Simpulan
Di berbagai daerah, struggle for life (mempertahankan hidup) menjadi ciri khas dalam kehidupan; maka dalam mentalitas suku Tanimbar menurut penulis, ciri itu agaknya kurang. Rasa bertanggung jawab terhadap kehidupan tidak terlalu dihiraukan (sekurang-kurangnya bernilai relatif), sebab hidup sehari-hari cukup dijamin alam yang kaya raya. Dengan demikian unsur tanggungjawab yang ditentukan peraturan, dinilai relatif dan suku Tanimbar tidak merasa terikat pada tanggungjawab tertentu.
Jika dihungkan dengan dengan dsikap hidup kebersamaan, riang dan ramah, sikap relatif perlu untuk memungkinkan "keramaian" dalam hidup bersama. Sikap supel nyata juga dalam sikap bawaan lain : sikap superioritas dan sikap perfectioritas. Sikap superioritas berarti memiliki kecenderungan untuk menganggap diri lebih orang lain.
Sikap ini menjadi penggoda terbesar bagi suku Tanimbar untuk iri hati terhadap orang lain yang tampaknya lebih berhasil dalam hidupnya. Sedangkan Sikap perfectioritas adalah kecenderungan  untuk menganggap diri lebih sempurna, sebab memiliki segala sesuatu (alam yang subur dan hasil-hasilnya melimpah). Kedua sikap bawaan ini pun menyebabkan suku Tanimbar menjadi suku yang cepat tersinggung.
Bisa dimengerti: kalau orang menganggap diri sempurna, maka teguran orang lain yang mengurangi kesempurnaannya akan menyinggung hatinya. Terhadap orang yang menyinggungnya, suku Tanimbar bersikap supel juaga, artinya tidak menaruh dendam. Keadaan, sikap sakit hati akan segera berubah; dimungkinkan oleh kecenderungan sikap riang dan ramah dalam hidup bersama.
Sumber:
Buku Konstitusi MSC, 1981
Anggaran Dasar MSC, 1981
Hasil Pengamatan dan Pengalaman Penulis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H