Mohon tunggu...
Trip Pilihan

Desa Wisata Nglanggeran Yogyakarta

28 Juni 2018   18:01 Diperbarui: 28 Juni 2018   17:59 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DESA WISATA NGLANGGERAN YOGYAKARTA

 

Di Indonesia terutama di Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat beberapa desa wisata yang sangat berpotensi mendongkrak pendapatan domestik, sehingga kesejahteraan bisa terdistribusi untuk masyarakat desa. Pembangunan desa wisata Desa Wisata Nglanggeran merupakan salah satu dari sekian banyak desa wisata di Indonesia. Desa Wisata yang terletak di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul ini, mendapat penghargaan dari Asean Community Bases Tourism Award (Asean CBT Award) yaitu sebagai Desa Wisata terbaik se-Asia Tenggara.

Beberapa waktu pekan lalu saya berkunjung ke desa Nglanggeran untuk studi lapangan dari kampus dengan teman -- teman kampus serta dosen pembimbing. Disana kami melakukan penelitian tentang bagaimana mereka mengelola wisata di desa dengan baik.

Kami menginap di homestay desa selama 4 hari, menginap merupakan program 'live in' di desa Nglanggeran. Lewat program ini, wisatawan bisa berinteraksi dengan penduduk dan belajar budaya desa Nglanggeran. Sesampai nya di sana kami disambut dengan baik dan sopan oleh pengelola desa. Pengelola disana merupakan masyarakat setempat atau dengan nama lain POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata). Setelah dijamu kami check in homestay dan bersiap -- siap untuk melakukan kegiatan hari pertama.

Transportasi yang kami gunakan untuk melakukan aktivitas disini memakai mobil bak. Kegiatan yang pertama kami lakukan adalah ke peternakan kambing untuk melihat proses membuat susu kambing dan juga melihat tanaman hidroponik yang ditanam oleh masyarakat sekitar. Susu kambing tersebut adalah salah satu oleh -- oleh untuk wisatawan yang datang. Peternakan kambing dan tanaman hidroponik ini menjadi salah satu wisata edukasi di desa Nglanggeran. Setelah itu kami di ajak ke Embung Nglanggeran yaitu waduk buatan masyarakat untuk menampung air hujan dan dialirkan ke tanaman hidroponik. Waduk mini yang berada di ketinggian 495 mdpl ini menjadi primadona para pemburu Senja dengan keindahan Sunset yang ditawarkan. Selain itu, menjadi rujukan dan tempat belajar bagi Desa atau daerah yang ingin membangun Embung. Lokasi parkir dikawasan Embung Nglanggeran juga sangat luas cocok digunakan untuk acara Gathering
atau temu komunitas, baik motor, mobil ataupun pecinta sepeda.

Tidak terasa hari mulai gelap, kami langsung pulang ke homestay masing -masing untuk mandi dan beristirahat. Malam ini cukup luang untuk tidak beraktifitas, saya dan 3 teman saya yang 1 homestay menggunakan waktu luang ini untuk bersosialisasi dengan keluarga homestay yang kami tinggali. Keluarga homestay kami sangat ramah dan terbuka, kami cukup lama bercengkrama dengan mereka mengenai desa Nglanggeran tersebut.

Hari kedua, kami akan melakukan beberapa aktivitas. Sekitar pukul 8 kami sudah bersiap -- siap sarapan dan membantu Ibu homestay membersihkan rumah. Setelah itu kami diajak kesawah untuk membantu petani membajak sawah dan menanam padi. Ternyata membajak sawah dan menanam padi tidak semudah yang kita lihat, lumayan susah jika kita tidak terbiasa.

Tidak hanya itu, kami dipersilahkan bermain bola di sawah yang tidak ada padinya. Kami dibagi menjadi 2 kelompok cewek dan 2 kelompok cowok. Untuk team yang kalah akan menggendong team yang menang. Permainan itu sangat menyengangkan, kami semua bermain dengan gembira dan tertawa lepas!

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
Setelah kotor -- kotoran disawah kami diajak ke Air Terjun Kedung Kandang untuk bermain air dan membersihan lumpur -- lumpur yang menempel dibadan kami. Lokasi Air Terjun tersebut lumayan jauh dan menanjak, tetapi sesampai nya disana perjalanan kami tidak sia -- sia, air nya sangat segar dan pemandangan disana sangat indah. Lalu kami pulang ke homestay masing -- masing untuk mandi dan beristirahat.

Malam sudah tiba, sekitar pukul 7 kami sudah harus bersiap -- siap untuk belajar alat musik tradisional gamelan untuk cewek dan tari Jathilan untuk cowok nya. Gamelan dan tari Jathilan merupakan alat musik dan kebudayaan tradisional di Yogyakarta yang mereka kembangkan dan kenalkan kepada masyarakat luar. Selain itu, kami juga belajar membuat kerajinan dari janur, membuat kerajinan dari janur ini sagat sulit bagi saya daripada belajar alat musik tradisional gamelan. Tetapi pengelola tersebut tidak lelah untuk mengajarkan saya sampai bisa.

