Mohon tunggu...
R. Angwarmase
R. Angwarmase Mohon Tunggu... Guru - Berpikir Logis, Bertindak Bijak

Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Corak Kehidupan Suku Tanimbar

6 Februari 2021   13:14 Diperbarui: 6 Februari 2021   13:41 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Para petanipun menjadi ramah terhadap alam semesta dan sesama manusia. Suku Tanimbar juga memiliki kecenderungan dasar untuk menciptakan suasasan hidup masal yang riang dan ramah, seperti dalam atraksi-atraksi kesenian masal. Suku Tanimbar baik tua-muda, kaya-miskin, kecil-besar, pria-wanita berbaur dalam suasana yang mengasyikan dan menggembirakan.

Suku Tanimbar yang menari, seakan menggambarkan jiwanya yang tidak pernah susah, sehingga terkesan kesulitan pribadi dilupakan dan beban berat dilepaskan, karena sungguh-sungguh mengalami bahwa dirinya adalah bagian integral dari kelompok besar yang riang dan ramah. 

Beban kehidupan suku Tanimbar lantas dirasakan menjadi lebih ringan. Suku Tanimbar tidak bisa murung karena merasakan betapa berat beban atau tanggungjawab hidup sehari-hari. Beberapa misionaris yang bekerja di Kepulauan Tanimbar mengungkapkan bahwa, "banyak petani ladang suku Tanimbat tersenyum ketika diberitahukan mengenai utangnya pada para pedagang setempat.

Utang tidak dialami sebagai beban berat; toh pada musim panen berikutnya, utang itu akan dilunasi dengan gampang". Hal ini sama sekali bukan merupakan ciri "carpe diem" (nikmati hari ini) suku Tanimbar, sebab lebih mengarah pada sikap hidup yang kurang rencana masa depan. 

Pandangan ini ada benarnya, namun sebagaimana telah penulis jelaskan bahwa keadaan alamnya yang mengijinkan petani ladang suku Tanimbar untuk tidak bekerja keras, tersirat pula suatu rencana yang amat teratur.

Dengan demikian patut ditegaskan sekali lagi bahwa, latar belakang  utama sikap hidup riang dan ramah ialah kenyataan bahwa petani  ladang suku Tanimbar agak "dimanjakan" alamnya yang subur dan kaya menawarkan kegembiraan dan keramahtamaan kepada para patani.

3. Sikap Hidup terhadap Peraturan

Sejauh pengamatan, pengalaman penulis dalam pola kerja beberapa daerah (Buru, Saparua, Kei). Pola kerja petani ladangnya agak lain daripada pola kerja petani ladang suku Tanimbar. Pola kerja petani ladang Buru, Saparua, dan Kei memiliki pola kerja : sama-keras-teratur. Sedangkan pola kerja petani ladang suku Tanimbar : sama - ringan -teratur.

Kombinasi pola kerja keras dan teratur telah menempa sikap hidup memutlakan hukum.  Sebaliknya, kombinasi pola kerja riangan dan teratur telah menghasilkan sikap hidup yang supel terhadap hukum (peraturan).  Sikap supel disini lebih pada luwes dan tidak ketat, gampang menyesuaikan diri dengan keadaan hukum.

Dalam konteks ini, suku Tanimbar tidak bersikap "keras" terhadap hukum dan tidak dianggap sebagai suatu kewajiban mutlak, bersifat relatif, tidak terlampau mengikat memungkinkan kebersamaan masal secara riang dan ramah; dan jika kebersamaan diatur dengan ketertiban yang ketat, maka kebersamaan itu akan kaku, tidak luwes lagi.

Dengan latar belakang ini kita dapat mengerti bahwa dalam kalangan petani ladang suku Tanimbar tidak ada "hukum adat yang terperinci atau ada peraturan yang secara tertulis dipelajari".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun