Sehingga cukup sebuah kesimpulan. Tidak selamanya teknik skimming itu baik, teknik ini berbahaya diterapkan pada sosial media. Skimming atau membaca cepat, hanya layak diterapkan pada buku, stensil, majalah atau selebaran pamflet Pilkada. Dan butuh waktu latihan yang cukup lama untuk bisa membaca cepat tanpa kehilangan esensi.
Bahkan untuk buku pun, seorang Hatta pernah meminjamkan buku kepada temannya di Boven Digoel, ketika mengembalikan, Hatta bertanya apakah temannya sudah memahami apa isi buku tersebut. Jika belum, maka buku tersebut dipinjamkannya kembali hingga paham. Alasannya? Apabila hanya paham setengah atau tidak paham, dikhawatirkan justru akan membawa kepada tindakan yang berlawanan.
Untuk para Facebook-er, Kompasianer, Twitter dan apapun media sosial lainnya, bacalah utuh seluruh artikel jika anda sudah membuka artikel tersebut, bacalah perlahan, pikirkan setiap paragraf dan jangan berkomentar hingga anda betul-betul sudah mengerti isi tulisan, dan silahkan share jika anda memang paham.
Karena buku atau bacaan apapun, bukan hanya membuka wawasan dan informasi, tetapi juga representasi kepada aksi nyata. Maka berhati-hatilah dalam membaca.
Hepi wiken-