Hari ketiga, setelah kami sarapan dan membantu Ibu homestay membersihkan rumah kami menuju ke Gunung Api Purba Nglanggeran. Untuk mencapai puncak gunung membutuhkan waktu sekitar 50-60 menit. Gunung Api Purba ini memiliki kondisi yang agak lapang namun tidak bisa digunakan untuk camping/mendirikan tenda.

Di Gunung Api Purba ini terdapat beberapa pos untuk para pengunjung berisitirahat ketika sedang menaiki puncak, ini waktu nya kami membagikan kuisioner dan wawancara mengenai desa wisata Nglanggeran untuk tugas kami di pos tersebut. Selain itu kami juga tidak lupa untuk berfoto karena tidak ingin melewatkan beberapa spot foto didekat pos.

Sesampainya dipuncak kami sangat terpesona dengan keindahan pemandangan yang ditawarkan dari puncak Gunung Api Purba. Angin disana cukup kencang sehingga kami juga berhati -- hati agar tidak terjadi yang tidak kami inginkan. Setelah puas berfoto dan melihat pemandangan yang indah, kami turun dan pulang ke homestay masing masing untuk berisitrahat sejenak.

Tetapi saya tidak langsung beristirahat, setelah turun gunung mata kaki (angkle) saya bengkak, pengelola tersebut langsung memanggil tukang urut setempat dan mengantarkan ke homestay saya. Alhamdulillah angkle saya mulai membaik setelah diurut, tukag urutnya mantab abis! Tidak lama kemudian kami diajak ke tempat proses pembuatan makanan dan minuman yang terbuat dari cokelat. Cokelat itu sendiri ditanam dan dikembangkan dari masyarakat setempat yang dijadikan makanan dan minuman khas desa Nglanggeran.

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
Setelah itu kami di ajak ke Griya Cokelat Nglanggeran, yaitu tempat penjualan oleh -- oleh cokelat yang kita buat tadi. Griya Cokelat ini hanya ada 1 tempat saja di desa Nglanggeran, dan merupakan oleh -- oleh desa Nglanggeran yang cukup nikmat untuk dibawa pulang.

Sorenya kami menuju ke Kampung Pitu yang berada di atas bukit, jarak nya cukup lumayan jauh dari desa. Disana kami menikmati atraksi kuda lumping yang menurut saya cukup menyeramkan. Ditengah tengah atraksi, salah satu kuda lumping nya ada yang kabur kedalam hutan, wisatawan dan masyarakat sekitar pun panik dan tentunya saya pun sangat takut.

Tetapi jangan khawatir, kuda lumping tersebut langsung dikejar dan di amankan oleh dukun yang mengawasi kuda lumping tersebut. Setelah beberapa jam kemudian kami diajak keatas bukti yang tidak jauh dari Kampung Pitu, pemandangan disana tidak kalah menakjubkan membuat kami terpesona dan bergegas untuk berfoto. Angin disana juga cukup kencang dan sejuk.

Hari mulai gelap, setelah dari Kampung Pitu kami pulang untuk beristirahat sejenak. Sekitar pukul 7 malam kami diajak belajar membungkus makanan khas Jawa memakai daun pisang, sebenarnya saya lupa nama nya apa jadi harap maklum ya! Tidak hanya membungkus nya saja tetapi makanan yang disediakan juga merupakan makanan khas Jawa. Selain itu kami juga diperkenalkan pakaian adat khas desa Nglanggeran Yogyakarta.

Setelah belajar dan diperkenalkan makanan dan pakaian adat khas Jawa, kami menutupi hari terakhir kami di desa dengan menyalakan api unggun. Kami menikmati dinginnya malam di desa dengan hangat nya api unggun. Acara malam ini bebas, kami berjoget bersama, bernyanyi bersama, bercengkrama serta berfoto bersama. Tentunya acara tersebut diramaikan oleh pengelola juga, pengelola disana tentunya seperti teman sendiri yang sangat terbuka dengan kami. Malam itu kami habiskan bersama dengan
pengelola juga.

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
Hari keempat, waktunya kami pulang. Kami berpamitan dengan keluarga homestay setempat, dan juga berpamitan dengan pengelola yang sudah mengajak kami berbagai macam aktivitas. Kami sangat sedih, bahkan beberapa teman saya ada yang nangis. Kita bukan lebay atau cuma acting, tetapi kami sedih karena masyarakat setempat sudah seperti teman kami sendiri.

Karena menurut kami jarang pengelola ataupun masyarakat desa wisata seperti masyarakat di desa Nglanggeran yang sangat terbuka, ramah, dan asik diajak berbincang. Tetapi hari itu kami harus berpisah, kami pulang ke Jakarta. Terimakasih desa Nglanggeran untuk pembelajaran dan pengalaman yang sangat berkesan, kami tidak akan melupakannya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun