Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama FEATURED

Fenomena "Long Weekend" dan Ironi Kaum Urban

25 Desember 2015   20:39 Diperbarui: 7 Mei 2016   17:34 10040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada lima solusi kemacetan yang terkenal di Jakarta namun belum sepenuhnya terealisasi:

  1. Menambah kapasitas jalan raya, ini sudah ditanggapi dengan maraknya pembangunan jalan baik flyover, underpass maupun jalan tol keluar kota, yang belum dibangun mungkin cuma pembuatan 'jalan yang lurus' alias Shirotol Mustaqim.
  2. Revolusi angkutan umum, ini juga sudah ditanggapi dengan adanya busway, penertiban Metromini, perbaikan layanan kereta api, adanya ojek online, yah meskipun belum maksimal.
  3. Mengurangi jumlah kendaraan bermotor, ini hampir enggak mungkin, karena selain pendapatan orang Indonesia (secara umum) yang naik terus (kata siapa kita miskin?), jumlah masyarakat meningkat, gaya hidup meningkat, tempat hiburan meningkat, disamping juga industri otomotif menanggung harkat hidup orang banyak. Dari pabrik hingga asuransi.
  4. Pembatasan kepemilikan mobil, ini sulit dan juga hampir mustahil dilakukan, karena STNK bisa beda-beda nama pemiliknya, jadi bisa saja satu rumah punya 5 mobil, satu suami, dua..eh satu istri dan tiga anak punya mobil masing-masing.
  5. Silahkan ditambahkan sendiri...

Akhirnya..ya..

Lho, terus kesimpulannya apa? lantas solusinya apa kalau dari sisi lalu lintas point satu dan dua masih menunggu waktu? Ya enggak ada lagi selain menunggu semua proyek selesai dibangun.

Memangnya kita mau tahan diri untuk tidak bawa mobil/motor dan mengandalkan transportasi umum saja, kan ya tidak. Kan kita bukan bangsa miskin, gaya hidup hedonis semakin merajalela. Mana bisa gaya hidup begitu ditopang hanya dengan angkutan umum *siul..siul..

Jadi akhirnya yaa.. stres orang Jakarta yang bisa mengobati ya orang Jakarta itu sendiri. Konsep 'jangan latah' berlaku, yaah kalau memang lihat jalanan sudah ramai begitu dihari libur apa salahnya untuk sedikit menahan diri. Shopping di Bandung bisa kok diganti dengan shopping online shop (barangnya sama, enggak ada beda! suer!). Kok tahu? ya tahu lah, gini-gini kan juga penggemar online shop.ha ha ha.

Sekali-kali orang tua dikampung gantian diajak ke Jakarta pas long weekend, cukup dirumah saja bercengkarama dengan asyik, panggil tukang pijat, menikmati teh panas, beli makanan via ojek online atau martabak di dekat rumah juga bahagianya tak terkira.

Jangan lupa, orang tua dibelikan tiket eksekutif PP, itung-itung ganti ongkos semua anggota keluarga plus irit tenaga dan tentunya juga membahagiakan orang tua.

Bagaimana dengan Puncak, itukan masalah tempat bro? Eih kata siapa enggak bisa nikmati puncak, harinya dong yang diganti, memang butuh pengorbanan sedikit dengan mengambil jatah cuti di hari kerja, tapi percaya deh, jauh lebih bisa menikmati Puncak ketimbang 'latah' ikut-ikutan long weekend tadi yang ujung-ujung ngedumel di sosmed. Paling cuma ambil 1-2 hari kerja, atau pinjam cuti tahun depan, pokoknya dimana ada kemauan, disitu akal bertindak.

Akhirnya setelah membaca informasi lalu lintas dan mengambil kesimpulan yang tidak simpul di tulisan ini, saya pun masuk ke kamar dan diam-diam membisikkan kata-kata mesra ke istri yang mukanya masih ditekuk 176 derajat akibat tidak bisa ikutan holidei.

"Ma, tuhh kan Alhamdulillah kita enggak ke Indonesia, apalagi ke Bandung, tuh lihat macetnya kan, ih amit-amit..nanti tambah stres papa, bukannya hepi lho" 

"Iya pah, papa bener, beneeerr banget...makanya liburannya jangan naik mobil..naik pesawat donk yuk..ke Hongkong!"

Gundulmu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun