"Jadi, kamu mau tanya apa, Nan?" tanya Pak Tono kemudian.
"Em, begini Pak Tono. Menurut Bapak, sekolah itu penting nggak? Dan kalau iya, kenapa pendidikan di negara kita  masih rendah?" tanyaku dengan penasaran. "Itu yang saya ingin tanyakan ke Bapak. Silakan," tambahku kemudian.
Sesaat Pak Tono nampak berpikir, lalu tersenyum ke arahku. "Pertanyaan retoris. Seharusnya kamu sudah tahu jawabannya, Hanan," katanya agak menyindir dan membuatku terkekeh pelan. Tetapi, beliau melanjutkan ucapannya tadi. "Tapi, menurut saya, tergantung pada orangnya. Sekolah itu tidak penting karena biasanya orang-orang yang berpikir demikian terlalu meremehkan dunia pendidikan dan tidak dapat memanfaatkan peluang di dalamnya. Dan, orang yang menganggap sekolah itu penting karena mereka menyadari peluang yang ada di dalamnya dan biasanya mereka dapat memanfaatkan waktu selama menempuh waktu di sekolah. Seperti menimba ilmu dengan baik, mencari relasi atau koneksi dan mencari pengalaman sebanyak mungkin yang nantinya akan berguna ketika sudah terjun di dalam masyarakat."
Pak Tono diam sejenak dan melanjutkan penjelasannya tadi dengan aku yang masih setia untuk mendengar. "Tadi, kamu bertanya kenapa pendidikan di negara kita masih rendah 'kan? Sederhana, dari faktor sumber daya manusianya sendiri. Contoh, Jepang sendiri bisa maju di dunia pendidikan karena banyak SDM yang mumpuni dan fasilitas yang memadai. Masyarakat Jepang juga sadar akan pentingnya pendidikan dalam pembangunan negara, sehingga mereka bisa maju seperti sekarang, dan masih banyak faktor pendukung lainnya yang seharusnya negara kita bisa mencontoh mereka. Namun, apalah daya, masih banyak masyarakat kita yang belum sadar atau justru menyepelekan pentingnya pendidikan. Angka anak putus sekolah juga bisa dikatakan masih tinggi ketimbang yang bersekolah. Mungkin bisa karena faktor ekonomi, keluarga atau lingkungan sekitarnya yang membuat minat belajar di sekolah menjadi menurun," terang Pak Tono panjang lebar yang diakhiri dengan helaan napas gusar.
Aku terdiam sejenak, memandangi sejumlah kendaraan yang berlalu lalang di dekat tempat kami berada. Setelah keheningan beberapa saat, aku pun bertanya, "Kalau begitu, apa solusinya supaya pendidikan di negara kita bisa maju seperti negara Jepang, Korea Selatan, Finlandia sama Jerman?"
Pak Tono sekali mengulas senyum, namun senyum penuh arti. "Dimulai dari diri kamu sendiri. Selain itu, perlu adanya kerja sama yang apik antara masyarakat dan pemerintah di dunia pendidikan. Dengan begitu, insyaallah, negara kita akan menjadi sebuah negara yang maju. Karena pendidikan itu penting dalam pembangunan suatu negara," Pak Tono mengakhiri penjelasannya tepat dengan turunnya guyuran hujan yang mulai membasahi bumi.
Hanan manggut-manggut. "Terima kasih banyak, Pak Tono. Penjelasan dari Bapak membuka wawasan saya tentang kondisi pendidikan di negara kita. Dan, membuat saya termotivasi untuk dapat memanfaatkan waktu selama menempuh jenjang pendidikan. Sekali lagi, terima kasih banyak ya, Pak!" Aku berkata demikian dengan ceria.
Pak Tono tertawa renyah. "Sama-sama, Hanan. Saya juga ada perasaan lega untuk mengeluarkan unek-unek saya selama ini," katanya. "Oh, iya. Hujan lho, ini. Kamu bawa payung nggak?"
Sebagai jawaban, aku mengeluarkan payung mini berwarna hijau palet. Sebelum pergi, aku berpamitan kepada Pak Tono dan menyalami tangannya. Setelah itu, aku berlari pelan menembus gugusan air hujan yang turun dengan cukup deras. Aku juga sempat melihat melalui ekor mataku, beliau melambaikan tangannya kepadaku ketika aku sudah lumyan jauh dari toko fotocopy tersebut.
Sore ini, di bawah guyuran hujan, aku berlari-lari kecil dengan suasana hati yang jauh lebih baik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI