Dari “Pesan Bunda” hingga “Ibu Sungai-Sungai, Rivera”
“Pesan Bunda” dinobatkan sebagai karya terbaik kategori cerita pendek (cerpen) dan “Ibu Sungai-Sungai, Rivera” terbaik kategori puisi versi sayembara yang digelar Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama sejak April lalu.
Menurut ketua panitia, Rien Zumaroh, Pesan Bunda karya karya Naili Halimah, dari pesantren Ma‘ahidul Irfan Magelang, menyisihkan 93 karya yang masuk ke panitia.
“Sementara puisi karya Laili Salimah, PP. Nurul Jadid Probolinggo menyisihkan 162 karya lain,” ujarya.
Rien menambahkan, penobatan juara dilakukan setelah pemeriksaan selama sebulan oleh dewan juri. “Kemudia dewan juri memutuskan dua karya tersebut sebagai juara di kategori masing-masing,” ujarnya.
Di kategori cerpen, juara II diraih Hesti Wahyu Damayanti dari SMAN I Batang dengan judul“Di Balik Jendela Kamarku”. Juara ketiga digondol Slamet dari STAIN Purwokerto dengan judul ‘Bukan Ilmu Laduni’.
Untuk cipta puisi, juara II diraih ‘Dongeng dan Kamar di Waktu Hujan’karya Eka Nusa Pertiwi dari Institute Seni Indonesia Yogyakarta. Juara ketiga diraih Nurul Farida Wajdi, Universitas Negeri Yogyakarta, dengan karya ‘Alif dan Ummi’.
Ketua PP IPPNU, Margaret Aliyatul Maimunah, mengucapkan selamat bagi pemenang. “Semoga kemenangan dalam lomba ini mendorongmereka lebih baik dalam berkarya,” katanya di Jakarta, Selasa (2/10) siang.
Sedangkan bagi mereka yang belum masuk nominasi, Margaret berpesan agar tidak berputus asa. Mereka harus terus mengasah kemampuan menulisnya.
Terima kasih bagi segala pihak yang telah membantu terselenggaranya acara sayembara penulisan ini. Kami ucapkan terima kasih kepada terutama panitia penyelenggara dan dewan juri.
“Sayembara ini akan kita adakan rutin tahunan. Sayembara seperti ini dapat menggugah bakat penulisan kaum pelajar, sebab penulis tidak lahir dengan sendirinya. Penulis dilahirkan dari sebuah proses kreatif dan penuh komitmen akan cita rasa kebudayaan tinggi (high culture) yang berimplikasi pada peneloran karya-karya berbobot. Geliat anak muda dalam hal ini remaja, pelajar dan santri dalam berkarya sampai kapanpun tidak pernah tertandingi. Di tangan mereka, karya seolah satu keniscayaan yang harus ia perjuangkan. Karena, sesungguhnya mereka tidak sekedar berkarya. Namun suatu perjuangan untuk diakui, dianggap ada dan diperhitungkan.