada satu suara semi-cempreng menggelegar di Tablig Akbar itu, yaitu Mama Dedeh. Tidak ada yang menyangka bahwa ikon mamah-mamah syar'i kekinian itu bisa menjadi tandingan politik agamis ala bung Yusril dalam satu panggung.
Hebatnya, sang Mamah melontarkan pernyataan progresif level metal-rock. Mari kita cermati:
"Rakyat bosan banyak janji. Ada yang doa, ‘kuwakafkan tubuh ini buat rakyat’," katanya. "Pret! Enggak percaya gua."
Memang sudah di klarifikasi, tapi jika melihat klarifikasinya (disini), itu bukan penyanggahan, tetapi penjelasan maksud. Tidak ada yang dikurangi dari ucapan Mama Dedeh di klarifikasi itu, karena memang ada videonya, sayang videonya sudah dihapus.
Meskipun sudah di klarifikasi, tapi pernyataan ini tetap saja mendobrak jaringan politik dan agama yang selama ini terjalin tanpa restu, disaat bung Yusril secara sabar dan tekun hendak meresmikan hubungan itu, eh malah di didobrak oleh Mama Dedeh hanya dalam hitungan menit. Apa enggak sakit?
Substansinya jelas: Rakyat bosan banyak janji. Artinya jelas, gamblang, jernih, sejernih ucapan Mama Dedeh yang entah memang lugu atau sengaja, rakyat sudah bosan dengan hiasan gincu. Rakyat sudah bisa membedakan arti perjuangan Mahatma Gandhi terhadap India dengan bung Yusri terhadap Jakarta.Â
Gandhi dengan tubuhnya yang kurus tak kenal lelah memperjuangkan kesetaraan ras, memperjuangkan kemerdekaan India, memperjuangkan persatuan Hindu dan Muslim, nyata, jelas, gamblang. Sedangkan bung Yusril, mencoba pendekatan yang sama antar politik dan agama untuk sebuah ambisi, warna angkotnya memang betul tapi sayang arahnya salah. Bung Yusril lupa baca nomor angkot.
Jadi, penulis 'maaf' tertawa sambil terjengkang ketika membaca Mama Dedeh berani berkata seperti itu. Inilah sosok wanita progresif yang harus disetarakan dengan R.A Kartini, ya jelas berlebihan jika di anggap pahlawan, cukup masuk 20 besar wanita berpengaruh di Indonesia.
Ucapan Mama Dedeh, ya itulah yang kita rasakan. Salut penulis dengan gerakan feminisme yang bisa menciptakan tokoh progresif seperti ini. tanpa harus beratus-ratus kali pertemuan. Filosofi Mama Dedeh adalah filosofi "preet", filosofi realitas, dengan gayanya yang apa adanya memberangus habis strategi politik berbalut agama.Â
Padahal seorang Mama Dedeh adalah ustadzah, seorang muslimah yang berbicara tak lepas dari agama. Namun disaat ini, justru Mama Dedeh berani berkoar tanpa dalil yang mengikat, Mama Dedeh beraksi dengan apa yang dirasakan dengan kenyataan selama ini, dan bisa menghidupkan kembali syaraf otak yang terkunci. Disinilah ketika penulis menyebut runtuhnya primordialisme adalah beralasan.Â
Sepanjang masa, politik dan agama adalah bergandengan, saling terkait, tapi ya itu, lucunya tidak saling menyapa. Sekali lagi, apa yang dilakukan Yusril sudah benar, membawa politik ketika tablig akbar adalah logis.Â