Mohon tunggu...
Ryenfo BayuEka
Ryenfo BayuEka Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa semester akhir yang sedang belajar untuk menulis artikel tentang film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Representasi Waria dalam Film Pretty Boys

9 Januari 2021   17:58 Diperbarui: 9 Januari 2021   18:03 1516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah pulang kampung Anugrah merasa bersalah ketika meninggalkan sahabatnya Rahmat sendirian di Jakarta. Dengan sigap Anugrah bergegas untuk menyusul Rahmat, namun ternyata Rahmat sudah pulang kampung menyusul Anugrah. Akhirnya mereka bertemu dan saling meminta maaf dan memutuskan untuk membuat program acara di youtube sesuai dengan keinginan mereka berdua tanpa terikat untuk menjadi seorang waria kembali.

https://womantalk.com/
https://womantalk.com/

Dalam Film Pretty Boys waria digambarkan sebagai bahan lelucon dan bahan hiburan untuk orang-orang. Waria tidak ditonjolkan sebagai kondisi psikologis yang feminim, tapi di gambarkan sebagai suatu profesi. Banyak orang melakukan berbagai cara agar viral atau terkenal, entah itu dengan menjadi kemayu, berpenampilan perempuan atau nyeleh, berprilaku nyeleneh, membuat konten yang merugikan orang, dan semua itu hanya sebagai batu loncatan mereka untuk menjadi terkenal dan bisa memperoleh banyak uang. 

Waria di Indonesia mulai muncul di acara-acara televisi maupun pada film Indonesia sudah cukup lama. Detara Prastyphylia artikelnya berjudul "silahkan waria, tapi buat kami tertawa" mencatat bahwa waria dijadikan bahan lelucon pada tahun 1979, oleh Tessy pelawak Srimulat yang sering tampil dengan riasan dan pakaian layaknya perempuan untuk melawak.

Dita Anggrahinita Yusanta dalam artikel berjudul Fluiditas Maskulinitas dan Feminitas dalam Boyband K-Pop sebagai Produk Industri Budaya dimuat dalam Kafa'ah Journal No.2 Vol.9 tahun 2019, Konstruksi media terhadap laki-laki telah mengalami perubahan. Jika dahulu laki-laki cenderung ditampilkan sebagai sebagai sosok maskulin yang macho dan pemberani, namun saat ini tidak selalu demikian. Khususnya citra yang ditampilkan oleh boyband K-Pop. Boyband K-Pop mengusung konsep fluiditas yaitu penggabungan antara dua gender, maskulin dan feminine. 

Film selalu membentuk dan  mempengaruhi masyarakat berdasarkan pesan di dalamnya dan tanpa berlaku sebaliknya. Kritik yang muncul pada perspektif tersebut didasarkan atas argumen bahwa filmmerupakan potret dari masyarakat dimana film tersebut dibuat. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan kemudian merepresentasikan ke dalam layar (Irwanto dalam Sobur, 2013:127).

Dari penjelasan di atas kita tahu bahwa Representasi Waria dalam Film Pretty Boys adalah sebuah gambaran kejadian yang nyata dan berkembang di dunia industri film dan televisi, dimana waria dijadikan sebagai bahan lucu-lucuan atau bahan tertawaan, namun disisi lain waria juga di gambarkan sebagai profesi untuk mencari nafkah. Pada akhirnya waria hanya dijadikan bahan pelengkap saja dan representasinya tergantung pada sudaut pandangnya.

Ryenfo Bayu Eka Setia, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun