Apakah kamu pernah mendengar mengenai sebuah Perlombaan "Lari" pertama menuju titik Kutub Selatan ?
Iyaa, Perlombaan "lari" antara dua tim berbeda negara, Norwegia dan Inggris, untuk memperebutkan sebuah kebanggan menjadi manusia yang dapat mencapai Kutub Selatan pertama di dunia ini ternyata telah menjadi sebuah catatan kelam bagi koleksi cerita di dunia.
Kalau belum, yuk kita simak ceritanya ini.
Mari kita mulai kisah ini dengan sosok bernama Robert Falcon Scott, seorang penjelajah asal Inggris yang memiliki mimpi untuk menjadi manusia pertama yang mampu menyentuh salah satu titik 90 derajat dari bumi ini.Â
Dengan ambisi besarnya tersebut, dan untuk membawa kebanggan bagi negaranya, Scott mempersiapkan tim beranggotakan 17 orang, termasuk dirinya, untuk melakukan sebuah penjelajahan sepanjang 900 miles, menjadi 1800 miles dengan trip kembali, yang menantang nyawa bahkan bagi siapapun yang hanya mendengarnya saja.Â
Persiapan Scott sendiri pada dasarnya tidaklah dengan hanya sebuah ambisi semata. Berbagai persiapan seperti riset mengenai dataran Antartika telah beliau lakukan beberapa tahun sebelum penjelajahan tersebut dimulai bersama anggota tim nya.
Menurut Scott, riset ini sangatlah penting dan bertujuan, terutama, untuk mengetahui data siklus musim tahunan dari dataran tersebut.Â
Data ini perlu dipahami oleh timnya agar mereka dapat menghindari suatu kurun waktu temperature ekstrem ketika melakukan perjalanan menunju titik kutub selatan tersebut.Â
Dari hasil riset yang dilakukan, terbaca bahwa siklus ketika musim panas di Benua Antartika berada di rentang bulan Desember - Februari (suhu temperatur berada di 30 - -10 Fahrenheit) dan akan mengalami penurunan yang sangat tajam di waktu menuju bulan April.
Dari riset tersebut, jelas bahwa Tim Scott telah mempersiapkan sebuah perjalananan ke kutub selatan, hingga kembalinya, dengan timeline  sebelum bulan April datang. Pelbagai data riset sudah didapatkan, Scott membuat perencanaan dan eksekusinya.
Dalam skema yang Scott buat, Dia merencanakan timnya untuk menggunakan tenaga dari kuda pony dalam menempuh perjalanan 425 miles pertamanya sepanjang Ross Ice Shelf menuju bagian dasar dari Beardmore Glacier.
Sesampainya di dasar dari Glacier tersebut dengan medannya yang menanjak, Scott berpendapat bahwa timnya akan lebih baik meneruskan perjalanan dengan cara berjalan kaki hingga mencapai dataran diatasnya.
Perjalanan menempuh Breadmore Glacier sendiri harus ditatih mereka dalam jarak 125 mil, dengan kondisi menanjak.
Sesampainya di dataran, mereka masih harus menempuh 350 miles untuk benar-benar dapat mencapai titik kutub selatan itu sendirj.Â
Menempuh dengan perjalan kaki, bagi Tim Scott, bukan hanya tentang bagaimana mereka harus me-manage langkahnya menuju titik tersebut. Melainkan, Tim Scott, juga harus me-manage energi mereka sendiri karena kewajiban untuk menggopoh ratusan pon peralatan selama perjalanan dan sekembalinya dari titik Kutub Selatan. Betapa melelahkannya perjalanan yang akan tim mereka tempuh untuk menggapi itu.Â
Akan tetapi, Scott beranggapan bahwa semua perencanaannya tersebut masih dalam batas sesuatu yang bisa untuk dilakukan. Singkat cerita, dimulailah perjalanan mereka di tahun 1911.Â
Seperti yang sudah dijabarkan sebelumnya, perjalanan Scott ternyata di sambut oleh negara Norwegia sebagai sebuah perlombaan "lari", yang dipimpin langsung oleh Roald Amundsen.
Tidak berbeda dengan Scott, Roald Amundsen sendiri merupakab seorang penjelajah asal Norwegia yang juga berambisi besar untuk menjadi orang pertama di dunia yang mampu menyusuri dengan selamat titik kutub selatan.Â
Tim Amundsen terdiri dari orang-orang handal dalam penjelajahan menggunakan ski, dan terbiasa melakukan perjalanan dalam kondisi dingin. Ditambah, Jumlah mereka hanya 5 orang saja.
Selain itu, tim Amundsen memanfaatkan tenaga Anjing untuk membantu mereka selama perjalanan dari awal hingga akhir, sesuatu yang tidak terpikirkan oleh Tim Scott karena kurangnya pengalaman mereka dalam melakukan penjelajahan di daerah kutub.Â
Tim Amundsen sendiri menempuh sebuah jalur yang berbeda dari Tim Scott dan belum pernah terdefinisikan bentuk medannya meskipun mereka dapat menghemat 60 miles jarak tempuh daripada lawannya.Â
Walaupun dengan segala kondisi yang begitu buruk kala menempuh jalur tersebut, Tim Andunsen pada akhirnya mencatatkan diri mereka sebagai manusia pertama yang menyentuh titik Kutub Selatan.Â
Kunci keberhasilan mereka memang terdapat pada pengalaman mereka serta kemampuan penggunaan tenaga Anjing dalam ekspedisi di Kutub, yang secara teori akan jauh lebih unggul ketimbang pemanfaatan Kuda Pony.
Setibanya di titik 90 derajat dari kutub bumi tersebut, Tim Scott dengan kekecewaan besar harus melihat sebuah tenda berbendera Norwegia telah berdiri di hadapannya.Â
Melalui foto terlampir, terlihat bahwa Tim Scott memang berhasil dengan selamat sampai di titik tersebut, namun tentu dengan sebuah kekalahan.
Scott sampai setelah 5 minggu tim Amundsen melakukan perjalan kembali dari Kutub Selatan menuju titik awal berangkat dengan tenaga Anjing mereka, atau sekitar 17 January 1912.Â
Segala kekecewaan serta kehancuran mimpinya ditumpahkan beliau dalam sebuah buku catatan yang ia bawa selama perjalanan untuk mencatat progress mereka setiap hari. Namun, mimpi buruk Scott tidak berhenti di situ saja.
![Roald Amundsen (sumber: twistedsifter.com )](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/05/11/roald-amundsen-rare-photo-portrait-3-5eb8ce4bd541df5d7066ade4.jpg?t=o&v=770)
![Tim Amundsen memanfaatkan tenaga Anjing dalam penjelajahannya (Sumber: www.coolantarctica.com)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/05/11/image-placeholder-title-5eb8d02d097f36240555f3b2.jpg?t=o&v=770)
Berdasarkan hasil penelitian, Tim Scott seharusnya masih memiliki waktu tiga bulan perjalanan kembali yang aman sebelum Benua Antartika mengalami suhu terdinginnya di bulan April dari Januari.
Dengan waktu 3 bulan tersebut, Scott yakin bahwa perjalanan kaki pun akan tetap dapat mengantarkan mereka kembali dengan selamat.
Akan tetapi, anomali siklus musim di Antartika terjadi tepat di tahun 1912. Pada bulan Maret 1912, Benua Antartika ternyata mengalami suhu dingin ekstremnya, 1 bulan lebih cepat dari prediksi hasil penelitian Tim Scott.Â
Di suhu tersebut, sangat sulit hampr tidak mungkin seorang manusia dapat bertahan hidup apalagi melakukan sebuah perjalanan dan inilah momen kelam bagi Scot dan seluruh anggotanya.
Dengan jalur sama yang ditempuh ketika berangkat, satu per satu anggota meninggal karena suhu ekstrem tersebut, dan juga termasuk Scott.
Mereka semua meninggal karena efek frostbite yang mereka alami di kaki dan tangan mereka sehingga tidak mampu kembali meneruskan perjalanannya dalam suhu mematikan tersebut.Â
Evan meninggal di titik dasar Breadmore Glacier, Oates meninggal di Ross Ice Shelf, serta Scott dan salah satu anggotanya meninggal dalam perjalanan 11 mil teerakhirnya menuju camp peralatan awal keberangkatan mereka. Bahwa tidak hanya fisik yang diuji dalam perjalanan penuh siksaan ini, mental serta nyali mereka hampir ditiup habis di tengah benua Antartika.Â
Oates adalah salah seorang yang memilih untuk bunuh diri ketika baginya harapan untuk bisa kembali serta bertahan betul-betul tidak akan terwujud.
Jasad Scott beserta anggotanya dan dengan segala peralatan, catatan, alat foto serta lainnya yang ada di tenda terakhir mereka ditemukan 8 bulan setelahnya.
Meninggalnya tim Scott dalam perjalanannya menuju Kutub Selatan memang membawa sebuah rasa khawatir bagi para penjelajah lain setelahnya, serta pemberitaan cibiran bagi tim nya karena melakukan hal bodoh dalam perencanaan, terlebih ketika memilih Kuda Poni daripada Anjing dalam ekspedisinya.Â
Memang jika dilihat dari kacamata seorang yang sudah ahli dalam perjalanan di kutub, perencanaan Scott sangatlah buruk dan minim dengan pertimbangan.
Akan tetapi, sebetulnya, kita juga bisa melihat bahwa satu-satunya hal yang membuat perjalanan Scott membuat mereka harus menemui kematiannya adalah adanya anomaly cuaca yang dialami Benua Antartika pada tahun 1912.Â
Memang jika berkenaan dari perlombaan, Scott sedari awal sudah pasti akan kalah. Tapi itulah pembelajaran bahwa persiapan yang matang serta penagalaman adalah hal utama yang perlu dipersiapkan dengan matang selain mental dan ambisi.
Nahh begitu deh ceritanya, bagaimana menurut kamu ? pasti ada hikmah yang bisa dipetik dan semoga bermanfaat ya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI