Jadi, dengan melihat kegigihan para mamah-mamah muda tersebut dalam berjuang hidup, hari Kartini harus dirayakan lebih dari sekedar parade baju kebaya yang apalah, tapi penulis saran agar dijadikan hari libur nasional. Ya hari libur nasional, masuk di tanggal merah yang selalu terbit setahun sebelumnya.
Dus, di hari libur yang khidmat itu, alangkah elok jika para suami memanjakan para istrinya dengan servis lebih, silahkan di servis dalam bentuk apa saja, tak perlu juga dijelaskan karena tentunya ini ranah privasi duniawi. Tapi yang pasti buatlah mereka tersenyum dan pastikan tidak berbisik “Pah, cicilan yang anu belum dibayar”.
Bukan soal mengenang Kartini, karena itu hanya sebagai simbol, tetapi memberikan atensi dan menghargai setiap wanita yang disamping kita sebagai pahlawan keluarga jauh lebih bemakna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H