Sungguh luar biasa efek pasca nonton film itu. Dan bukan hanya seminggu dua minggu, tapi hingga kami lulus. Ijazah adalah obat kami untuk sadar kedunia nyata. Oh ya, bukan hanya film, tapi juga lagu-lagunya.
Ada seorang kawan yang maniak pada grup musik Motorhead, Sex Pistols ataupun Marlyn Manson, tiba-tiba bersendandung “Diatas bumi ini..ku berpijak..”. Sungguh sangatlah tidak pas dengan tipe wajahnya yang garang, codet dan gelang kawat di tangan.
Aneh, tapi ini fakta, tidak ada yang saya tambah-tambahkan dari cerita di atas, semua memang seperti itu. AADC telah menyihir kami, kami yang bangga dengan title “generasi 90’s” harus mengakui kami menjadi generasi “90+00’s”.
Ternyata efek tersebut belum hilang. 13 tahun kemudian ketika kami mendapat teaser adegan Rangga dan Cinta dalam iklan Line, jangan ditanya ramainya di grup SMA, mengetik sambil mengendong anak: “ini a a de ce mau ada lagi ya?”. Beberapa terbawa perasaan, perasaan katika ditolak cinta masa lalu tentunya.
Dari mulai tahun itulah film-film bagus Indonesia mulai bermunculan hingga saat ini, judul-judul seperti “Laskar Pelangi”, “Habibie & Ainun”, "The Raid", “5 Cm” hingga “Filosofi Kopi” yang kekinian mulai bermunculan. Namun dari 2012 film Indonesia kembali di teror oleh film-film horor, cinta komedi dan semi porno.
Entah kemana idelisme sineas-sineas ini, Beberapa hanya mengejar “asal tayang” dan “laku di pasaran”, sejalan dengan munculnya generasi alay. Ada yang masih belum sadar bahwa di Indonesia, film erat dengan pengaruh prilaku.
Di Indonesia ini jelas unik, perbandingan nyata dengan Hollywood, yang menurut pandangan pibadi, dari sisi influence behavior atau pengaruh prilaku. Di Indonesia, film memberikan pengaruh kepada gaya hidup dan budaya. Sedangkan di Amerika, gaya hidup dan budaya Yankees di serap dalam film Hollywood dan menjadi tugas Hollywood menyebarkannya ke dunia.
Disinilah kehebatan film Indonesia dibanding Hollywood. Oke, untuk memperkuat analisa, saya coba bertanya pada rekan yang asli Connecticut, USA. Sebelum bertanya saya cerita dulu tentang bagaimana efek film Indonesia kepada gaya hidup, dan apakah ada film Hollywood yang seperti itu.
Jawabannya sesuai perkiraan, kebanyakan film Hollywood lah yang mengambil gaya hidup Amerika, seperti serial "Friend", dan orang Amerika senang sekali jika bisa menyebarkan budaya mereka dan memberikan gambaran Amerika era dulu (Titanic, The Revenant dan film ala Koboi) dan masa kini. Selebihnya adalah film fantasi.
Jauh berbeda dengan efek yang di dapat di Indonesia. Film, film serial (FTV) ataupun sinetron dan sebagainya adalah media perangsang gaya hidup yang paling potensial. Bayangkan jika ini gagal, berapa generasi muda harus takluk dalam genggaman budaya tak bermutu?
Meskipun AADC dari sisi budaya pun tidak terlalu mendukung, tapi di akhir cerita, cukup banyak mempengaruhi para generasi kami yang minat bersekolah di luar negeri, sayang saya tak punya datanya. Tapi saya yakin meningkat.